Silaturahmi, Alumni Dherex Jogja Berbagi Sedekah

DI.Yogyakarta145 Dilihat

YOGYAKARTA-medianasional.id– Tertawa dan teringat masa kecil dulu, saat penulis melihat status sahabatnya di Jogja, yang memposting foto para mantan anggota geng Dherex kepanjangan dari Dhepan Regol Xauman, salah satu geng sepeda yang mewarnai Kota Gudeg di era 80 – 90 an.

Dalam postingan di status WhatsApp Iwan Flo alias yang akrab disapa Tekyan (nama sahabat penulis), terlihat beberapa bapak-bapak mengenakan kaos hitam dengan tulisan Dherex.

Saat ditanya, Iwan tekyan yang memposting status tersebut membenarkan jika yang ia posting adalah mantan anggota geng Dherex Jogja. Ia pun mengatakan, saat ini para anggota Geng Dherex saat bertemu sudah tua-tua semua.

“Mereka sekarang sudah dewasa banget (tua), dan sekarang banyak berkegiatan sosial. Salah satunya dengan membagi-bagikan sedekah di hari-hari tertentu, kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19,” kata Iwan Tekyan saat dihubungi, Minggu (10/1/2021).

Salah satu mantan anggota geng Dherex, Andy Munjiran atau yang akrab disapa Sinyo mengungkapkan, pada era 80 – 90 an, saat itu memang sedang marak kumpulan anak-anak pecinta sepeda minicross di seputaran DIY.

“Bahkan, tidak sedikit remaja-remaja yang akhirnya menggabungkan diri menjadi club atau bahkan membentuk geng sepeda. Dan sebagai club sepeda, mereka pun banyak yang mengikuti perlombaan-perlombaan sepeda minicross;” ungkap Sinyo.

Namun, tidak sedikit kelompok-kelompok ini malah bergeser kearah geng remaja. Tidak jarang mereka melakukan konvoi di jalanan Jogja. Kalau ada cerita tawuran atau perkelahian antar geng sepeda itu biasa karena faktor kenakalan remaja.

“Namun kala itu kami kelilingnya naik sepeda BMX lho, bukan sepeda motor. Dan akhirnya berkembang ke persaingan corat coret nama geng di tembok-tembok;” jelas Sinyo.

Sementara itu mantan anggota Dherex lainnya, yang sekarang menjadi Ketua Dherex Kafilah Cycle Cross, Iwan Kauman menceritakan, awal terbentuknya Dherex, bermula dari ide Deny Ardit dan Eko Jono (alm ) untuk membentuk kelompok (geng) remaja penggemar sepeda BMX .

“Dari hanya beberapa anggota, lama kelamaan bergabunglah anak-nak lain dari berbagai kampung sekitar Kauman. Seperti Kadipaten, Serangan, Suronatan, dan lain-lain, sampai ke selatan perbatasan Bantul. Sekitar tahun 80 – 90 an Dherex memang merajai jalan Jogja,” terangnya.

Selain Dherex, lanjut Iwan, sebenarnya di Jogja banyak juga kelompok-kelompok atau geng sepeda lainnya. Seperti CSX , BRX (Boroxz), Laser, SDL, CrezBlock, dan lain-lain. Namun, anggotanya tidak sebanyak Dherex.

Ia pun menambahkan, semasa itu juga ada geng motor Joxzin, yang basecamp nya juga tidak jauh dari tempat tongkrongan Dherex. Tepatnya di depan gedung PDHI Alun-alun Utara Jogja.

Menurutnya, geng ini bisa dikatakan melegenda di kota gudeg, bersama rival abadinya yakni geng Q-Zruh, yang lebih mendominasi di belahan Jogja bagian utara.

“Nah jebolan Dherex yang sudah berganti dari sepeda BMX ke sepeda motor,, akhirnya banyak amggota Dherex yang bergabung ke Joxzin generasi kedua;” imbuh Iwan.

Trend sepeda motor waktu itu yang terkenal adalah Yamaha RX King. Meski demikian, generasi awal Joxzin yang masih trend atau booming, adalah kendaraan jenis Honda Astrea 800.

Sebagai penutup Iwan berpesan kepada generasi muda saat ini, unruk menghindari permusuhan dan tindakan yang menjurus anarkis. Apalagi, saat ini sudah bukan jamannya membentuk geng yang kemudian bisa menjurus ke arah perkelahian atau tawuran.

“Ya sekarang, di masa tua, kami berkumpul lagi di tempat yang sama, di depan regol (pintu gerbang ) Masjid Besar Kraton Yogyakarta menjalin lagi silaturahmi dan sedang berusaha aktif, dengan mengadakan berbagai kegiatan sosial, yang bermanfaat bagi masyarakat,” pungkas Iwan Kauman. (*)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.