Universitas Terbuka Pukul Covid-19

Artikel207 Dilihat

Penulis: MS Viktor Purhanudin (Dosen IAIN Salatiga/Tutor UT Semarang)

Panggung pendidikan kalang kabut digebuk pagebluk corona. Senarai acara belajar mengajar yang lazim bergulir tatap muka tiarap, berubah menjadi model daring (dalam jaringan). Sebagian besar pelaku pendidikan gugup dan gagap tatkala melakukan pembelajaran daring. Contohnya, pada segmen pendidikan dasar sampai atas, ujian nasional tak dilakukan, siswa siswa diluluskan tanpa UN.

Pembelajaran sistem daring digaungkan untuk menggunting arus persebaran penyakit covid 19 dari corona virus. Hasil riset dan warta yang saya baca, proses mutasi virus tersebut sangat cepat. Dia akan mudah menyuntikan serum penyakit covid 19 saat orang-orang berkerumun alias bergerombol. Jamak bila untuk menghambat persebaran virus corona, pembelajaran daring dipilih, agar guru dan peserta didik tetap bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar tanpa risau terpapar virus corona.

Bagaimana potret pendidikan tinggi? Kompas (5/6), menguraikan kondisi perkuliahan dimasa corona virus. Di masa wabah mematikan itu, aktifitas kuliah berlari dengan model daring. Proses kuliah daring tidak berjalan maksimal banyak kendala, baik dilingkup dosen atau mahasiswa.

Yang menjadi sumber primer kekacauan perkuliahan daring adalah disparitas sarana dan prasarana. Dosen punya alat dan acces koneksi internet mumpuni untuk menggelar perkuliahan daring, sebaliknya mahasiswa tidak punya. Demikian halnya mahasiswa punya peralatan canggih dan jaringan internet kuat, dosennya yang tidak punya    (Kompas, 5/6, hal 7).

Ada ribuan kampus di pelosok negeri, satu yang sudah lekat dengan kuliah model daring, yakni Universitas Terbuka (UT). Kampus negeri yang bertengger dibawah naungan Kemendikbud tersebut memang sedari awal menjalakan sistem perkuliahan seacara online. Ya, meski kalau saya periksa ada juga beberapa mata kuliah yang wajib digelindingkan tatap muka, biasanya disebut tutorial.

Saya dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yang juga diberi amanah sebagai tutor UT kampus Semarang, merasakan betul bagaimana menjalankan tutorial online di masa pagebluk corona. Sebelum presiden Jokowi merilis bahwa di Indonesia ada dua orang terpapar virus corona pada 2 maret lalu, saya yakin tutorial akan berjalan sebagaimana mestinya. Takdir berkata lain, sejak 2 maret semua berubah, termasuk aktifatas tutorial meski dijalankan dengan model online guna melawan penyakit covid 19.

Untung kampus UT sudah cakap memberlakukan kuliah model online. Guna melangsungkan tutorial onlien, UT memfasilitasi saya aplikasi telekonferens perkuliahan, yakni ‘Tuweb’. Masalah yang mengapung tatkala tutoril online menggunakan aplikasi tersebut relatif sedikit, beda dengan aplikasi-aplikasi yang lain. Saat tutorial online dengan ‘Tuweb’ komunikasi dengan mahasiswa lancar, tidak mudah putus. Terkadang putus, kendati begitu, hitungan detik komunikasi dengan mahasiswa kembali terjalin hangat.

Sinyal pembelajaran, perkuliahan, dan tutorial model daring agaknya masih terus diluncurkan sebelum vaksin corona virus ada, ihwal itu dilakukan demi keselamatan semua warga Indonesia. Bukan tanpa alasan saya katakan itu, mengutip kompas (5/6), selama vaksin covid 19 belum ada kegiatan pendidikan masih akan dilakukakan model online. Alasanya orang tua siswa dan organisasi profesi pendidikan 80% ingin kegiatan sekolah tetap bergulir secara daring. Mereka bilang kesehatan anak lebih penting, masa depan negara ada dipundaknya, kawal keselamatan generasi bangsa sebelum vaksin ditemukan. Mustahil lembaga pendidikan bisa menjalakan protokoler ketat seperti anjuran pemerintah dalam aktifitas kegiatan belajar mangajar.

UT telah melangkah jauh kedepan, melampaui lembaga pendidikan lainnya dengan konsep perkuliahan online yang telah lama digeber. Menghadapi wabah corona, yang mangharuskan semua aktifas manusia berganti online, tidak nampak kegugupan oleh kampus itu, lantaran tekonologi mereka sudah biasa lakukan kegiatan belajar secara online.

Menutup tulisan ini, saya cuplik kata ajaib Rene Decartes, filsuf dan matematikawan bermazhab dualisme, “Karena saint teknologi tercipta. Karena saint, saya menjadi pangeran yang gilang gemintang dengan cahaya ilmu mengusai dunia”.

Saya yakin, teknologi yang ada di kampus UT, akan mengantarkan mahasiswanya menjadi pangeran yang gilang gemintang dengan cahaya ilmu menguasai dunia laksana Decartes.

edt:aero

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.