Study Tour Diduga Jadi “Ladang Bisnis” Salah Satu SMA Negeri di Kabupaten Kampar

Kampar, Riau10720 Dilihat

Kampar, medianasional.id – Meski pemerintah telah melarang adanya pungutan di Sekolah negeri, namun ada saja alasan pihak sekolah untuk membenarkan sejumlah pungutan yang bisa dikategorikan sebagai pungutan liar kepada wali muridnya.

Salah satunya, adalah kegiatan study tour yang biayanya tidak sedikit, biaya ini merupakan salah satu dari sekian banyak jenis pungutan liar yang kerap dilakukan pihak sekolah di semua tingkatan pendidikan.

Seperti di SMA Negeri 3 Tapung Kabupaten Kampar, Provinsi Riau yang mengadakan kegiatan study tour ke Sumatra Barat (Sumbar) dengan memungut biaya sebesar Rp. 1.398.000 /Siswa, yang rencananya akan berangkat pada bulan Juni 2024 mendatang.

Menurut salah seorang siswa SMA Negeri 3 Tapung yang tidak mau disebutkan namanya merasa keberatan dengan adanya biaya study tour yang memberatkan orang tua.

“Kata ibu saya biayanya itu bisa dibilang mahal, soalnya waktu di SMP study tour selama 3 hari 2 malam biayanya cuman Rp. 350.000. Sementara study tour di SMA Negeri 3 Tapung 4 hari 3 malam dengan biaya Rp. 1.398.000,” jelasnya kepada awak media melalui telepon selulernya. Jum’at, (23/02/24).

Selanjutnya ditambahkan siswa tersebut, “sebenarnya orang tua saya bisa saja bayarnya, cuma kok bisa harganya segitu? Soalnya kemarin kakak kelas itu biaya study tournya sekitar Rp 1.075.000 tetapi ini biayanya sampai Rp. 1.398.000, sedangkan kalau Siswa yang tidak ikut dikenakan juga biaya Rp 400.00 untuk membayar revisi makalah padahal angkatan kami yang sebelumnya itu tidak ada bayar walaupun tidak ikut. Sebenarnya teman – teman banyak yang bilang, biaya study tour Rp. 1.398.000, kemahalan, tapi karena dibilang yang tidak ikut harus bayar Rp. 400.000 hampir setengah harga, mendingan ikut sekalian. Kami satu kelas bilang kepada ibu wali kelas, apakah tidak ada rapat orang tua dengan guru – guru? Soalnya yang punya uang orang tua, bukan kami. Tapi kata guru tidak usahlah, kalian saja yang bilang kepada orang tua,” ujar salah seorang siswa SMA Negeri 3 Tapung menirukan ucapan gurunya.

“Untuk keberangkatannya kata guru – guru bulan Juni 2024 awal atau akhir. Ada tujuh kelas yang berangkat, tapi dalam satu kelas itu ada yang tidak ikut, kalau di kelas II ada 34 Siswa, yang tidak ikut itu sekitar 3 orang. Jadi rata – rata perkelas yang ikut itu sekitar 30 orang, karena yang tidak ikut pun bayar Rp 400.000, rasanya percuma gitu om. Kata kakak kelas, yang kemarin berpengalaman tidak ikut makalahnya dipersulit, jadi pertimbangannya besar untuk kesitu, bulan Maret 2024 harus dibayar setengah. Kalau masalah pelunasannya kurang tahu, pokoknya mulai dari sekarang sudah bayar setengah dicicil agar tidak berat kali bayarnya. Kami sangat menyayangkan, kenapa guru – gurunya tidak rapat dengan orang tua dulu. Belum tentu siswa itu mampu, kalau guru – guru gampang ngomongnya gitu,” keluh salah seorang murid SMA Negeri 3 Tapung.

 

Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Tapung, Rinaldi, SPd, saat dikonfirmasi awak media di ruang kerjanya menyampaikan, “kami pelajari dan kami akan selalu tampung dari keluhan orang tua. Kalau orang tua tidak mampu, iya kita tidak berangkat. Tapi kalau ada sebagian ingin berangkat, tentu kita sangguhkan dengan biaya seminimal mungkin. Aspirasi Siswa juga kita tampung, aspirasi orang tua tentu kita tampung juga. Namun kegiatan ini biasanya disebut dengan kegiatan study observasi siswa, setelah itu di ajarkan menulis seperti makala. Kemudian ada pengujian dan pembimbingannya, bapak ibu majelis guru,” terangnya. Selasa, (27/02/24).

“Kemudian untuk kedepannya, direncanakan mungkin habis bulan puasa atau lebaran kita mengadakan pertemuan dengan orang tua. Tentu kita data dulu siswa yang akan berangkat, dan ekonominya bagus. Kemudian untuk yang tidak berangkat kita carikan solusinya. Kasihan juga anak – anak yang ingin berangkat, hanya karena yang ekonominya kurang jadi tidak berangkat. Kalau bisa kita subsidi silang, kita bantu mereka. Kasihan juga, karena kendala ekonomi mereka tidak berangkat. Sementara itu dilaksanakan kalau dinas mengizinkan kita berangkat. Tetapi kalau dinas tidak mengizinkan tentu kita tidak berangkat, kita patuh dengan aturannya. Saya akan berkonsultasi dengan pak Kacab dan pak Kabid, kita dengarkan arahanya. Ada izin berangkat atau tidak? Kalau di izinkan kita mengadakan perencanaan, kalau tidak di izinkan untuk apalagi. Karena saya punya atasan, saya menurut sama atasan,” tutup Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Tapung.

Ketika ditanya terkait pembayaran sejumlah Rp 400.000 bagi siswa yang tidak ikut study tour, Kepala sekolah membantah.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Cabang Disdik Riau Wilayah III Tambang Pekanbaru, Kampar, Rohul, Aldela Tambusai, S.Ag, M.Pd.i ketika dikonfirmasi awak media melalui pesan WhatsAppnya mengatakan, sudah saya telpon Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Tapung tersebut dinda. Kegiatan dibatalkan, ujarnya.

Sementara itu, ketika awak media mempertanyakan apa alasannya dibatalkan. Hingga berita ini diterbitkan, Kepala Cabang Disdik Riau Wilayah III Tambang, Pekanbaru, Kampar, Rohul, Aldela Tambusai, S.Ag, M.Pd.i, tidak menjawab pertanyaan awak media. Meskipun pesan WhatsApp sudah dibaca.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.