Dinkes Tulungagung Himbau Masyarakat Bila Batuk Tak Kunjung Reda Langsung Datang ke Puskesmas

Tulungagung133 Dilihat

Tulungagung, Medianasional.id – Seiring merebaknya penyakit TBC saat ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung meminta masyarakat yang mengalami gejala seperti batuk tak kunjung reda, berkeringat pada malam hari, kelelahan, kehilangan nafsu makan serta berat badan makin menurun diharap segera memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat.

Penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberkulosis TBC, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Tulungagung. Pada tahun 2022 lalu temuan suspect mencapai 101 persen dari target yang ditentukan SPM (Stadart Pelayanan Minimal).

ADVERTISEMENT

Untuk itu, masyarakat diharap tak perlu malu atau takut saat mengetahui hal tersebut. Disisi lain, semakin cepat terdeteksi, tentu pula memiliki peluang besar untuk bisa disembuhkan serta tidak menular pada keluarga atau orang lain.

Kepala Dinkes Tulungagung Kasil Rohmat melalui Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Didik Eka mengatakan, banyaknya temuan ini justru menjadi hal positif paska pandemi Covid-19. Mengingat, saat pandemi Covid-19 skirining atau tracing bagi orang yang di curigai sebagai penderita TBC di Kabupaten Tulungagung sempat terkendala.

“Kalaupun banyak temuan, itu menandakan kader TB benar-benar aktif dalam melakukan pantauan dan mendapat temuan di lapangan,” ujarnya,Kamis(9/3/2023).

Tugas dari kader TB menurut Didik diantaranya adalah, melalukan tracing bagi orang yang punya kontak dengan penderita positif TBC. Seperti Covid-19, 20 orang yang kontak langsung pada seorang penderita positif TBC akan di tracing dengan diambil dahaknya dan diperiksa bagian lain untuk memastikan bakteri ini telah menular maupun tidak.

Pada tahun 2022 Dinkes Tulungagung telah mendapatkan pasien TBC sebanyak 1416 atau sekitar 52 persen dari target yang di tentukan yakni 2720. Dari temuan 52 persen itu ditangani dengan wajib minum obat rutin selama enam bulan.

“52 % itu telah kita obati. Dengan temuan yang besar ini, justru akan dapat mengontrol lebih baik sebaran penyakit TBC di Kabupaten Tulungagung. “Bayangkan, kalau kontak erat dengan pasien TBC yang positif telah tertular tidak segera ditemukan, maka akan semakin menularkan pada orang lain,” katanya.

Penyakit yang menyerang paru-paru ini, gejalanya juga banyak terjadi pada penyakit lain. Ironisnya, masyarakat masih menganggap penyakit TBC sebagai hal yang memalukan.

“Masyarakat perlu diberikan pemahaman. Kalau dia datang ke dokter dikatakan TBC biasanya ragu, lalu datang lagi ke dokter lain dan disebut terkena sakit radang paru, maka ia akan lebih senang ke dokter terakhir yang tidak memvonisnya kena TBC” jelasnya.

Didik juga menjelaskan, bagi penderita yang dinyatakan positif TBC, akan memerlukan pengobatan rutin 6 bulan. Bila ini tak dilakukan, maka ditakutkan akan terjadi TBC resistensi obat. Bahkan, saat ini, kisaran 15 pasien TBC resistensi obat.

“Bila sudah demikian, tentu pula penanganannya pun semakin sulit dan pemerintah membutuhkan biaya per pasian mencapai 100 juta rupiah,” ungkapnya.

Setiap pasien TBC akan diberikan obat secara gratis dengan standarisasi WHO. Berbeda dengan biaya sendiri, Is bakal mengeluarkan biaya sekitar 500.000 tiap bulan selama 6 bulan.

Paisien TBC yang tidak terkontrol oleh dinas kesehatan, biasanya meminum obat hingga kondisinya merasa enak dan sehat. Padahal bakteri itu belum mati. “Kalau minum obat, satu bulan sudah merasa membaik dan berat badan tubuh mulai naik. Ia merasa telah sehat, meski sebenarnya bakteri masih bersarang dalam tubuhnya. Ini kalau kambuh, akan bahaya karena bisa masuk dalam resistensi obat tadi,” terangnya.

Saat ini Dinkes Tulungagung telah bekerjasama dengan seluruh dokter praktek untuk saling memberikan informasi jika ada orang yang diduga terkena TBC datang ke kliniknya.

“Semua dokter yang buka praktek sudah paham dan saling membantu, jika ada pasien dengan gejala TBC akan diberikan pemahaman agar selanjutnya diberikan obat oleh Faskes atau Puskesmas. Mereka rela kehilangan profit untuk membantu masyarakat kita agar tidak menularkan bakteri ini ke orang lain,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.