Opini : Pilkada Lampung 2024, Oligarki Berebut Kuasa!

Lampung137 Dilihat

Lampung, medianasional.id – Lonceng telah dibunyikan pihak penyelenggara pilkada,pertanda pertarungan calon kepala daerah telah dimulai.

Adu gagasan menjadi kewajiban yang tak terelakkan disetiap kontestasi demokrasi, baik janji – janji di bidang pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur hingga kesejahteraan masyarakat.

ADVERTISEMENT

Tentunya hal tersebut perlu ada dalam setiap orasi politik ataupun kontrak politik calon kepala daerah yang akan berkompetisi, walaupun dalam implementasinya program yang ingin dijalankan setelah terpilih kadang tidak sesuai antara janji dan realisasinya.

Aristoteles mengingatkan kita bahwa di dalam demokrasi itu banyak demagog, yaitu agitator yang pandai menipu rakyat dengan pidato-pidato dan janji-janji bohong.

Para demagog ini biasanya menebar janji membangun kemakmuran rakyat, menggratiskan pendidikan, menjamin pengobatan dan segala hal yang dibutuhkan rakyat asal dipilih dalam pemilihan.

Namun setelah terpilih, mereka tak banyak yang berbuat, janji tinggal janji bahkan ada yang sampai menghianati rakyat.

Saat ini masyarakat Lampung sedang hangat – hangatnya membahas beberapa figur atau tokoh yang di tawarkan oleh partai politik,organisasi masyarakat ataupun calon independen untuk mengisi kontestasi politik pilkada, baik Cagub, Cabup maupun Cawakot. Para calon tersebut dapat kita lihat dari berbagai link dunia maya atau media sosial hingga meja perkopian, mulai dari politikus, pengusaha, hingga Pengacara yang mempunyai peluang serta popularitas di mata masyarakat.

Politik Indonesia pasca orde baru memang sudah berubah, tetapi konfigurasi kekuasaanya masih sama saja.

Partai politik yang berkembang hingga hari ini hanyalah hasil aliansi bisnis dan politik, yang tak pelak menjadi bagian dari proses akumulasi kekuasaan-kapital.

Kenyataan itu terlihat dari relasi-relasi di dalam tubuh partai politik dengan kaum borjuasi, aliansi bisnis dan politik di tubuh parpol semakin kuat serta mendominasi perpolitikan hari ini.

Politik elektoral digunakan untuk mempertahankan kekayaan, baik mendukung kandidat maupun terlibat langsung dalam bursa kandidat.

Beberapa tokoh yang disinyalir akan maju sebagai Cagub, Cabup maupun Cawakot di Provinsi Lampung tidak bisa melepaskan diri dari relasi kuasa-kapital borjuasi.

Walaupun mungkin hanya temporer, sangat jelas partai politik bermain bukan lagi pada tataran ideologi dan kekuatan arus bawah kepartaian, alih-alih di dasarkan pada kepentingan ekonomi politik elit saja.

Sejalan dengan hal itu, masyarakat kita hari ini yang tergiur money politic, yang pada akhirnya setiap kandidat akan membutuhkan biaya politik yang besar.

Budaya money politik itu bukan hanya karena didasarkan pada pola pikir masyarakat yang pragmatis, tetapi juga karena ketidakpercayaan masyarakat pada janji politik yang dibawa para kandidat, yang seringkali hanya dongeng-dongeng berkeliaran saat momentum pemilihan, maka pemikiran sebagian masyarakat lebih baik mengambil uang yang diberikan.

Sang Bumi Ruwa Jurai (Julukan Provinsi Lampung) pada gelaran pilkada di 2024 ini menarik perhatian para oligarki, mengingat sumberdaya alamnya yang sangat kaya dan menjanjikan dapat digunakan sebagai profit kelompok pemodal (kapitalis) yang pada akhirnya pertarungan yang terjadi bukan pertarungan gagasan, tetapi pertarungan kelompok elit yang berbalut demokrasi dan mengatasnamakan rakyat demi kepentingan pribadi dan kelompok.

Walaupun perebutan kekuasaan yang akan terjadi itu rentan dicaplok kelompok elit, tentunya kita menginginkan figur-figur yang ideal bahkan tidak bermain pada wilayah money politic, meskipun itu mustahil.

Namun, apakah beberapa tokoh yang disinyalir akan maju sebagai Cagub,Cabup maupun Cawakot tidak bermain dengan kelompok elit (oligarki)?

Mari kita mengintip secara saksama dengan melihat pertarungan strategi dan taktik yang terjadi.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.