Dua Anak Badak Jawa Lahir Kejutkan Dunia

Jakarta66 Dilihat

 

Jakarta, medianasional.id – Taman Nasional Ujung Kulon sebagai habitat utama badak jawa berikan kejutan dunia dengan lahirnya 2 anak badak jawa pada Kamis 26 April 2018.

Ini menjadi kebanggaan dan suka cita untuk kementerian LHK yang membawahi Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Sebagai masyarakat konservasi patut berbangga, atas kelahiran dua anak Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dimana TNUK merupakan satu-satunya didunia habitat alami Badak jawa, hingga saat berita ini diturunkan keberadaan jenis kelamin badak tersebut belum diketahui.

Kelahiran dua anak badak itu diketahui dari hasil rekaman kamera video trap bulan Februari lalu. Anak badak jawa dengan induk bernama Puri (ID: 013.2011) yang diberi ID: 073.2018, ditemukan di Blok Rorah Bogo. Sementara anak kedua dari induk yang bernama Dewi (ID: 004.2011) diberi ID: 074.2018, ditemukan di Blok Cikeusik, SPTN Wilayah II Pulau Handeuleum, TN. Ujung Kulon. Kedua anak badak jawa tersebut belum diberi nama.

“Dengan kelahiran dua badak ini, angka minimum populasi badak jawa di TNUK berubah menjadi 68 individu”, ujar Mamat Rahmat, Kepala Balai TNUK saat memberikan keterangan pers di Jakarta (26/04/2014).

Di sela kabar gembira kelahiran badak, TNUK sekaligus berduka sebab pada 23 April 2018 ditemukan seekor badak jantan bernama Samson mati di pantai Karang Ranjang, wilayah TNUK.

Terkait kematian Badak Samson, Rahmat menjelaskan berdasarkan laporan sementara hasil nekropsi terhadap bangkai badak jawa tersebut, diperkirakan kematian kurang dari 3 hari (sekitar 22 April 2018 malam), dan tidak ada tanda-tanda perburuan dan luka, serta tidak ditemukan infeksi patogen akut.

“Dugaan sementara Samson mati dikarenakan usia, perkiraan umurnya lebih dari 30 tahun”, jelas Mamat. Namun untuk mengetahui penyebab pasti kematian Samson, masih menunggu hasil idenfikasi tim dokter hewan Patologi IPB dan WWF Ujung Kulon yang telah melakukan pengambilan sampel seperti usus, otot jantung dan hati.

“Natalitas dan mortalitas adalah hal yang biasa di alam, yang penting ada pertambahan populasi yang cukup tinggi”, kata Mamat.

Badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) merupakan spesies langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia sehingga dikategorikan sebagai critically endangered dalam daftar Red List Data Book yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Sekretatis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), KLHK, Herry Subagiadi, mengatakan Badak jawa juga terdaftar dalam Apendiks I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah. Dikatakan Herry, Badak jawa juga diklasifikasikan sebagai jenis satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.

Hasil monitoring populasi badak jawa pada tahun 2017, menyebutkan bahwa jumlah minimum badak jawa adalah 67 individu. Dengan kematian badak jawa Samson dan kelahiran 2 ekor anak badak jawa di TN. Ujung Kulon maka angka minimum populasi badak jawa di TN. Ujung Kulon berubah menjadi 68 individu.

Dengan manajemen populasi dan manajemen habitat yang bagus diharapkan badak akan merasa nyaman, sehingga angka kelahiran dan populasi meningkat. “Keterlibatan masyarakat menjadi kunci keberhasilan konservasi badak”, pungkas Mamat. (*)

Posting Terkait

ADVERTISEMENT
Konten berikut adalah iklan platform MGID, medianasional.id tidak terkait dengan isi konten.

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.