Malang, medianasional.id – Penyaluran air yang berada di Desa Mulyoasri, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang kini menuai polemik di kalangan warga masyarakat sekitar.
Pasalnya desa tersebut merupakan daerah yang tepat berada di lereng Gunung Semeru dan dekat dengan sumber mata air, tetapi warga masyarakat Desa Mulyoasri tidak bisa menikmati air tersebut, Jum’at (01/02/2019).
Sebelumnya, untuk dapat menyalur air yang lokasi sumber mata airnya di Desa Tamansari, setiap kk harus membayar uang sebanyak Rp. 1000.000,- sedangkan untuk pipa/paralon warga harus membeli sendiri. Akhirnya warga dapat menikmati air tetapi hanya beberapa saat saja. Karena sudah hampir 5 bulan kini air tersebut sudah tidak mengalir lagi, entah apa masalahnya.
Muhammad Santoso selaku Kepala Desa Mulyoasri saat di temui di Sukun, Kota Malang menyampaikan kepada pada tim bahwa “Di situ air dapat bantuan dari propinsi, cuma sumber mata airnya dari Desa Tamansari, dan di sana pipa/paralonnya ada yang nyuri, itupun sudah saya sampaikan ke pak Wikyo selaku Kepala Desa Tamansari” ujarnya.
“Ya pada intinya saya tetap berupaya mencari sumber mata air yang lain, supaya airnya cepat mengalir dan untuk yang mengurusnya saya serahkan ke Pak Maskud. Sedangkan untuk masalah keuangan saya juga kurang paham” imbuh Kepala Desa.
Sedangkan Maskud selaku pengurus air saat di konfirmasi melalui via telepon menyampaikan kepada tim jika penarikan 1 juta dan paralon/pipa 650 rb itu tidak benar. “Yang sebenarnya itu biayanya 750 ribu itu untuk beli meteran dan buat ongkos yang kerja saat pemasangan pipa, dan kemaren itu sudah saya sampaikan pada Kepala Desa Tamansari Pak Wikyo karena tandon yang pusat bocor. Jadi kemarin sudah saya sampaikan semuanya kalau air tidak bisa ngalir maka harus cari sumber atau mata air lainnya” ucapnya.
Beberapa warga yang enggan di sebutkan namanya juga menyampaikan “Air sudah kurang lebih 5 bulan lebih tidak mengalir, dan dulu saat akan menyalur/ ampra air tiap kk dikenakan biaya sebanyak 1 juta, sedangkan pipa/paralonnya beli sendiri sebanyak Rp. 650.000” ucapnya.
“Jadi totalnya Rp.1.650,000.- padahal itu kan bantuan dari propinsi seharusnya gratis tidak di jual belikan, kalau misalkan Rp.1.650.000 kali berapa kk di Mulyoasri dan uangnya sebanyak itu di kemanakan” imbuhnya.
Warga pun berharap air sesegera mungkin untuk bisa mengalir kembali, jika air tidak segera mengalir maka warga meminta uangnya agar dikembalikan.
Saat tim mencoba turun langsung ke lapangan dan melakukan investigasi, hasilnya air memang benar sudah tidak pernah mengalir.
Reporter : Narto
Editor : Sunarto