Talud Ambruk, Satker Pengairan Papua Barat Tutup Mata

Papua78 Dilihat

Sorong – Pekerjaan proyek yang dilakukan di Kota Sorong oleh beberapa instansi teknis yang kantornya berada di Kabupaten Manokwari ibukota Provinsi Papua Barat sangat dikeluhkan berbagai pihak.

Pasalnya Salah satu proyek yang sangat disoroti adalah proyek talud di sepanjang Kali Remu HBM Kota Sorong yang dikerjakan Balai Satuan Kerja (Satker) Pengairan Provinsi Papua Barat. Sorotan ini datang langsung dari salah satu anggota DPRD Kota Sorong, Syafrudin Sabonama, SH.,MH.

Proyek bernilai miliaran rupiah yang sesuai informasi dikerjakan pada tahun 2015 lalu itu sudah rusak berat. Di beberapa titik, talud sudah roboh. Diduga kuat proyek tersebut dikerjakan asal-asalan hanya untuk mengejar keuntungan semata.

“Titik talud yang sudah roboh itu ada di depan rumah saya. Kondisinya sudah longsor sejak 4-5 bulan lalu. Talud ini cepat roboh karena mereka (Balai Satker Pengairan Papua Barat, konsultan dan kontraktor, red) bangun tidak melalui kajian, dan disaat talud ambruk, pihak terkait tutup mata,” pungkas Sabonama dengan nada ketus.

Seraya menambahkan bahwa, “ini harus jadi catatan penting. Beberapa instansi teknis di provinsi, orientasinya hanya untuk dapat uang. Contohnya mereka bangun talud itu sudah rubuh kiri kanan padahal usianya belum sampe satu tahun,” pungkasnya.

Dalam proses pengerjaan talud, lanjut Sabonama, dibangun hanya dengan cara menyusun batu sehingga talud roboh saat Kali Remu banjir. Yang juga Ia sesalkan, instansi-instansi teknis ini sama sekali tidak berkoordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Sorong saat mengerjakan proyek di wilayah Kota Sorong.

“Mereka bangun itu hanya kasih naik batu saja. Kemudian datang banjir roboh, upaya untuk memperbaiki pekerjaan tersebut dinilai cuek saja. Yang penting tagihan dalam pencairan lancar demi keuntungan. Mereka juga tidak membangun komunikasi dengan Pemkot Sorong, akhirnya mereka membangun semau mereka. Sungai yang dulu besar sekarang menjadi semakin kecil karena alur talud dibangun secara sembarangan,” tuntas Sabonama.

Hal senada juga disampaikan salah satu warga HBM Kota Sorong, Sammy. Ia mengatakan, proyek talud tersebut gagal konstruksi. Sebab, kata Sammy, dalam pengerjaannya tidak menggunakan besi beton bertulang untuk menahan konstruksi talud. Karena tidak ada beton bertulang, akibatnya saat air Kali Remu meluap, talud langsung roboh karena tidak kuat. Dalam hal pekerjaan ini, pihak pelaksana kontraktor mencari untung dan diduga ada konspirasi.

“Saya menghimbau kepada penegak hukum, agar tidak hanya diam melihat hal ini, sebab masyarakat menjadi korban,” pinta Samy.

Sembari berharap kepada Kapolda Papua Barat beserta jajarannya atau pun Kejaksaan (Kejari) Negeri Sorong dapat mengambil sikap atas kondisi pekerjaan yang dinilai abal – abal.

Jika dalam fungsi pengawasannya masyarakat menemui ada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, jangan takut untuk dilaporkan. Terlaksananya pembangunan infrastruktur yang baik akan membawa dampak yang baik juga. Untuk itu kepada pelaksana proyek, agar lebih serius dalam pekerjaan ini, sebab satu item saja pekerjaan tidak dilaksanakan, maka tentu hal ini akan memberikan dampak kerugian bagi masyarakat yang menikmati pembangunan itu.

Sementara itu, Kepala Satker Pengairan Provinsi Papua Barat, Yunus saat dikonfirmasi melalui ponselnya hanya menyampaikan bahwa Ia akan menyuruh orangnya untuk memberikan konfirmasi. Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, belum juga ada konfirmasi. ( Tim )

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.