Lampung, Medianasional.id – Sekura adalah Budaya Topeng khas Lampung yang tumbuh dan berkembang di Sekala Bekhak yang secara spesifik saat ini berada di kabupaten Lampung Barat yang dinaungi oleh Gunung Pesagi dan Gunung Seminung. Namun demikian, secara lebih luas Sekala Bekhak wilayah adatnya meliputi beberapa daerah mencakup kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat, OKU Selatan dan Tanggamus pada era administratif saat ini.
Budaya Sekura telah muncul dan melintasi era sejak masa Animis Dinamisme, Hindu Buddha hingga era Islam didataran tinggi Sekala Bekhak yang dilatari Gunung Pesagi dan Seminung ini. Pada mulanya, topeng Sekura digunakan dalam prosesi Shamanism di era Animis Dinamisme pada rumpun Pesagi Seminung. Pada era Hindu Buddha kebudayaan ini terus berjalan dan Topeng Sekura difungsikan sebagai kedok atau penutup wajah para Hulubalang dan Punggawa dalam pertempuran.
Setelah era Islam, budaya Topeng Sekura diadopsi menjadi ajang silaturahim perekat kemuakhian antar Marga dan Pekon dalam Masyarakat Adat Paksi Pak Sekala Bekhak di Lampung Barat. Perwujudannya adalah dalam Festival Sekura yang diadakan setiap tahunnya dalam satu minggu selepas perayaan Hari Raya Idul Fitri dari tanggal 1 hingga 7 Syawal dengan berganti-gantian Pekon.
Terdapat dua penokohan didalam Sekura, masing masing adalah Sekura Helau [Sekura Betik] dan Sekura Kamak [Sekura Jahal]. Sekura Kamak merupakan perwujudan dari nafsu dan ekspresi kebatinan manusia meliputi karakter seorang bijak pandai, seseorang yang dituakan, ekspresi kesedihan, keriaan dan atau kegilaan. Sementara Sekura Helau adalah perlambang dan pengejawantahan dari eksistensi manusia yang ingin diakui, diindahkan, penonjolan rupa artistik dan merupakan satu bentuk narsisme.
Dalam persebarannya, Budaya Topeng rumpun Pesagi Seminung ini tumbuh dan berkembang seiring persebaran rumpun Suku Bangsa Lampung. Daerah persebaran dari kebudayaan Topeng atau Sekura ini meliputi beberapa Wilayah Adat, Buway dan Marga seperti di Krui Pesisir Barat, Semaka Tanggamus, Nasal Kaur, Way Kanan, Buway Nyerupa [Abung], Marga Ratu [Way Handak] bahkan juga Tulang Bawang. Namun demikian, fungsi dan pelaksanaannya berbeda beda, ada yang menjadi ajang silaturahim setelah Lebaran sebagaimana di Sekala Bekhak dan ada juga yang menjadi pelengkap Upacara Adat.
Penulis: Diandra Natakembahang Batin Budaya Poerba
