Kearifan Lokal Desa Sadar Kerukunan Banjarpanepen

Banyumas127 Dilihat

Banyumas, MEDIANASIONAL.ID – Keragaman masyarakat Desa Banjarpanepen, Sumpiuh, Banyumas terawat atas penghargaan kearifan lokal. Penghargaan itu sebagai pendewasaan sikap religius atas keragaman agama dan budaya. Tradisi masyarakat dijaga melalui nilai budaya yang dilestarikan masyarakat.

Hal itu disampaikan Kepala Dusun (Kadus) II Desa Banjarpanepen, Sikan pada pertemuan tokoh masyarakat dengan tim peneliti kebudayaan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto di Pendopo Kadus setempat, Selasa (25/2/2020) .

Menurut Sikan, nilai tradisi dijaga oleh masyarakat melalui sikap terbuka terhadap perbedaan. Perbedaan agama tidak menjadikan perselisihan dalam keluarga dan masyarakat.

“Masyarakat disini menganut empat agama, yaitu Budha, Islam, Kristen dan Penghayat Kepercayaan. Mereka hidup berdampingan yang diikat oleh nilai tradisi secara turun temurun,” paparnya.

Sikan menambahkan, tradisi slametan dan kepungan masih berjalan. Tradisi ini menjadi alat perekat untuk menyatukan pluralitas masyarakat.

“Budaya desa yang dikembangkan diantaranya grebek suran pada bulan Syura. Selain itu digelar tradisi Sadran dengan mandi masal di Kali Cawang malam bulan purnama,” terangnya.

Tokoh masyarakat setempat, Daryo menyampaikan sejarah Banjarpanepen tidak banyak warga yang mengetahui. Banjar itu berasal dari nama grumbul Banjaran dan Panepen sebuah tempat bertapa untuk menyepi sehingga dijuluki Banjarpanepen.

“Tradisi masyarakat merupakan warisan nenek moyang. Keyakinan pada zaman dulu suka bertapa, maka malam purnama untuk kungkum bareng di Kalicawang,” tegas tokoh agama Budha tersebut.

Peneliti UNSOED, Ulul Huda menjelaskan pihaknya mengapresiasi atas keragaman Desa Banjarpanepen. Kondisi sosio-kultural masyarakat menjadi modal pemersatu warga. Hal inilah yang menarik untuk diteliti sebagai percontohan pengelolaan keragaman.

“Konsep desa bhineka tunggal ika dapat diimplementasikan dalam tradisi warga desa. Masyarakat dapat hidup berdampingan secara berbhineka tanpa memandang perbedaan agama dan budaya,” pungkas dosen Fakultas Ilmu Budaya tersebut.

Kontributor : Musmualim

Editor : Drajat

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.