Gerakan Mahasiswa Ditengah Pandemi Global

Ketua KAMMI Kota Ternate Hasib Wahab, S.Pd 

Mengelaborasi hasil diskusi bersama Pak Yanuardi Syukur seorang Antropolog Unkhair Ternate dan Founder Rumah Produktif Indonesia dalam Refleksi 22 Tahun Milad KAMMI dengan Tema “22 Tahun Milad KAMMI dalam Covid-19;Apa yang bisa dilakukan oleh Gerakan Mahasiswa?”. Melalui diskusi ini, saya pikir menarik untuk diwacanakan dalam satu skema gerakan yang konkrit ditengah musibah pandemi Virus Corona atau Covid-19 ini. Dimana skema gerakan mahasiswa perlu dipikirkan agar mahasiswa tidak terkesan “Mandul gerakan” diatas kegelisahan rakyat saat ini.

Apabila kita Menengok lagi di dalam UU no 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, Amanah dan Tangung Jawab pemuda sangatlah jelas tercatat, dan sebenarnya regulasi kepemudaan ini telah menguatkan eksistensi bahwa gerakan pemuda ada dalam setiap kondisi Negara Apapun.

ADVERTISEMENT

Meminjam Apa yang disampaikan oleh Pak Yanuardi Syukur bahwa “gerakan Mahasiswa sebagai agen control sosial, dan agen Perubahan, tentuh saja harus tetap mengontrol masyarakat agar tetap dalam Koridor tatanan sosial, atau dalam arti lain harus mengontrol agar pemerintah tidak salah langkah dalam menjalankan roda pemerintahan. Ada juga yang menambahkan mahasiswa sebagai agen pengarah perubahan. Apapun jenis keagenan itu, pada intinya mahasiswa harus tetap dinamis dalam semua fenomena yang berdampak luas pada masyarakat”.

Dari uraian diatas, kita bisa menarik benang merah, bahwa gerakan mahasiswa disetiap problem banggsa tidak harus monolitik dan monoton pada gerakan jalanan(demonstrasi) semata. Dalam konteks Covid-19 gerakan jalanan tentuh akan dibatasi dengan keluarnya Himbauan polri yang membatasi kerumunan dan berkumpul menyampaikan aspirasi. Gerakan jalanan (ekstraparlementer) dalam kondisi hari ini bagi saya harus di konfersi sementara dalam skema gerakan lain tanpa mengurangi hakikat dari control sosial dan agen perubahan itu sendiri. Dengan begitu, mahasiswa tidak dianggap sebagai “Jagoan jalanan” Semata; demonstrasi, tanpa ada tawaran ide-ide, gagasan, dan langkah cerdas yang dijadikan solusi ditengah Pandemi Global ini.

Konkritnya, gerakan sosial hari ini tentuh bagi saya sangat relevan dan baik untuk kita lakukan, karena peningkatan kasus Corona yang semakin signifikan di Indonesia telah mengundang kekhawatiran dan juga kepanikan ditengah masyarakat kita. ditambah lagi dengan menejmen penanganan Covid19 oleh pemerintah yang dianggap belum efektif dalam menangani wabah ini. Kurangnya Alat pelindung diri (APD) bagi petugas kesehatan yang menangani pasien juga patut disayangkan.

Semua problem hari ini butuh kehadiran Mahasiswa, kehadiran mahasiswa yang sifatnya tidak hanya reaktif tetapi juga solutif. Misalnya saja, suara aspirasi saya pikir baik disampaikan kepada pemerintah lewat Medsos dan Instrumen lain, tetapi Alangkah lebih baik juga dibendung dengan peran edukasi sosial, Kolaborasi kepakaran akademik dan juga pembentukan relawan kemanusiaan.
Edukasi intensif soal Covid-19 agar masyarakat menyadari bagaimana menejmen menjaga kesehatan ditengah Pandemi misalnya menjaga jarak, rutin mencuci tangan dan lebih penting lagi soal physical distancing (batasan sosial) yang harus dipatuhi. Karena salah satu alasan kenapa kasus Covid-19 semakin bertambah adalah karena masyarakat belum sepenuhnya mengindahkan pemberlakuan physical distancing. dan lebih urgen lagi edukasi ini agar masyarakat tidak panik dengan masalah Covid-19 ini. Edukasi ini bisa lewat tulisan di media ataupun sosialisasi langsung kepada masyarakat.

Kolaborasi kepakaran akademik juga penting dilakukan, Kolaborasi kepakaran akademik adalah bentuk kombinasi besical Ilmu, kita tau bersama bahwa mahasiswa punya kemampuan akademik dibidang masing-masing, tidak salah Potensi ini kalau diakomodir dalam sebuah forum untuk sama-sama mencari solusi. Karena yang Perlu dicatat bahwa Permasalahan yang dihadapi Negara saat ini adalah mencari Faksinasi Covid19, dan juga keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas medis. Mahasiswa bisa saja membuat penelitian untuk mencari Faksinasi, klau kita mengeluh bahwa meracik obat itu sesuatu yang susah maka tentuh kita kalah jauh dengan orang tua kita yg sejak dulu lihai meracik obat herbal, jadi tidak salah klau kita coba. Begitupun Alat pelindung Diri (APD) saya kira bisa juga dihadirkan lewat kemampuan luar biasa mahasiswa untuk memproduksi itu.

Langkah ini bisa tempuh jika saja “mahasiswa mau bekerja dan mau untuk bekerja sama” karena pada kenyataannya mahasiswa di erah ini hanya terlihat kerjanya tetapi susah membangun kerja sama diantara mereka, itulah kenapa mahasiswa dan pemuda sering terkotak-kotak dan tidak ada Isu bersama. (Dr Syahrir Ibnu). Endingnya mahasiswa harus menentukan Arah gerakan dimana keberadaan mahasiswa di tengah Pandemi Global dan keresahan rakyat hari ini? Apakah mahasiswa hanya diam dan menyimak pengumuman pemerintah atas peningkatan kasus Corona ataukah Memilih menjadi solusi atas keresahan rakyat hari ini? Dalam sejarah Gerakan sosial dan gerakan kemanusiaan saya pikir mahasiswa selama ini tidak pernah apsen, tentunya selaku mahasiswa kita harus tetap optimis atas perubahan suatu banggsa dan tidak terlelap dengan sejarah masa Lalu gerakan mahasiswa, kita harus mulai sejarah Baru. Meminjam Apa yang disampaikan oleh Albert Einstein “Otakku diciptakan bukan untuk Mengenang Sejarah tetapi Untuk Menciptakan Sejarah”.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.