Begini Hasil Penelitian Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 di RW 04 Kebagusan Pasar Minggu Jakarta Selatan

Jakarta1019 Dilihat

JAKARTA, MEDIANASIONAL.ID – Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Jakarta 1 sedang melakukan Praktik Komunitas Keperawatan di RW 04 Kelurahan Kebagusan Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, dari tanggal 9 Oktober lalu, sampai dengan tanggal 11 November 2023 nanti.

Dalam waktu yang mereka habiskan tersebut sudah menghasilkan data outline, berupa, Profil Wilayah, Data Inti dan Subsistem, dan Analisis Masalah Kesehatan.

ADVERTISEMENT

Untuk tindak-lanjut pendataan, maka diadakan kegiatan Muswarah Masyarakat RW 04 Kelurahan Kebagusan Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada hari, Rabu, 18 Oktober 2023 di RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Kecapi di Jalan Kebagusan IV Dalam.

Untuk diketahui, bahwa sejarahnya Kebagusan memiliki kampung yang terbagi atas Kebagusan Besar, Kebagusan Kecil dan Kebagusan Wates. Seiring dengan masuknya para Wali Songo ke tanah Jawa. Kebagusan awalnya adalah daerah hutan jati yang lebat, yang meliputi kawasan Ragunan hingga Pejaten, Cilandak dan Jagakarsa.

Adapun asal muasal nama Kebagusan timbul dari nama seorang wanita cantik dari Banten, yaitu Nyai Tubagus Latak Lanang. Dibuktikan dengan adanya makam Nyai Tubagus di Jalan Kebagusan II RT 001/07.

Kita kembali kepada hasil survey oleh mahasiswa Poltekkes di lingkungan RW 04 Kelurahan Kebagusan. Terdapat 7.639 jiwa dengan 2.420 Kepala Keluarga. Pelaporan kelahiran 88 jiwa, kematian 30 jiwa. Perempuan 3.941 jiwa dan laki-laki 3.743 jiwa.

Kondisi lingkungan merupakan pemukiman padat penduduk dengan banyak terdapat gang sempit. Warga memiliki ventilasi rumah yang baik dan selalu dibuka pada pagi hari, tetapi ada beberapa rumah yang kurang terpapar sinar matahari, karena berada dalam gang.

Kualitas udara cukup baik karena tidak ada yang melakukan pembakaran sampah. Untuk penghijauan kurang terdapat pepohonan. Namun kondisi jalan cukup baik. Sementara untuk pembuangan sampah tidak merata, hanya ada di RT 10. Demikian pula untuk tempat pembuangan limbah keluarga pun tidak merata.

Mayoritas penduduk merupakan usia produktif dan aktif bekerja. Namun kurang menjaga pola hidup sehat. Disini warga menggunakan air tanah yang cukup baik kualitasnya.

Dalam urusan kesahatan,terdapat 1 Posbindu, 1 Puskesmas, 1 Apotik, 2 Klinik bidan, dan 2 Klinik dokter.

Sementara untuk pelayanan sosial, terdapat 1 yayasan Yaimsa, yang bergerak pada bidang keagamaan, sosial dan pendidikan.

Dari data ekonomi, katagori pendapatan rata-rata adalah menengah ke bawah, menengah, dan menengah ke atas. Dimana mayoritas
adalah karyawan swasta dan buruh.

Untuk transportasi menggunakan Transjakarta dan angkot. Untuk aktivitas sehari-hari motor menjadi alat transportasi utama.

Dalam urusan politik dan pemerintahan, struktur kepengurusan RT sudah dibentuk kurang lebih satu tahun. Dimana masa jabatan adalah selama 5 tahun. Namun demikian, dibeberapa RT ada yang lebih dari waktu normal, sebab tidak ada yang bersedia menjadi Ketua RT dan pengurus.

Komunikasi antara warga di RW 04 terbilang baik. Dimana sering diadakan pertemuan rutin dalam rangka pengajian, arisan dan lainya. Warga jiga5 mempunyai group WhatsApp untuk saling bertukar informasi.

