1.000 Anak Gandai Bakal Hebohkan di Pencatatan Rekor MURI, Tak Wajib Berkebaya

 

Bupati Mukomuko, Choirul Huda, Beserta Kajari Setempat Dengan Beberapa Anak Gandai dan Camat Air Dikit, Iskameri, Memperkenalkan “Salam? Ala Gandai                     (doc; HUT ke 16 Kabupaten)

Penulis   : Rismaidi

Kamis 7 Maret 2019

Mukomuko, medianasional.id –Diperkirakan sebanyak 1.000 orang lebih penari atau Anak Gandai, akan memadati lapangan depan kantor Bupati Mukomuko, yang bisa dipastikan bakal heboh menghentakkan kakinya ditengah alun-alun komplek perkantoran Pemeritah Kabupaten (Pemkab) setempat. Sesuai  rencana yang telah terjadual para penari tersebut akan meliuk serta melenggak-lenggok pada pembukaan Hari Pers Nasional (HPN) tingkat Provinsi, Kamis 14 Maret 2019 mendatang. Pakaian yang dikenakan oleh para penari tak diwajibkan memakai baju Kebaya, atau pakaian tradisional wanita Indonesia pada Jamaman dahulu “Jadul. Dan sekaligus ditargetkan PWI Mukomuko maupun pimpinan daerah, dan seluruh lapisan masyarakat mengaharapkan tari Gandai tersebut, akan mengukir sejarah baru. Yakni  jika tak ada aral melintang tari Gandai diperkirakan “mengobrak-abrik” sejarah yang diharapankan akan memecah pencatatan rekor MURI.

Rencana Pencatatan rekor MURI tari Gandai dipersembakan peserta terbanyak, diinisiasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Mukomuko, serta mendapat dukungan dari berbagai pihak yang sepertinya terus mengalir. Kegiatan yang akan digelar di Alun-alun kantor Bupati Mukomuko itu, terus mendapat apresiasi dari berbagai kalangan dengan latar belakan berbeda-beda di tengah masyarakat.

Melihat antusias masyarakat itu Ketua Pelaksana HPN, Budi Hartono meyakini peserta yang akan ikut menari diperkirakan melebihi dari target 1.000 orang para anak Gandai. Ia memastikan, siapa saja boleh ikut dalam kegiatan ini asal masih dalam kategori penari Gandai yaitu wanita. Ditegaskannya pula, penari tambahan atau penari diluar 1.000 orang yang disiapkan oleh panitia, tidak akan mengganggu penilaian tim dari MURI.

Katanya, bagi masyarakat yang ingin tampil pada pencatatan rekor MURI itu nanti, pakaiannya tidak dibatasi. Tidak mesti memakai baju Kebaya saja. Asalkan dirasa berpenampilan yang sopan dan layak untuk menari, seperti baju kurung sudah cukup. Lanjut Budi lagi, terkait pakaian,  juga sudah dipastikan kepada tim penilai MURI. Meskipun tidak seragam dan tidak pakai Kebaya, tidak mengganggu penilaian dan penari lain tentunya.

“Termasuk penari 1.000 orang yang kita siapkan itu, tidak mesti pakai Kebaya. Kita sudah siapkan beberapa penari berpakaian lengkap, dan akan ditempatkan di bagian depan,” ujar Budi, Kamis (7/3).

Terkait adanya informasi jika penari diwajibkan mengenakan baju kebaya, kalau mau ikut menari dalam acara pencatatan rekor MURI itu, dirasakan kurang tepat dan kurang akurat. Ditegaskannya, “Memang panitia menyarankan penari mengenakan pakaian Kebaya, tetapi bukan berarti wajib, imbuh Budi.

“Mungkin penyampaian itu mis komunikasi serta kurang akurat. Khususnya antar panitia hal itu harap dimaklum[, karena persiapan kegiatan ini banyak memakai waktu. Kita tegaskan tidak ada kewajiban penari harus mengenakan pakaian Kebaya. Pakai baju Kurung cukup, yang penting pakai selendang,” tegas Budi.

Menurut Budi Hartono, dirinya sangat optimis pencatatan rekor MURI akan berhasil diraih. Pasalnya banyak sekali dorongan dan support dari masyarakat. Sementara pada persiapan tinggal menghitung harinya sampai saja lagi. Dan lanjutnya, nanti diharapkan pelaksanaan dapat berjalan lancar serta rekor  akan ditorehkan.

“Muda-mudahan kegiatan ini berjalan lancar dan tak ada kendala berlebihan. Saya tegaskan lagi, bagi masyarakat yang mau ikut menampilakan persembahannya pada pencatatan rekor MURI nanti, jelas tidak  ada aturan yang diwajibkan mengenakan baju Kebaya,” kata Budi Hartono, sekali lagi mengingatkan.(editor : Aris, Ras)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.