Penguatan Pelayanan Kesehatan Promotif dan Previntif Pada Layanan Primer di Era Pandemi Covid-19

Makassar143 Dilihat

Makassar, Medianasional.id- Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan atau institusi kesehatan dalam rangka meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan baik perorangan, kelompok atau masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Dalam rangka mencapai derajat kesehatan Masyarakat yang setinggi-tingginya tersebut, maka konsep pelayanan kesehatan yang diselenggarakan harus bersifat komprehensif dan holistik. Pelayanan yang komprehensif yang djmaksud adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yaitu antara lain pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai satu kesatuan pelayanan kesehatan tanpa membandingkan mana yang prioritas mana yang tidak. Karena pengabaian terhadap Salah satu dari upaya pelayanan kesehatan tersebut akan membuat system pelayanan kesehatan akan menjadi pincang dan tidak menjadi efektif dan efisien. Sedangkan pelayanan kesehatan yang holistik adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan tidak hanya berfokus pada dimensi fisik pasien atau orang sakit tetapi melihat secara keseluruhan faktor-faktor yang berkontribusi menyebabkan sesorang tersebut menjadi sakit seperti faktor psikologis dan sosial ( biopsikososial).

Berdasarkan target sasaran pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pelayanan kesehatan individual (medikal service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (Public health service). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan individual (medical service) memiliki karakteristik untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit (curative) serta pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang domain utamanya adalah rumah sakit dan dokter sebagai pelaksana utamanya. Sedangkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) memiliki karakteristik untuk meningkatkan kesehatan (promotif) dan mencegah terjadinya penyakit (preventif) yang domain utamanya adalah puskesmas dan dokter serta sarjana kesehatan masyarakat sebagai pelaksana utamanya.

Dalam perkembangan pelayanan kesehatan yang begitu pesat oleh karena dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran mutahir, membuat pelayanan curatif dan rehabilitatif mendominasi kebijakan penganggaran kesehatan, sedangkan pelayanan promotif dan preventif sepertinya dianak tirikan. Hal ini pun berdampak terhadap puskesmas sebagai layanan primer yang mulai cenderung memperlengkapi dirinya dengan berbagai peralatan kedokteran canggih, membuka ruang-ruang perawatan Rawat inap, sehingga ketimpangan pelayanan curatif dan rehabilitatif dengan pelayanan promotif dan preventif semakin nampak.

Padahal idealnya, puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan memiliki peranan penting dalam dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit agar masyarakat tidak jatuh ke dalam keadaan sakit. Meskipun rumah sakit dan puskesmas diperlengkapi dengan sejumlah peralatan canggih, SDM yang kompeten, namun akan gagal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena jumlah orang sakit akan terus bertambah disebabkan pada kelemahan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

Pelayanan promotif dan preventif memiliki fungsi strategis dalam pengerakan dan pemberdayaan masyarakat untuk besikap dan ber perilaku sehat agar dapat menjaga dan mempertahankan kesehatannya sehingga tidak jatuh ke dalam sakit. Pelayanan promotif dan preventif dengan pendekatan komunikasi kesehatan yang efektif dan efisien dapat mengoptimalkan peran serta masyarakat untuk turut berpartisipasi aktif dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Komunikasi kesehatan yang efektif dapat mendorong dan mengembangkan nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan.

Beberapa nilai budaya dan kearifan lokal yang dapat dipontensikan untuk upaya pemecahan masalah kesehatan misalnya ” Miss kada dipotuo, pantan kada dipomate ” dari masyarakat toraja, ” Siri’ na pacce” dari masyarakat bugis makassar, ” Sa iyo sa Kato ” dari masyarakat minang, “Marbinda” dari masyarakat batak, “Pelas tanah” dari kutai dan “Lamaholot” dari Nusa Tenggara Timur (NTT) . Nilai budaya dan kearifan lokal masing-masing tersebut diatas berbicara tentang kebersamaan, kerja sama, keteladanan dan harga diri masyarakat.

Kemampuan menggerakan dan memberdayakan masyarakat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan promotif dan preventif ini perlu digali dan dikembangkan secara terus menerus, meskipun hasilnya tidaklah bersifat instant sama seperti kuratif dan rehabilitatif.

Dalam situasi pandemi covid-19 yang diprediksi dapat berlanjut sampai 5-10 tahun, maka sudah sepatutnya penguatan pelayanan promotif dan preventif di layanan primer merupakan hal perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Penguatan pelayanan promotif dan preventif dalam hal ini adalah penyiapan tenaga kesehatan masyarakat, dokter kesehatan komunitas dan juga dukungan kebijakan anggaran yang proporsional.(Nimbrod Rungga)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.