Pengakuan Pemeran Yesus Kristus Saat Drama Treatical di Sidikalang

Dairi660 Dilihat

Dairi, medianasional.id – Ribuan Umat Katholik Gereja Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang, turun ke jalan untuk mengikuti perjalanan Kisah sengsara Yesus Kristus sebelum wafat dan di Salibkan di kayu Salib, Jum’at (29/3).

Drama treatical Peristiwa kisah sengsara ini, di perankan oleh siswa siswi kelas 10 dan 11 SMA Santo Petrus Sidikalang, dengan berbagai karakter dan peran yang di pentaskan sepanjang jalan raya dengan pengawalan dari anggota Polres Dairi.

ADVERTISEMENT

Perjalanan kisah sengsara dimulai dengan penangkapan dan menjatuhi hukuman mati Yesus Kristus di hadapan Raja Herodes dan Raja Pontius Pilatus. Treatical di mulai dari SMA Santo Petrus Sidikalang yang di ikuti oleh ribuan umat, dengan berjalan kaki menuju Gereja Paroki Sidikalang yang di ilustrasikan sebagai Bukit Golgota tempat penyaliban Yesus Kristus.

Kisah sengsara wafat Yesus Kristus ini di perankan oleh seorang siswa bernama Rymon Pincensius Lumban Tobing Siswa kelas 11 SMA Santo Petrus Sidikalang. Rymon mengatakan, dirinya sangat merasa bangga bisa memerankan Tuhan Yesus, sebab dengan melakukan peran tersebut, dia mengaku bisa merasakan bagaimana sakit dan getirnya penderitaan Yesus yang harus menderita sengsara hingga di jatuhi hukuman mati meskipun tidak bersalah.

Dan yang paling berkesan bagi Rymon adalah saat dirinya di cambuk dan di pukul, kemudian di paksa memikul Salib berjalan sepanjang jalan dengan beban salib di pundak hingga terjatuh dan tersungkur beberapa kali di aspal jalan raya, sehingga membuat dirinya terpukul dan terharu atas peran yang dia lakoni belum seberapa dengan peran sesungguhnya yang di rasakan oleh Yesus Kristus yang rela sampai mati untuk menebus dosa-dosa manusia.

“Dengan peran ini saya dapat merasakan penderitaan Tuhan Yesus, bagaimana rasanya di olok- olok, di hina dan di caci maki, dan bukan hanya itu, saya juga bisa merasakan ditendang, dicambuk, disiksa hingga di gantung di kayu salib. Memang itu hanya drama, tetapi setidaknya lewat semua peristiwa yang saya rasakan itu dapat saya hayati apa yang saya rasakan ini belum apa-apa di bandingkan dengan yang di rasakan Yesus. Dalam perjalan kisah sengsara ini kita menempuh perjalanan hanya beberapa kilo dari lokasi pengadilan hingga bukit Gogota (Gereja Paroki red) dan itupun mendapat pengawalan dari kepolisian, kalau kisah sengsara sebenarnya sesuai dengan yang tertera di alkitab, mungkin kita tidak akan kuat, maka itu, meskipun hanya sebatas drama treatical, saya dapat merasakan betapa sakitnya penderitaan Tuhan Yesus Kristus mulai dari persidangan hingga penyaliban,” lirihnya.

 

(Kristo)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.