Opini : Pecinta Tanah Air Indonesia (Petanesia)

Artikel367 Dilihat

Opini : Pecinta Tanah Air Indonesia (Petanesia)

Oleh : H. Aan Hidayat

Berangkat dari keprihatinan Maulana Habib Luthfi bin Yahya atas situasi dan kondisi bangsa, munculnya sikap sikap Intoleran, radikal juga anarkis di tengah masyarakat, yang kalau dibiarkan maka bukan mustahil ke depan negara kita akan hancur, permasalahan ini tidak cukup dibebankan kepada pemerintah tetapi masyarakat harus juga turut aktif menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa ini, maka perlu ada gerakan bersama yang melibatkan seluruh elemen bangsa untuk bersama sama membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga kedaulatan, persatuan dan kesatuan, maka Beliau memilki gagasan untuk mendirikan Ormas Petanesia (Pencinta Tanah Air Indonesia) dan merangkul seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menjadi jembatan penyambung pesan cinta tanah air dan kebangsaan kepada masyarakat di seluruh lapisan dan dalam rangka menerjemahkan ajaran agama untuk selalu mencintai tanah air juga untuk menjaga amanah para pendiri bangsa.

Petanesia selamanya tidak akan berubah menjadi parpol tetapi tetap sebagai ormas yang bersiyasah kebangsaan untuk menjaga keutuhan kedaulatan NKRI, karena Beliau sudah sangat besar dan sama sekali tidak akan memanfaatkan ormas ini untuk kepentingan pribadi, Beliau sudah menjadi tokoh internasional sejak tahun 2000 dengan menjabat sebagai Pemimpin Jam’iyyah Thoriqoh se Indonesia bahkan dunia, dan hari ini Beliau juga menjabat sebagai Wantimpres.

Hubbul wathon minal iman atau Mencintai Tanah Air adalah sebagian dari bukti keimanan, yang merupakan gagasan pemikiran ulama besar Hadhrotusy Syekh KH Hasyim Asyari atas dasar pengejawantahan dari ajaran agama Islam, harus ditancapkan ke dalam pikiran dan sanubari seluruh rakyat Indonesia

Memperkokoh jati diri bangsa seperti air laut yang tetap asin meskipun setiap detik miliaran kubik air tawar bercampur kotoran, sampah dan sangat keruh yang beraneka ragam tetap tidak merubah jati diri air laut yang tetap asin

Seperti tokoh Krisno sang pemimpin dalam pewayangan yang dikenal jliteng atau hitam, filosofi warna hitam adalah warna yang kuat, yang tidak mudah dipengaruhi oleh warna apapun, maka setiap warga negara Indonesia khususnya tokoh agama dan tokoh masyarakat harus memiliki jatidiri bangsa yang kuat seperti warna hitam di antara aneka warna.

Meskipun Indonesia sudah merdeka 75 tahun lebih dan kelihatannya tua, tetapi kalau dibandingkan dengan usia peradaban dunia masih sangat belia.

Hari ini Indonesia mengalami krisis kebangsaan, pancasila sebagai dasar negara masih terus dipermasalahkan, maka tugas kader Petanesia untuk meluruskan pemahaman-pemahaman yang berpotensi menghancurkan kedaulatan NKRI di tengah masyarakat.

Tokoh agama dan tokoh masyarakat di lingkungan masing-masing, harus menjadi jembatan penghubung antara cita-cita pendiri bangsa kepada seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menjaga keutuhan bangsa,

Presiden Indonesia pertama pernah berkata, musuh kami pendiri bangsa lebih ringan karena hanya menghadapi penjajah yang kelihatan, tetapi nanti generasi berikutnya akan sangat berat karena akan menghadapi bangsanya sendiri atau saudaranya sendiri dan ternyata terbukti hari ini banyak sekali anak bangsa yang tersesat dan ingin menghancurkan tanah airnya sendiri.

Kerukunan antar umat beragama merupakan perintah Allah dan menjadi ajaran seluruh agama, termasuk ajaran kakek nenek moyang kita sejak abad ke-8 Empu Tantular di dalam Kitab Sutasoma menulis tentang Bhineka Tunggal Ika, Borobudur dibangun oleh Raja Budha Syailendra tetapi arsitek dan pelaksananya adalah seorang Hindu, begitu juga Candi Prambanan dibangun oleh Umat Hindu di masa kekuasaan Budha.

Indonesia harus tetap menjadi teladan persatuan, kerukunan dan kebhinekaan di dunia, karena Bangsa Arab sudah pecah menjadi banyak negara begitupun bangsa eropa telah pecah menjadi puluhan negara, Rusia juga telah pecah menjadi banyak negara, dan Indonesia telah membuktikan bisa mempersatukan banyak bangsa menjadi satu negara, ini harus kita jaga sampai kapanpun,

Segala hal yang berpotensi memecah belah bangsa harus kita antisipasi dan kembalikan kepada cita-cita luhur bangsa.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.