Warga Desa Karang Jambu Balapulang Tiga Hari di RSUD, Soeselo. Telah meninggal,Minggu 29 Maret, 2020

Tegal262 Dilihat

Slawi.medianasional.id//. ”

Penyebab meninggalnya seorang warga Desa Karangjambu Kecamatan Balapulang di RSUD dr. Soeselo hari Minggu 29 Maret 2020_ kemarin belum bisa dipastikan karena masih harus menunggu hasil uji laboratorium. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur RSUD dr. Soeselo Slawi dr. Guntur Muhammad Taqwin di ruang kerjanya hari Rabu, 1 April 2020, pagi ini.

“Asnawi selaku kades Karangjambu Kec, Balapulang Kab Slawi mengakui salah satu warganya meninggal dunia di RSUD Slawi pada pukul 18.00 Wib korban yang berjenis laki – laki kurang lebih 35, Tahun meninggal setelah mendapat perawatan ruang Isolasi di RSUD dr Soeselo Slawi setelah mengalami panas dan demam.

“Kata Asnawi Hari senin 30 Maret 2020 warganya pulang kampung halaman Tgl, 22 Maret dari Jakarta, “Beberapa hari kemudian korban mengalami sakit panas dan deman sehingga oleh keluarganya langsung di bawa ke klinik terdekat di Bojong, setelah di periksa tim medis korban didiagnosa terkena tipus dan menjalani perawatan di rumah.

“Setelah korban berobat tidak ada perkembangan, suhu badan tetao panas dan demam, “kemudian pada Minggu 29 Maret 2020 pukul 03.00 Wib kata Asnawi (Kades) korban di bawa ke rumah sakit dalam kondisi tidak sadarkan diri dan mengalami munta – muntah,

“Oleh petugas medis di rumah sakit dr Soeselo korban di rawat di ruang isolasi pada hari Minggi 29 Maret pukul 18.00.Wib korban meninggal dunia.saat ini belum di ketahui apa penyebabnya sementara masih menunggu hasil dari laburatium, tandasnya.

“Langkah dari pihak desa,kata Asnawi telah meminta pada keluarga korban untukmengisolasi diri selama 14 hari, “karena memang informasi daripihak ruma sakit maupun Gugus Tugas Covid-19 belum ada sama sekali, “sementara
Direktur RSUD drSoeselo Slawi Guntur Muhamad Taqwin membenarkan ada orang dalam pemantauan (ODP) meninggal dunia di rumah sakit tersebut, korban meninggal karena penyakit lain, yaitu tensi tinggi dan korban memang baru pulang dari Jakarta.

“Hasil pemeriksaan tim medis tim medis penyebab korban meninggal dunia karena klinisnya ke stroke hemoragik,

“Sebelumnya ramai diperbincangkan di masyarakat jika kematian pasien laki-laki berusia 35 tahun tersebut karena infeksi Covid-19. Hal ini terjadi lantaran pasien tersebut termasuk kategori Orang Dalam Pantauan (ODP) karena baru datang dari Jakarta seminggu sebelumnya. “Saat datang ke rumah sakit, langsung V dari tracking diketahui pasien baru datang dari Jakarta,

“Guntur menuturkan, jika ada pasien dengan gejala klinis seperti demam tinggi dan memiliki riwayat perjalanan dari wilayah zona merah, maka protokol kesehatannya secara otomatis menempatkan yang bersangkutan sebagai ODP. “Pasien tersebut datang ke IGD dengan kondisi demam dan tensi tinggi. Sebelum meninggal, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran dan keluar pendarahan dari mulut dan hidung”, jelasnya,

“Guntur pun mengungkapkan, sejak kedatangannya di ruang isolasi IGD, pasien ini akan dipindahkan ke ruang isolasi ICU. Namun karena penuh, sudah terisi pasien, “Pasien Dalam Pengawasan (PDP), oleh dokter jaga IGD, pasien dipindahkan ke ruang isolasi Palm. “Saat di ruang isolasi Palm inilah pasien mengalami henti jantung sehingga oleh tim medis dilakukan tindakan resusitasi jantung paru-paru dengan pemberian oksigen dan obat-obatan emergency, namun korban tetap tak tertolong”, tuturnya.

“Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, tim dokter pun telah mengambil sampel lendir tenggorokan pasien dan mengirimkannya ke laboratorium kesehatan di Yogyakarta. Sementara untuk pengurusan jenazahnya, pihaknya telah menerapkan standar operasional prosedur penanganan jenazah pasien terkonfirmasi positif Covid-19.

“Pada kasus ini, kita terapkan prosedur penanganan Covid-19 sebagai antisipasi kemungkinan terburuk pasien terpapar virus Corona, meskipun jika dilihat dari gejala klinisnya, kematian pasien lebih disebabkan komplikasi penyakit seperti jantung ataupun stroke yang memicu pecahnya pembuluh darah, termasuk TB paru karena dari penelusuran kami ke keluarganya, ada riwayat pasien untuk pengobatan penyakit ini”

“Guntur pun menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak perlu menstigma pasien ini meninggal karena terinfeksi Covid-19 karena memang hasil tesnya belum keluar. Sikap waspada dalam situasi seperti ini, kata Guntur, sangat diperlukan karena potensi berpindahnya virus dari kota besar ke desa-desa cukup besar seiring dengan meningkatnya arus mudik, kepulangan warga ke kampung halamannya.

“Sepanjang warga disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak bersentuhan secara fisik, menjaga jarak aman minimal satu hingga dua meter dengan siapa pun, entah itu dengan anggota keluarga, teman ataupun tetangga, terlebih mereka yang baru datang dari zona merah, tentunya tidak perlu panik.  Editor, Soyan Ari/ Reporter (Rudi Sirait).

ADVERTISEMENT

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.