Jam Gadang yang Berdiri Megah Sebagai Ikon Kota Bukittinggi

Bukittinggi396 Dilihat

Bukittinggi, medianasional.id – Siapa yang tak kenal Jam Gadang, sebagai Ikon Kota Bukittinggi, Sumatera Barat ini hampir 100 tahun berdiri kokoh meski tanpa besi penyangga dan semen.

Jalan-jalan ke Bukittinggi berasa belum lengkap kalau belum mampir ke Jam Gadang. Bangunan sebagai ikon Kota Bukittinggi sekaligus tempat wisata itu terletak di pusat kota. Menurut sejarah tempo dulu tempat berdirinya Jam Gadang sekarang yang dinamakan Bukik Kandang Kabau di antara Pasa Ateh dan Komplek Istana Bung Hatta.

ADVERTISEMENT

Dari jauh, bangunan setinggi 26 meter itu akan tampak jelas, apalagi setiap saat dikumandangkan lagu-lagu khas Minangkabau yang diputar di sana semakin mengundang wisatawan untuk mampir mendekat.

Dan ditambah lagi atas ide ide Erman Safar Wali Kota Bukittinggi, untuk menarik perhatian dan minat wisatawan datang berkunjung ke Bukittinggi, menganjurkan pada pemandu pemandu wisata dan pedagang  untuk berpakaian khas Minang Kabau.

Menurut sejarah yang dirangkum Medianasional.id dari salah seorang pemuka masyarakat yang mengetahui sejarah mula berdirinya Jam Gadang ini, yang namanya enggan ditulis dalam berita ini menjelaskan mula berdirinya Jam Gadang yang dimulai pembangunannya pada 1924/1926. Jam Gadang ini dibuat sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris Fort de Kock pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Menara Jam Gadang diarsiteki Yazid Rajo Mangkuto. Sementara peletakan batu pertama dilakukan putra pertama Rook Maker yang kala itu masih berusia 6 tahun.

Bangunan Jam Gadang punya keistimewaan dibandingkan menara pada umumnya. Pasalnya, pembangunan Jam Gadang menggunakan bahan-bahan yang tak biasa.

Menurut keterang narasumber Keistimewaan dari bangunan Jam Gadang ini, konon ceritanya yang didapat tidak memakai bahan bangunan berupa semen maupun besi.

Jadi bangunan ini hanya memakai pasir putih, batu bata, kapur, dan putih telur. Pengganti semen untuk merekatkan bangunan itu.

“Walaupun tak menggunakan semen dan besi penyangga, kekuatan Jam Gadang tak diragukan. Buktinya bangunan ini sukses melewati berbagai zaman, mulai dari masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga sekarang. InsyaAllah masih berdiri kokoh,” ungkapnya.

Saat dibangun, Jam Gadang dapat dikategorikan sebagai proyek yang prestisius. Pembangunan Jam Gadang menelan biaya sekitar 3.000 Gulden.  Angka ini terbilang sangat fantastis untuk ukuran nilainya pada masa itu.

Maka tak ayal, Jam Gadang pun menjadi pusat perhatian masyarakat sejak awal termasuk pengunjung wisata yang datang dari berbagai pelosok daerah. Jam Gadang juga digunakan sebagai penanda titik nol di Kota Bukittinggi.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.