Opini : Menerka Tujuan Elite Global Dibalik Covid – 19

Artikel374 Dilihat

Oleh: Dicke Muhdi Gailea
Direktur Pendidikan & Pelatihan Hukum
BAKORNAS LKBHMI PB HMI

Virus Corona Atau Covid-19 sedang melanda dunia, penyebarannya begitu cepat dari mulai ditemukannya pertama kali di Wuhan China pada Desember 2019 kemarin. Banyak terdapat informasi baik dalam bentuk visual maupun tulisan terkait dengan sebab akibat daripada Covid-19 ini. Salah satu teori konspirasi yang di analisa kemudian tersebar ke beberapa percakapan online adalah tentang agenda Amerika dalam mengontrol populasi dunia, salah satu orang yang selalu disebut namanya dalam upaya depopulasi tersebut adalah Bill Gates. Teori tersebut juga mengulas tentang sokongan dana dari Bill Gates dan beberapa konglomerat dunia lainnya.

ADVERTISEMENT

Upaya depopulasi tersebut sebenarnya dianggap benar oleh beberapa orang karena pada tahun 2015 lalu telah tersebar video dimana di salah satu acara di New York Bill Gates pernah memprediksi akan terjadinya sebuah epidemic yang menyebabkan penyusutan/pengurangan jumlah manusia di bumi. Bill Gates mengatakan bahwa pengurangan jumlah manusia tersebut bukan karena perang fisik yang terjadi melainkan karena suatu virus sifatnya tidak kasat mata. Kemudian pembahasan ini menyentuh pada kesimpulan bahwa terdapat kekuatan elite global untuk mengontrol jumlah manusia pasca Covid-19.

Upaya Mengontrol Jumlah Manusia

Kesimpulan yang muncul kemudian adalah bahwa Bill Gates bersama yayasannya berusaha mengontrol populasi manusia menggunakan Teknologi Biometrik yang dileburkan bersamaan dengan vaksin yang akan ditawarkan kemudian, akibat dari itu maka beberapa hari kemarin ramai publik memberitakan para ahli baik dari bidang kesehatan hingga ahli politik mengingatkan atau “speak up” agar presiden lebih jernih membaca situasi dengan tidak menggunakan vaksin yang ditawarkan oleh Bill Gates beserta yayasan yang mempunyai keterkaitan kepentingan yang sama. Biometrical Chips tersebut diperkirakan menyatu secara dengan cairan vaksin Covid-19 yang di prediksi kelak chips tersebut tersambung dengan sistem informasi digital di Amerika dalam hal ini sesuai dengan rencana elite global termasuk Bill Gates tersebut, jadi kesimpulannya adalah manusia dapat di kontrol populasinya serta data pribadinya dari Amerika. Cukup berbahaya jika hal tersebut sampai terealisasi, kesimpulan dari rencana elite global serta kegunaan vaksin Biometrical Chips tersebut berkembang dari analisa seorang ilmuwan dari negara Israel bernama Yuval Noah Harari, penulis buku Best Seller berjudul Sapiens dan Homo Deus.

WHO & Covid-19

Sementara World Health Organization (WHO) dinilai ikut terlibat dalam upaya depopulasi tersebut, sebab keterangan yang dirilis oleh WHO beberapa kali justru dinilai janggal dan tidak tepat, salah satu langkah WHO yang dinilai janggal adalah pada saat WHO mengatakan bahwa penyebaran Covid-19 salah satunya adalah melalui uang kertas. Banyak analisa para ahli yang bertebaran mengatakan bahwa kebijakan ini berbanding lurus dengan rencana elite global yang hendak meniadakan uang kertas untuk diganti dengan digital money sebagaimana yang telah ramai digunakan di Indonesia yaitu Ovo, GoPay dsb.

Tekad untuk menguasai dunia masih dipegang erat oleh Amerika, sebagai negara pemenang Perang Dunia, Amerika Serikat semakin bersikukuh untuk menguasai dunia. Hal tersebut terlihat dari beberapa kebijakan yang diambil khususnya pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump salah satunya adalah operasi militer yang menewaskan salah seorang Jenderal Iran di Irak bernama Qassem Soleimani. Sebuah langkah yang diluar nalar normal bernegara, hanya saja ini peristiwa politik yang kemudian terdapat kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan pribadi sehingga hal tersebut jelas terlihat wajar.

Kecerobohan Pemerintah

Di Indonesia angka penyebaran Covid-19 semakin bertambah, akibat bertambahnya jumlah warga yang positif Covid-19 di Indonesia tidak bisa kita lepaskan dari unsur kesengajaan Pemerintah yang tidak siap dan menganggap remeh pandemik ini sejak awal, hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa hal yang menggantung di kepala publik dari awal terjadinya pandemik ini. Ketersediaan masker yang minim di dalam negeri memperlihatkan bahwa memang sebagai bangsa kita se-tidakpeduli itu terhadap kemanusiaan, kemudian kekurangan APD (Alat Pelindung Diri) akibatnya tim medis di beberapa daerah terpaksa bekerja dan mengevakuasi pasien yang terpapar Covid-19 dengan menggunakan jas hujan serta helm yang jauh dari medical protocol standard.

Polemik lain yang muncul adalah tentang penetapan status terhadap pasien, baik yang terpapar Covid-19 maupun tidak, di beberapa daerah beredar informasi bahwa terdapat warga yang dinyatakan terpapar Covid-19 namun ketika pihak keluarga dari pasien tersebut menanyakan dan atau meminta keterangan lebih lanjut berupa hasil laboratorium justru tidak diberikan oleh pihak rumah sakit terkait, hal tersebut menuai kejangalan yang luar biasa dimana status dari pasien tersebut telah dinyatakan positif terpapar Covid-19 tapi pihak keluarga tidak diberi bukti maupun hasil lab yang mendukung keputusan statusisasi tersebut. Sebagaimana yang terjadi di Tidore Kepulauan baru-baru ini.

Masyarakat dibuat heran dengan adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemerintah memberlakukan PSBB tanpa mengindahkan ketentuan dari Pasal 55 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan yang mengatakan bahwa segala bahan pangan kebutuhan dasar warga negara ketika terjadi keadaan mendesak ditanggung oleh negara, yang terjadi adalah negara melarang warganya untuk beraktivitas di luar rumah namun tidak memberi pasokan bahan makanan untuk keselamatan kehidupan warganya. Negara kemudian memberlakukan darurat sipil untuk kemudian berusaha menghindar dari tanggung jawabnya membiayai kebutuhan dasar warganya.

Saya pribadi berharap bahwa Work From Home (WFH) semoga hanya sementara dalam waktu tertentu dikarenakan pendemik Covid-19 masih masif, akan sangat berbahaya apabila kebijakan Work From Home tersebut kemudian berkembang sebagaimana dengan ulasan dari Yufal Noah Harari dalam Bukunya yang berjudul Homo Deus mengetengahkan tentang bahaya eksistensi robotic yang menggantikan peran dari manusia di dunia yang mana sekarang sudah bisa kita lihat di Jepang, Korea serta beberapa negara lainnya. Jika hal tersebut menjadi kenyataan maka pada saat tersebut kita selaku manusia yang memiliki hati dan pikiran, tidak lagi berguna di hadapan dunia khususnya para pekerja di bidang teknik dan industri. **

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.