FKPT Malut : Perempuan Agen Perdamaian  Pencegahan Radikalisme dan Terorisme

Maluku Utara123 Dilihat
Foto istimewah suasana kegiatan berlangsung

Ternate, medianasional.id – Pelibatan Perempuan sebagai Agen Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Utara Bulan November Tahun Anggaran 2020. Senin, 02 November 2020 bertempat di Ball Room Muara Hotel Ternate yang dihadirkan 2 Narasumber Pusat yakni Bpk. M Lutfi dari Kasi Pemulihan Korban BNPT RI dan Ibu Siti Darojatul Aliah Direktur SeRVE Indonesia serta Narasumber Lokal Ibu Aisyah Bafageh S.Pi, M.Si dari Akademisi dan Tokoh Perempuan Maluku Utara.

Ketua Bidang Perempuan dan Anak FKPT Maluku Utara, Hasmah Nento, S.IKom mengatakan saat ini terorisme bukan hanya dilakukan oleh laki-laki, namun juga kaum perempuan mulai ingin mengikrarkan ideologinya.

“Masih segar dalam ingatan kita serangan di 3 gereja (GPPS Arjuno, GKI Diponegoro, dan Gereja Santa Maria Tak Bercela) di Surabaya yang faktanya pelaku bom bunuh diri dilancarkan oleh satu keluarga. Hal yang mengejutkan lainnya adalah pelaku ledakan bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela adalah perempuan dewasa yang tidak lain adalah seorang ibu yang membawa dua orang anaknya untuk meledakkan dirinya di depan halaman gereja sehingga menewaskan setidaknya 6 orang dan 35 orang luka-luka (BBC news Indonesia 2018)” jelasnya.

Hasmah bahkan katakan bahwa saat ini pemerhati isu gender dan radikalisme, Lies Marcoes, memandang fenomena bom Surabaya yang melibatkan satu keluarga : suami, istri dan anak-anaknya membuktikan peran perempuan dalam gerakan radikal tak lagi bersifat individual, melainkan sebagai pelaku utama yang memiliki kekuatan yang bahkan melibatkan anaknya sendiri sebagai pelaku teror dan kekerasan.

“Penelitian yang dilakukan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) tahun 2017 menunjukkan bahwa perempuan Indonesia mulai mengambil peran dalam tindak ekstrimisme dan radikalisme, bahkan beberapa dari mereka ingin menjadi pelaku bom bunuh diri. Fenomena itu muncul setelah dua perempuan ditangkap pada Desember 2016 karena diduga berafiliasi dengan Islamic State Islam of Irak and Suriah (ISIS) dan bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri, mereka adalah Dian Yulia Novi dan Ika Puspitasari, keduanya mantan buruh migran dari Hongkong,” sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan, mayoritas perempuan terpapar radikal melalui kajian-kajian, pengaruh dari suaminya, dan juga bahan bacaan dari berita-berita yang disebarkan melalui media-media komunikasi dan informasi.

“Ada media online, cetak, dan media-media lainnya yang dibuat oleh kelompok-kelompok radikal untuk memperluas penyebaran paham-paham kelompoknya, sementara peran perempuan sangat vital dalam keluarga yaitu sebagai Sekolah Pertama dalam keluarga,” terangnya

“Keluarga sendiri memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi sosialisasi yaitu keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakat juga sebagai fungsi pengawasan sosial yang berarti setiap anggota keluarga, pada dasarnya saling melakukan kontrol pengawasan karena memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik,” sambung Hasmah.

Selanjutnya, menurutnya hasil survei yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang di rilis pada 27 November 2018 menyatakan bahwa kearifan lokal efektif menangkal penyebaran paham radikal. Sebanyak 63,60 persen responden survei percaya bahwa kearifan lokal bisa menangkal radikalisme dan diyakini sebagai kekuatan kontrol sosial. Kearifan lokal seharusnya dapat ditanamkan dan diterapkan sejak dini dalam keluarga, dari segi tutur lisan maupun tata krama dalam lingkungan.

“Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang diamanatkan menangani terorisme, memandang penting aspek pencegahan yang bersifat lunak dalam upaya mewaspadai berkembangnya radikalisme dan terorisme yang membajak kepercayaan tertentu di masyarakat,” terang Hasmah.

Tak hanya itu, Hasma mengatakan tentang radikal terorisme di masa pandemi Covid-19 ini Presiden Joko Widodo juga ke Maluku Utara menegaskan bahwa masyarakat harus tetap melawan penyebaran Covid-19 sambil beraktivitas seperti sediakala dengan menggunakan protokol kesehatan yang sudah disosialisasikan pemerintah. Pola kehidupan baru ini kemudian banyak disebut sebagai new normal.

“Perempuan Agen Perdamaian dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 Provinsi dibentuk sebagai sinergitas di daerah untuk melaksanakan program pencegahan terorisme, sehingga program-program ini diharapkan dapat menjadi stimulan untuk diteruskan kepada masyarakat dan pemangku kebijakan di daerah sehingga kita bisa memiliki pemahaman yang sama tentang pencegahan terhadap aksi-aksi terorisme,” paparnya.

Hasmah mengatakan ini sebagai acuan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan Pelibatan Perempuan sebagai Agen Perdamaian dalam pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Utara Bulan November Tahun Anggaran 2020.

“Memberikan gambaran secara jelas kepada masyarakat khususnya perempuan mengenai terorisme di Indonesia, meliputi ancaman, kerawanan, hingga pertumbuhannya, sebagai bagian dari kewaspadaan bersama dalam upaya pencegahan terorisme,” ungkapnya.

Hasmah mengatakan untuk meningkatkan sinergi antara FKPT Maluku Utara dan BNPT sebagai bagian terdepan di masyarakat dalam upaya pencegahan terorisme dengan tokoh perempuan, organisasi masyarakat perempuan, dan perkumpulan perempuan di lingkungan TNI/POLRI;

“Ini mendorong masyarakat khususnya para perempuan untuk lebih bijaksana dalam memahami kondisi terkini dan fakta di lingkungan sekitar, sehingga dapat mengaplikasikan pemahamannya kepada keluarga dan lingkungan terdekat sebagai daya cegah dan tangkal terhadap penyebarluasan paham radikalisme dan terorisme,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.