Menjadi Muslimah Milenial

Artikel417 Dilihat

Menjadi Muslimah Milenial

Oleh: Siti Zulaeka

(Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Peradaban)

Teknologi sekarang sudah berkembang dengan pesat. Tahun 2020 telah memberikan kehidupan baru untuk manusia. Pasalanya manusia sudah tidak lagi merasakan hal yang sulit. Serba-serbi teknologi mulai merambah kepada perilaku manusia, hingga sampai saat ini perusahaan-perusahaan asing sudah mampu memberikan kontribusi robot dengan gaya mirip sekali dengan manusia.

Revolusi yang terjadi tentu tidak semata-mata memberikan kerugian saja, pasti banyak keuntungan yang didapat pula. Memasuki era smartphone semua serba sangat mudah. Bahkan seakan-akan kita telah memasuki dua dunia yaitu dunia maya dan dunia nyata. Dunia maya tidak melulu berbicara pada tahap kerugian saja, keuntungan dari dunia maya ialah kita mampu keliling dunia tanpa kita harus mengeluarkan uang bermiliyaran. Kita tidak perlu keluar ruangan untuk mencari tahu apa yang kita inginkan. Kita tinggal duduk manis atau sambil tiduran lantas semua yang kita ingin ketahui akan terjawab semuanya.

Dari smartphone banyak sekali yang menggunakannya untuk kebaikan pula, semisal dakwah di media sosial namun tetap sesuai Al-Qur’an dan hadist, berdagang dengan tetap berpegang teguh pada syariat islam dan menjaga ukhuwah islamiyah dengan orang-orang terjauh agar tetap terjaga tali silaturrahminya. Lantas apa kaitannya dengan muslimah Milenial?

Era Milenial sangat akrab sekali digambarkan seperti yang sekarang ini. Hidup serba teknologi, kita dimanjakan oleh alat-alat yang sangat canggih. Bahkan dengan kehadiran telepon pintar tentu merubah sedikit tentang gaya hidup bagi kita semua apalagi kaum perempuan. Perempuan dengan bentuknya yang sangat luar biasa dan kemampuannya yang multi peran tentu memiliki peran dalam hal ini. Islam memandang seorang muslimah adalah ia yang menutupi auratnya, berpakaian tidak membentuk tubuh, berakhlakul karimah, berkata sopan, tentu bertawakal kepada Allah SWT. Trend yang sekarang sedang terjadi adalah penjajahan dalam fashion.

Penjajahan dalam fashion dalam artian bahwa apa yang telah dipakai oleh gaya perempuan saat ini condong kepada budaya barat, dengan rambut yang berwarna-warni, pakaian yang pas tubuh dan aksesoris yang hampir mirip dengan yang dipake orang-orang barat seperti sepatu, tas, anting, kalung dll. Saat ini banyak perempuan yang berhijab pula hanya untuk megikuti trend yang sekarang, dengan gaya hijab yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Anjuran dalam Islam bahwa hijab adalah menutupi rambut dan payudara karena kedua anggota tubuh masuk dalam aurat seorang perempuan. Namun, realitas yang sekarang terjadi, bahwa hijab hanya sebagai perubahan tampilan agar terkesan lebih mempesona tapi bukan berarti juga seorang muslimah adalah ia yang bercadar, berhijab tentu tidak harus yang berukuran besar sampai kaki-kaki namun yang menutupi payudara dan rambut. Bercadar tidaknya kembali kepada pengguna hijab itu sendiri.
Lantas bagaimana menjadi muslimah sejati di Era milenial?

Kutu buku
Tuhan menciptakan dua telinga, dua mata dan satu mulut agar kita lebih banyak mendengar, lebih banyak membaca daripada berbicara. Berbicara yang dimaksud ialah berbicara yang tidak sesuai dengan pokok pembicaraannya. Padahal dengan membaca buku tentu kita tidak akan menambah kebosanan atau kekuperan, malah akan semakin menambah pengetahuan sehingga dengan mudah kita bergaul dan memberikan pokok pembicaraan yang berkualitas. Apalagi saat ini sudah hadir telepon pintar, dengan mudah kita bawa kemana saja, kita gunakan dengan bijak dan tentu menambah kebermanfaatan bagi diri kita semua. Untuk membaca buku saya kira tidak harus mereka yang berpendidikan tinggi, namun siapapun berhak membaca buku. Karena buku adalah pintu untuk kita membuka cakrawala dunia baru.

Mampu berkarya
Satu hal yang tidak pernah akan mati adalah karya. Sebagai seorang perempuan jangan pernah merasa bahwa diri kita adalah lemah. Perempuan adalah multi tekstil bahwa kita mampu berperan sebagai apapun. Dalam hal berkarya tentu kita sangat mudah memberikan karya. Misalkan saja, dengan kita belajar memasak maka akan memberikan karya dengan resep baru dari makanan kita sendiri, selain itu juga ketika kita mempunyai bakat menulis tentu akan mendalami dalam bidang penulisan sehingga sesuatu yang kita tulis akan dibaca orang dan memberikan kemanfaatan. Seperti yang diketahui penulis Asmanadia sekarang novelnya sudah memiliki tempat yang sangat berkualitas dan juga Okki setiana dewi selain beliau bergelut dalam dunia kepenulisan beliau juga sering menjadi narasumber dalam acara-acara seminar muslimah.

Mandiri
Titik lemah seorang perempuan ialah bahwa dirinya selalu merasa tidak bisa jika sendirian. Mandiri dalam hal ini ialah bahwa kita akan meminimalisir untuk merepotkan banyak orang, terutama kedua orang tua. Jangan pernah merasa bahwa perempuan adalah kaum lemah yang hanya hadir menjadi pemuas nafsu saja, namun sebagai perempuan juga harus pandai dalam apapun. Sebagai contoh Siti Khodijah istri Rasulullah yang sangat lihai dalam bidang perdagangan, sehingga beliau mampu mandiri tidak bergantung kepada Rasulullah. Selain itu pula sosok Kartini yang telah mendirikan sekolah khusus untuk perempuan, hingga sampai sekarang namanya masih hidup karena beliau tidak pernah putus asa dalam memaknai perjuangan. Sampai saat ini masih banyak perempuan berhijab yang mempunyai karir strategis yang ada di Indonesia seperti Gubernur Jawa Timut, pilot yag berhijab.

Editor : Abu Bakar Sidik

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.