“Telanjang” Buku Raport Pelajar di Kabupaten Mukomuko 2019 Tanpa Pembalut

Suranto : “Jangan Gara-gara Tak Bisa Membayar Sampul Raport, Siswa Jadi Putus Sekolah Itu Bukan Pencerdasan Anak Bangsa Namanya”

Suranto (Sekretaris Disdikbud) Kabupaten Mukomuko

Mukomuko, medianasional.id – Pembalut atau sampul Buku Raport siswa -siswi TK, SD sampai ke tingkat SMP di Kabupaten Mukomuko pada tahun 2019 ini, terpaksa tanpa sampul alias telanjang. Disebapkan Pengadaan sampul Raport yang telah dilelang pada tahun 2018 lalu gagal diadakan oleh pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbut) Kabupaten Mukomuko, (Datang tak tepat waktu, red).

Dikonfirmasi, di ruang kerjanya Rabu 12/6/2019, Sekretaris Disdikbud setempat, Suranto, S.Pd, mengatakan kalau tidak ada sampulnya, sudah barang buku raport itu telanjang, “Ya buku roport para siswa/i di Mukomuko ini, bisa diartikan telanjang, karena tak ada pembalutnya,” ujarnya.

Ketika ditanyakan, mengapa pengadaan sampul Raport pada tahun 2018 lalu bisa gagal ? Dia menjawab, hal tersebut dikatakannya Ia tidak mengetahui secara persis, apa yang membuat pengadaan pada tahun lalu itu tak terealisasi. Sedangkan ketika itu, katanya Ia belum menjabat sebagai Sekretaris di Disdikbud Mukomuko.

Menurutnya, beberapa informasi yang didengarnya,  paket pengadaan sampul Raport itu sempat berjalan. Hanya saja tidak sampai kepada tujuan, pasalnya barang itu sampai di Bandara Fatmawati Kota Bengkulu pada tanggal 31 Desember 2018 lalu. Namun panitia penerimaan barang menolak hal barang tersebut, karena pengadaan barang dan jasa sudah tutup buku.

“Kalau pasti apa alasan gagalnya pengadaan sampul raport pada tahun 2018 yang lalu, saya kurang tahu secara persis. Karena saya belum menjabat di Disdikbud waktu itu. Tatapi, ceritanya sudah dilakukan pengiriman, namun pihak pengadaan tak bisa menyediakan barang itu tepat waktu yang ditentukan. Nah pada detik-detik akhir tahun 2018 tanggal 31 Desember, barang itu telah sampai di Bandara Bengkulu. Jadi proses pembayaran tidak bisa dilakukan, karena barang tersebut tidak sampai tepat pada waktu yang telah ditentukan,” beber Suranto.

Informasi yang diterima medianasional.id, gara-gara tidak ada sampul Raport dari Pemkab Mukomuko melalu Disdikbud, akhirnya pihak sekolah membebankan hal itu kepada wali murid, untuk biaya pembelian sampul Raport itu, berkisar diangka Rp 50.000 per siswa.

Menanggapi hal tersebut, Suranto, mengatakan sekolah tidak perlu membebani biaya untuk pembelian sampul Raport itu kepada masing-masing siswa. Katanya, “Kalu soal itu, pihak sekolah bisa saja memanfaatkan biaya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), untuk pembelian sampul Raport tersebut. Dan jangan sampai membebani orang tua murid. Kan kita tahu sekolah SD sampai SMP itu gratis, kok masih dibebani dengan iuran dana, ” ungkapnya.

“Kami minta kepada pihak sekolah, agar tak memanfaatkan keadaan. Okelah kalau bagi keluarga yang mampu hal itu tak dipersoalkan, nah kalau keluarga yang tidak mampu, tentunya perihal itu sangat membebaninya. Untuk makan sehari-hari saja keluarga itu susah, gimana untuk tertanggung beban iuran sampul Raport. Kalau bisa, jangan gara-gara gak mampu membayar sampul Raport, anak-anak mengalami putus sekolah, itu namanya bukan mencerdaskan anak bangsa,” pungkas Suranto. (Aris)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.