Puluhan Guru SD/MI/SMP /MTS Ikuti Training Of Trainer

Pekalongan66 Dilihat

Kota Pekalongan, medianasional.id Untuk membekali ilmu mengenai dunia perbatikan, puluhan guru SD/MI dan SMP/MTs di Kota Pekalongan mengikuti Training of Trainer (ToT) Batik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan melalui Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Kota Pekalongan. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Museum Batik Pekalongan, Rabu (20/02/2019).

Ketua Penyelenggara dalam hal ini yang diwakilkan oleh Sekretaris BKPPD Kota Pekalongan, Rofieq menuturkan kegiatan ini dimaksudkan untuk membekali guru tentang budaya batik yang menjadi keunggulan dan kearifan lokal Kota Pekalongan, yang diharapkan mampu menyalurkan ilmunya kepada anak didiknya untuk mengenal budaya dan seni serta potensi ekonomi kerajinan batik di Kota Pekalongan.

“Dari ToT ini, guru diharapkan dapat membekali peserta didiknya untuk mengenal budaya dan seni serta potensi ekonomi kerajinan batik. Kemudian membekali peserta didiknya dengan ketrampilan seni batik, menumbuh kembangan jiwa wirausaha bagi peserta didik dan membekali peserta didiknya untuk melestraikan seni batik,” terang Rofieq.

Acara itu diikuti 80 guru tersebut mendatangkan narasumber dari Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Universitas Politeknik Pusmanu, UPTD Museum Batik, dan pengusaha batik yang ada di Kota Pekalongan. Kegiatan diselenggarakan dari tanggal 20-22 Februari 2019.

Hadir di tempat itu, Walikota Pekalongan yang hadir memberikan pengarahan mengatakan bahwa kegiatan ToT ini sebagai langkah awal untuk melestarikan batik sebagai ikon Kota Pekalongan dan jantung kehidupan yang menggerakan perekonomian masyarakat Kota Pekalongan.

“Pemerintah apresiasi sekali atas prakarsa dari Dinas Pendidikan kerjasama dengan BKPPD dalam rangka pelatihan ToT bagi para guru untuk memberikan suatu pembelajaran bagi anak didiknya terkait dengan masalah batik. Batik tidak hanya menumbuhkan perekonomian di Kota Pekalongan tetapi juga merupakan suatu jantung kehidupan bagi masyarakat Kota Pekalongan yang perlu dilestarikan.

Dituturkan oleh Saelany, batik merupakan kehidupan bagi sebagian masyarakat Kota Pekalongan. Disamping batik sebagai warisan budaya tetapi juga telah menjadi ikon penting atas dikukuhkannya Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia oleh UNESCO. Batik juga telah dijadikan muatan lokal di setiap jenjang pendidikan di Kota Pekalongan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi. Dengan memasukan batik kedalam muatan lokal disekolah-sekolah, maka batik akan dikenal oleh generasi kita yang akan datang.

“Para guru diharapkan pula mengajarkan tentang pengalamannya kepada para siswa sehingga generasi muda semakin cinta dengan batik sebagai ciri khas Pekalongan. Saya harap peserta TOT ini memperhatikan dan memahami apa yang disampaikan para narasumber, sehingga dapat menularkan kepada peserta didiknya,” tutur Saelany.

Ditambahkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Soeroso, dengan dimasukkannya batik sebagai muatan lokal, ketersediaan guru mata pelajaran dan literasi batik sangat diperlukan.

“Batik sudah menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah yang menjadi kurikulum. Yang menarik adalah ketika batik menjadi kurikulum, tantangannya adalah ketersediaan guru mapel batik, literasi batik. Maka kewajiban kita adalah melatih para guru baik pengetahuan, keterampilan dan sikap apresiasi terhadap batik agar mereka menjadi pengajar muatan lokal batik,” imbuh Soeroso.

Di jelaskan Soeroso, Dinas Pendidikan terus berupaya mengenalkan batik kepada para generasi muda dengan program kegiatan kunjungan ke Museum batik yang rutin dilaksanakan dan diikuti oleh ribuan siswa-siswi tiap tahunnya sebagai upaya melestarikan batik sebagai kearifan lokal Pekalongan.

“Upaya pelestarian batik dengan memboyong anak-anak berkunjung ke Museum Batik merupakan bagian dari program Dinas Pendidikan. Tiap tahun kita bawa 3000 anak untuk belajar membatik ke Museum Batik. Selain memasukan batik sebagai kurikulum, ini dalam upaya pelestarian dan pengembangan karena kita tidak ingin batik tidak dikenal oleh anak-anak, pengenalannya terbatas. Oleh karena itu batik dijadikan muatan lokal ini agar batik juga diapresiasi secara akademis,” jelas Soeroso.

reporter: Anton Sutarko

editor: M.C. Maretan

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.