Sementara untuk data pendidikan terdapat 3 Paud, 11 TK, 5 SD, 2 SMP, dan 1 SMA. Terdapat beberapa anak putus sekolah, karena alasan keterbatasan fisik (disabilitas) dan karena keinginan sendiri. Selain itu ada juga saran perpustakaan di RPTRA Kecapi. Namun kurang dimanfaatkan dengan baik.

Masyarakat juga dapat berekreasi ke salon rumahan, Taman Dadap, Taman Sabar Ganda, lapangan olahraga, RPTRA Kecapi. Untuk menghibur diri warga sering berolahraga, makan barang, pengajian, arisan, dan karaokean.

Disebutkan dalam pengambilan sampel distribusi frekuensi responden, warga yang memiliki JKN (Jaringan Kesehatan Nasional) setara 95,9 persen. Yang tidak ada 4,1 persen. Yang mengalami batuk lebih dari 2 Minggu sebanyak 16 orang (1,6%). Yang terdiagnosa Tuberkulosis 8 orang,ISPA 14 orang, diare 3 orang, stroke 9 orang. Penyakit jantung 31 orang. Hipertensi sebanyak 192 orang (25,7%)

Warga yang menderita penyakit diabetes melitus 55 orang. Warga yang mengalami gangguan jiwa 6 orang (0,6%)

Untuk perokok dari usia remaja sampai lansia sebanyak 228 orang (26,1%)

Dari data terkait dapat dianalisis, bahwa penyakit tertinggi yang terdapat di RW 04 adalah, hipertensi sebesar 25,7 persen atau 192 orang dari 742. (Prevalensi Nasional 8,4% Riskesdas 2018).

Yang kedua adalah penyakit diabetes melitus sebesar 55 orang, 7,5 persen, dari sampel 742 orang. Prevalensi Nasional 1,5% Riskesdas 2018.

Urutan ketiga adalah TB (Tuberculosis) sebanyak 8 orang dari 978 orang alias 0,8 persen. Prevalensi Nasional Riskesdas 2018. Yang disusul oleh penyakit jantung, orang dengan gangguan jiwa, stroke dan ketidakpatuhan melakukan imunisasi.

Lurah Kebagusan, Rudi Budijanto yang hadir ketika itu mengatakan, praktik ini merupakan satu ilmu, metode, dan pengalaman bagaimana berhadapan langsung dengan masyarakat.

“Kendala ditolak warga, merupakan hal biasa, sebab berbagai faktor. Jadi harus sabar. Sehingga tujuan praktik untuk memetakan, pencegahan serta pengobatan tercapai,” kata Rudi.

“Biasanya masyarakat menganggap enteng terkait hipertensi, diabetes melitus dan TBC. Padahal merupakan jalan masuknya penyakit lain. Narasi lebih baik mencegah daripada mengobati selayaknya kita lakukan,” tandasnya.

Adapun perwakilan dari Puskesmas Kelurahan Kebagusan,Laras menyampaikan dukungan kepada mahasiswa melakukan
indenfikasi kesehatan masyarakat.

” Kita mendukung mahasiswa untuk pendataan kesehatan masyarakat, dan dapat mengarahkan mereka untuk tindak-lanjut pengobatan ke puskesmas. Diabetes melitus merupakan penyakit turunan. Dimana anak-anak penderita perlu di skrining dalam mengantisipasi perlu tidaknya dilakukan pengobatan atau terapi,” kata Laras.

Selain itu, Laras juga singgung Tuberculosis yang menular. Bahwa Puskesmas sudah kerjasama dengan Dawis untuk pendataan. Dan siap membuka pelayanan untuk hasil pendataan mahasiswa.

Sementara Indah, yang mewakili Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu menyoroti ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa).

“Biasanya orang yang mengalami ODGJ di bawa dan diobatin selama 10 hari, yang kemudian dikembalikan kepada keluarga. Sehingga kita perlu melakukan pendekatan kepada keluarga. Lantaran kemungkinan keluarga tidak mendukung pengobatan setelah dirumah,” kata Indah.

Dalam acara tersebut diambil kesimpulan, perlunya tindak lanjut kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan yang layak terhadap temuan praktik keperawatan komunitas Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 tersebut.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.