Opini : Mahasiswa dan Entrepreuner

Artikel277 Dilihat
Oleh : Wahyu Syaefulloh (Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Peradaban Kabid PTKP. HMI Cab. Tegal)

Di bulan September kemaren adalah moment sejarah bagi mahasiswa-mahasiswa yang lulus atau di wisuda. Disisi lain menjadi tradisi sendiri bagi universitas-universitas yang berhasil mencetak sarjana-sarjana yang siap di berbagai bidang profesional, baik di bidang pendidikan, bidang wirausaha dan bidang pekerjaan. Ada masalah yang mendasar dari setiap tahun berbagai perguruan tinggi melulusakan mahasiswa, logisnya ada kompetensi dan kredebilitas dari setiap perguruan untuk membekali lulusan-lulusan dengan kompetensi keilmuan baik soft skill dan hard skill, agar mahasiswa memiliki peluang besar dibidang masing-masing sesuai disiplin keilmuan dan selaras dengan tujuan dari pendidikan.

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 53 sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi : a. Sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh perguruan tinggi,dan b. Sistem penjamin mutu yang dilakukan melalui akreditasi. Dalam poin tersebut perguruan tinggi memiliki mimbar akademik yang terbuka untuk mengasah kemampuan mahasiswa agar lebih cakap ,inovatif, kreatif dan mandiri untuk siap diterjunkan dalam bidang kewirausahaan, bidang pendidikan (pendidik), ataupun di bidang kerja. Disisi lain akreditasi perguruan tinggi juga sangat karena menjadi sebuah parameter perguruan tinggi dalam ukuran terapan kerja dan terapan di dunia pendidikan, lain di dunia usaha.

ADVERTISEMENT

Perusahaan-perusahaan besar lebih tertarik dengan lulusan perguruan-perguruan tinggi yang memiliki akreditasi lebih baik, begitu juga di birokrasi, di dunia kerja rata-rata minimal menerima lulusan perguruan tinggi yang memiliki akreditasi B. Kesempatan untuk perguruan tinggi yang masih berkembang bisa dikatakan berkurang karena mungkin secara soft skill dan hard skill bisa bersaing namun terjegal dengan akreditasi. Perlu adanya siasat untuk kampus yang sedang berkembang dalam hal ini, hanya kewirausahaan (entrepreuner) yang memiliki peluang besar dalam hal ini, karena untuk menjadi entrepreuner tidak harus dari lulusan yang memiliki akreditasi B, bahkan C atau yang tidak terakrditasipun bisa menggelutinya.

Selain isu akreditasi adapula peningkatan pengangguran terbuka, kemenristekdikti mencatat ditahun 2017 jumlahnya mencapai 630.000 ini sebagai bentuk kontemplasi kita semua, mempertanyakan kenapa mereka menganggur? Sudah reperentasikah perguruan tinggi dalam mempersiapkan lulusan? Karena hari ini kita tidak hanya bersaing dengan tenaga kerja produk nasional dengan adanya pasar bebas kita harus bersaing dengan tenga kerja asing.

Salah satu solusi kongkritnya adalah perguruan tinggi lebih cakap dan kreatif di bidang entrepreuner, ini membuka jalan baru bagi mahasiswa yang memiliki basic di kewirausahaan salah satunya untuk mensiasati angka-angka pengangguran lulusan sarjana yang semakin tahun semakin tidak bisa diprediksi.

Menteri ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri terus mendorong sektor usaha untuk berkembang khususnya untuk mahasiswa dan pemuda di Indonesia, dalam acara dialog kebangsaan yang di laksanakan FISIPOL UGM Yogyakarta sabtu (28/7) mengatakan “usia muda tidak berpengalaman itu hal wajar, usia tua berpengalaman juga wajar tapi pemuda yang memiliki kreatifitas tinggi akan menjadi sesuatu yang luar biasa”. Jika mengkaji perkataan beliau ada PR besar untuk kaula muda ( mahasiswa) agar memiliki kreatifitas , hasilnya mindset lulusan mahasiswa tidak melulu mencari kerja, bisa juga dengan menciptakan lapangan kerja. Salah satunya adalah dengan menanamkan jiwa-jiwa wirausaha , menurut kemenaker ada dua kunci menjadi wirausaha adalah kreatifitas dan inovasi.

Lingkungan-lingkungan pendidikan sudah seharusnya memperhatikan hal ini, niat menjadi wirausaha mahasiswa bisa ditopang oleh lingkungan pendidikan, untuk memunculkan efikasi diri atau pemantapan karakter agar lebih percaya diri dan lebih berani dalam mandiri. Lingkunagn pendidikan selain mencetak menjadi pekerja, pendidik profesional pilihan menjadi wirausaha (entrepreunership) juga diperhatikan, mengingat terapan tenaga keja dan terjun di dunia pendidikan khususnya di Indonesia terbatas. Menumbuhkan jiwa wirausaha lingkungan sangat penting, sperti yang dijelaskan diatas bahwa penjamin mutu lulusan perguruan tinggi ada internal dan eksternal (akreditasi), peluang yang besar dan tidak terbatas untuk lulusan di perguruan tinggi adalah kewirausahaan (entrepreunership).

Editor : Dian

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.