Yuli Irawati Sulap Sampah Menjadi Aneka Kerajinan

Pekalongan79 Dilihat

Kota Pekalongan, medianasional.id Kreativitas muncul tidak di sangka karena butuh ketekunan yang jarang dimiliki orang pada umumnya, misal adanya kain perca batik dan sampah dapat menjadi kerajinan yang menarik dan bernilai. Seperti yang dilakukan oleh salah satu warga Perumahan Griya Swadaya Asri, Kelurahan Kandang Panjang, Yuli Irawati yang menyulap sampah menjadi aneka kerajinan menarik yang banyak di sukai orang.

Dari sentuhan tangan terampil Yuli, sampah yang kurang berguna dianggap sebagian orang tidak bernilai diubah menjadi aneka kerajinan daur ulang sampah seperti bros, centong, talenan, hiasan dinding, bingkai foto, tas, sepeda mainan, dan lain sebagainya. sejak tahun 2017 Yuli menekuni kegiatan sebagai pengrajin.

“Saya membuat kerajinan tangan dengan memanfaatkan kain perca batik dan sampah dengan mengangkat tema batik karena Pekalongan merupakan sentra Kota Batik,” ucap Yuli saat ditemui di kediamannya, Senin sore (07/01/2019).

“Saya biasanya mengajarkan ke ibu-ibu rumah tangga, ibu-ibu PKK, anak-anak sekolah juga biasanya pada kesini pengen belajar, diundang untuk menjadi narasumber di pelatihan-pelatihan juga sering,” jelas Yuli.

Dengan bermodalkan otodidak Yuli menuturkan, saya hanya bermodalkan otodidak dan modal kreativitas, yang mau niat berusaha tetangga kawan tak kasih tahu barangkali suatu saat nanti berguna bagi mereka, ini kegiatan positif yang dapat membantu keuangan suami.

Lebih lanjut Yuli mengatakan, Penghasilan sebulan saya dapat memproduksi sekitar 50-100 buah kerajinan cantik. Kerajinan tersebut saya jual dari Rp. 50.000,00 terendah Rp. 3.000,00Harga. Bahan-bahan yang saya buat untuk kerajinan ini diambil dari para pemulung sampah dan para penjahit di sekitar Kota Pekalongan. Meskipun pemasaran produknya masih jangkauan dalam kota dan keterbatasan tenaga, hasil karya Yuli yang diberi merk “YW Collection”.

“Saya pengen usaha saya bisa laku keras, terkenal karena kan saya ingin menunjukkan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik, ternyata kain perca batik dan sampah pun bisa dimanfaatkan,” jelasnya.

Yuli menuturkan, “Pemasaran masih door to door dan lewat online, pemesanan datang dari dalam kota. Yang paling laku di bros dan bingkai foto. Untuk centong paling kendalanya bahan kayu yang agak susah dicari di Kota Pekalongan, saya harus ambil langsung dari Magelang.”

Yuli berharap suatu saat nanti usahanya bisa semakin maju dan berkembang serta terkenal dengan keinginannya yang ingin mengangkat esistensi keberadaan batik di Kota Pekalongan.

Reporter : M. Maretan
Editor : Puji_Leksono

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.