Pembebasan Lahan Disebut Dapat Mengatasi Macet Parah di Ciledug Raya

Jakarta1993 Dilihat

Jakarta, MEDIANASIONAL.ID – Kemacetan lalulintas di Jalan Ciledug Raya terjadi sejak pembangunan jalan layang busway Tendean-Ciledug tahun 2015 lalu, alias 8 tahun sudah masyarakat pengguna Jalan Ciledug Raya dibuat pening lantaran setiap hari harus bergelut dengan kemacetan parah. Ironisnya, bukan hanya masyarakat yang pening, petugas Polisi lalulintas, Polisi Pamong Praja juga dibuat pusing tujuh keliling.

Seperti diketahui pembangunan jalan layang Tendean-Ciledug menghabiskan biaya sebesar 2.5 triliun. Pada tahun 2017, selaku Gubernur DKI Jakarta saat itu, Djarot Saefullah meresmikan jalur busway koridor XIII Trans Jakarta rute Ciledug-Blok M-Tendean yang merupakan jalan non tol terpanjang di Jakarta.

ADVERTISEMENT

Dampak positifnya, banyak masyarakat pengguna kendaraan pribadi, beralih dan mencintai transportasi publik karena jarak tempuh Tendean-Ciledug hanya sekitar 30 menit dengan 12 halte, Bahwa, Warga pengguna moda transportasi ini terhindar dari macet.

Namun, dan bukan pula rahasia, jika pembangunan tersebut juga meninggalkan dampak negatif bagi masyarakat pengguna Jalan Ciledug Raya, yakni, macet parah setiap hari selama 8 tahun harus dilalui lantaran penyempitan jalan. Dimana jalan umum digunakan untuk menempatkan tiang-tiang besar penyangga jalan layang. Dan yang paling parah adalah dampak pengambilan sebagian jalan umum untuk turun naik busway dari jalan layang menuju halte dan sebaliknya.

Seperti yang terjadi di wilayah Petukangan Selatan dan Petukangan Utara, Pesanggarahan. Dimana sebagian besar badan jalan diambil untuk turun naiknya busway menuju halte Adam Malik dan dari halte Adam Malik menuju jalan layang. Sehingga terjadi penyempitan dan hanya menyisakan satu jalur saja bagi pengguna jalan umum.

Menurut Walikota Jakarta Selatan, Munjirin, pembebasan lahan untuk pelebaran jalan merupakan solusi satu-satunya.

“Sudah lama diusulkan untuk pembebasan. Karena itu satu-satunya jalan mengurai kemacetan sepanjang Ciledug Raya, terutama pada lokasi turun dan naiknya busway dari dan menuju flyover yang hanya menyisakan satu jalur saja, “terang Munjirin.

Warga Petukangan Selatan, Rimhot Turnip juga menegaskan perlunya pelebaran jalan setelah sebagian badan jalan digunakan untuk menancapkan tiang-tiang besar guna menopang jalan layang.

“Ia betul, macet di Jalan Ciledug Raya harus mendapat perhatian dari Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono. Ini sudah berlangsung lama. Paling tidak dimana ada botleneck atau penyempitan harus dibuka diperlebar, “ujarnya.

Sementara Lurah Petukangan Selatan, Wahyudi pun mengatakan dan mengharapkan rencana Dinas Bina Marga DKI untuk membebaskan lahan harus dilanjukan.

“Memperlebar Jalan Ciledug Raya adalah satu-satunya jalan keluarnya. Dinas Bina Marga DKI Jakarta harus melanjutkan pembebasan lahan sesuai rencana ketika pembangunan jalan layang ini. Pemprov sudah mengurangi angkutan Metromini dan Kopaja, tetap saja macet, “Ungkap Wahyudi.

Untuk itu, sangat diharapkan kepada penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono serta Dinas Bina Marga untuk peka mendengar keluhan dan usulan warga terkait kemacetan parah di Ciledug Raya, dan diminta bertindak bijaksana dengan melanjutkan pembebasan lahan guna melebarkan jalan yang menyempit dampak dari pembangunan jalan layang busway Koridor XIII.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.