Dr Muhammad Syukur Mandar Angkat Bicara Soal Polemik Ijazah Bupati Halsel

Jakarta, Medianasional.id – DR Muhammad Syukur Mandar yang juga berprofesi sebagai advokat dan praktisi hukum sekaligus kuasa hukum Usman Sidik pada tahun 2020 lalu ini, mulai angkat bicara soal polemik mengenai ijasah bupati Halmahera Selatan yang saat ini tengah viral di media sosial belakangan ini.

Hal ini lantara percakapan antara saudara. R. dan IB. yang direkam dan beredar luas dimasyarakat terutama di Media Sosial Facebook.

ADVERTISEMENT

” Jadi polemik ijazah ini sesungguhnya sudah bergulir lama, semenjak Usman Sidik ikut sebagai Calon Bupati Halmahera Selatan di tahun 2020. Kala itu saya dikuasakan oleh Usman Sidik untuk membantu secara hukum memastikan bahwa ijazah itu memenuhi syarat administrasi pencalonan di KPU dan proses memperoleh dukungan di partai Politik, sebab saat itu DPP Partai Demokrat hendak mencabut dukungan karena menyoal keaslian ijazah itu, oleh karenanya saya memahami dan mengetahui secara persis dimana duduk permasalahan ijazah tersebut. dan saya ingin sampaikan saudara R adalah bagian hukumnya Muhammadiyah kala itu, saya selaku kuasa hukum Usman Sidik. Sehingga benar-benar kita mengetahui prosesnya kala itu. Secara detailnya, akan saya tuliskan di lembaran berikutnya,” Kata DR Muhammad Syukur Mandar kepada media ini melalui keterangan persnya, Kami 7 September 2022.

Lanjut Syukur, dalam hal ini ada dua lembar ijazah yang diduga kuat terdapat satu tanda tangan, akan tetapi nampaknya ada dugaan perbedaan tanda tangan itu, yaitu pada tanda tangan kepala sekolah dalam ijazah itu, akan tetapi dua lembar ijazah itu tertulis hanya satu nama yaitu atas nama USMAN SIDIK.

“Dalam konteks itu tentu saya sangat amat memahaminya, oleh karena saya terlibat secara langsung pada segala proses mengurusi keabsahan ijazah itu sejak awal di pilkada tahun 2020. Oleh karena itu saya berpendapat bahwa bila terdapat adanya unsur memalsukan keaslian salah satu atau pada dua lembar ijazah itu, maka sebaiknya diproses secara hukum,” ucapnya.

Olehnya itu disampaikan, bila ada pihak-pihak yang menduga kuat terdapat adanya ijazah palsu, maka penting menurut dia harus dibuktikan kebenaran dan keabsahannya, hal ini perlu dilakukan sama-sama agar masalah ini memperoleh suatu kepastian hukum.

“Jadi ada dua pertanyaan mendasar menurut saya penting, pertama pertanyaannya adalah, apakah dual embar ijazah itu berasal dari satu blanko ijazah asli dengan satu nomor seri yang sama? atau pertanyaan kedua, apakah dua lembar ijazah itu berasal dari dua lembar blanko ijazah asli berbeda tetapi memiliki satu nomor seri yang sama? Pada dua aspek itu, kita memerlukan pembuktian secara materil, artinya perlu pemeriksaan laboratorium forensik, itu yang disebut saudara R dalam percakapannya dengan saudara IB. kewenangan polisi lah membuktikan dan Pengadilan yang memutuskan, apakah benar secara fisik ijazah tersebut sesuai dengan blanco asli yang diterbitkan oleh kemendikbud atau tidak,”ucapnya.

“Pertanyaan berikutnya, bagaimana cara yang bersangkutan memperoleh ijazah tersebut, apakah memperoleh ijazah itu, pemilik ijazahnya duduk dibangku sekolah atau tidak?, apakah pemiliknya ikut proses belajar mengajar atau tidak? Bila iya harus dibuktikan, bila tidak maka ada unsur pidana antara pemilik ijazah dan pemberinya. Atau pemiliknya ikut Pendidikan informal tetapi dapat ijazah lewat jalur Pendidikan formal, maka itupun terdapat unsur pidana, banyak kemungkinan terbuka secara hukum untuk diusut, maka sudah tentu semua proses adanya ijazah Bupati Halsel yang jadi polemiknya sebaiknya dibuka melalui proses hukum, agar kebenaran formil dan materil dapat diperoleh, Tentu saja hal ini penting, karena pemangku ijazah ini sedang menjabat sebagai Bupati, dan mengelola keuangan dan kebijakan negara, ada konsekuensi bila misalnya ijazah yang digunakannya palsu atau misalnya tidak dapat dibuktikan keasliannya secara hukum,” sambungnya.

Syukur Mandar bahkan berpendapat, secara hukum kedudukan dan keaslian ijazah ini harus diproses dan dibuktikan secara hukum. Dengan cara, pertama dibuat laporan pidana secara resmi kepada Kepolisian oleh siapapun warga negara, tentu dengan syarat didukung bukti permulaan yang cukup, dalam hal ini hemat saya cukup banyak bukti permulaan yang diedarkan di medsos ya. Kedua ajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri tentang status keabsahan ijazah tersebut untuk memperoleh kepastian hukum dalam hal kebenaran formilnya, dengan cara inilah kebenarannya dapat diungkap, bila tidak maka tentu pemilik ijazah dirugikan nama baiknya, dan bila digugat maka ada kesempatan pemilik ijazah untuk membuktikan kebenaran ijazahnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.