Cuci Otak Ala Q-Net, Kisah Korban Q- Net (Part 9)

Jawa Timur219 Dilihat

Kapolres Lumajang AKBP DR Muhammad Arsal Sahban SH, SIK, MH, MM bersama pelaku.

Lumajang, medianasional.id – Kisah ini ditulis oleh sebuah akun Facebook yang bernama @Azizwangsalan. Ia menuliskan kisah pilu salah satu keluarganya tersebut yang bergabung di PT Q-NET yang di posting ke Facebook Group ‘Sahabat M.A.S’. Dalam ceritanya, ia menjelaskan bahwa adik kandungnya yang baru saja keluar dari bangku sekolahan awalnya diajak oleh seseorang untuk bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor dan impor di daerah Cikarang, Minggu (15/09/2019).

Saat itu, sang penulis masih belum curiga akan perusahaan tersebut. Namun kejanggalan mulai muncul ketika sang adik meminta uang sebesar 8 juta Rupiah kepadanya dengan alasan untuk biaya training ke Jogjakarta dan pembelian seragam. Sang penulis yang saat itu bekerja sebagai TKI di Korea Selatan hanya menyanggupi permintaan sang adik sebesar 6 juta Rupiah.

Barang bukti yang berhasil diamankan oleh Tim Cobra Polres Lumajang.

Sang penulis pun semakin curiga lantaran sang adik meminta sepatu dan juga laptop untuk dikirimkan kepadanya dengan alamat di daerah Bekasi, padahal saat itu sang adik mengaku sudah berangkat ke Jogjakarta. Seminggu berselang, sang adik meminta transferan uang lagi dengan alasan untuk membayar kontrakan satu tahun. Sang penulis pun bercerita bahwa dari sini dirinya sudah tak percaya, lantaran awalnya sang adik mengaku melaksanakan training di Jogja selama 3 bulan padahal pabriknya berada di Bekasi.

Karena sudah tak dipercayai oleh sang kakak, si adik pun akhirnya sering merengek minta transfer uang ke orang tuanya dengan alasan untuk membeli makan. Namun demikian, sang penulis mengatakan ada perubahan terhadap adiknya tersebut dimana sang adik menjadi lebih sopan dan pura-pura rajin.

Namun dugaan sang penulis salah, karena ternyata sang adik kembali meminta kiriman uang sebesar 3 juta Rupiah kepada dirinya. Dirinya pun meyakini bahwa adiknya telah tertipu oleh seseorang, karena setiap kali dimintai kwitansi atau bukti pembayaran selalu membuat alasan yang bermacam macam. Hingga di titik puncak sang penulis, ia meminta bukti kontrak sang adik dan malah diberikan lembaran bukti penjualan milik teman nya.

Sang penulis pun akhirnya mulai menyelidiki sendiri dengan bertanya-tanya di grup miliknya, dan banyak yang menjawab itu adalah perusahaan Q-NET. Iapun langsung bergerak cepat dengan menghubungi keluarganya dan mengatakan agar tak lagi mengirim apapun kepada sang adik. Sang penulis juga mengatakan sempat memarahi sang adik melalui SMS lantaran setiap kali ditelfon tak pernah diangkat. Karena kejadian tersebut, nomer Whatsapp dari sang penulis dan seluruh keluarga di blokir oleh sang adik.

Sang penulis pun berinisiatif untuk meminta orang tuanya mencari keluarga dari yang mengajak adiknya untuk bergabung di perusahaan tersebut. Dan ternyata setelah ketemu, keluarga yang mengajak malah telah menggelontorkan uang hingga 12 juta Rupiah.

Sang penulis pun akhirnya meminta tolong kerabat yang berada di Margahayu Bekasi untuk mencari keberadaan adiknya dengan biaya bensin maupun lain nya akan ditanggung oleh sang penulis. Setelah sekian waktu mencari, akhirnya sang adik pun ditemukan masih sehat dan diajak pulang. Sang adik mengatakan bahwa laptop hasil kiriman dari sang kakak masih ada, namun setelah di cek di Cikampek sang adik mengatakan bahwa laptopnya hilang.

Setelah sampai di rumah, sang adik pun takut dimarahi oleh keluarga dan bersembunyi di kamar ibunya. Saking takutnya kepada sang penulis, ia sampai berpesan kepada sang ibu untuk menyimpan kameranya yang ia beli seharga 15 juta Rupiah. Padahal awal pembelian kamera tersebut, sang penulis persiapkan untuk adiknya jika ingin mendalami bidang fotografi.

Lama kelamaan, sang adik pun akhirnya bercerita bahwa yang mengirim SMS ke sang kakak maupun kepada keluarga sebenarnya bukanlah dirinya melainkan seniornya di PT Q-NET. Hal tersebut terjadi karena sejak awal HP miliknya telah disita oleh para senior. Selain itu, laptop hasil kiriman kakaknya juga dijual kepada salah satu senior dengan harga 2 juta Rupiah karena awalnya dirinya hanya bisa bayar 6 juta Rupiah. Selain itu, sang adik juga mengaku bahwa kwitansi, seragam maupun sepatu serta hal lainya adalah kebohongan dan semata mata untuk mencari alasan mendapatkan uang saja.

Dalam pernyataan nya, Kapolres Lumajang AKBP DR Muhammad Arsal Sahban SH, SIK, MH, MM yang juga putra daerah asli kota Makassar mengatakan bahwa masih banyak korban yang tak berani melaporkan hal tersebut ke pihak Kepolisian. “Berbagai hal melatar belakangi banyak nya korban tak berani melaporkan kasus tersebut ke pihak Kepolisian mulai dari takut ancaman dari senior, takut dimarahi keluarga, ataupun malu sudah meminta kiriman uang yang cukup banyak dari keluarga. Saya berharap dengan banyaknya jeritan para korban maupun pihak keluarga, dapat membuka hati masyarakat Indonesia untuk lebih berhati hati dengan tawaran lowongan pekerjaan. karena para senior member QNet menggunakan modus tersebut untuk menjerat para Korbannya. Setelah itu mereka di cuci otak sedemikian rupa bahwa hal tersebut harus dilakukan bila ingin cepat punya mobil dan rumah mewah” terang pria yang menyelesaikan studi S3 di Universitas Padjajaran Bandung dengan jurusan hukum Bisnis.

Reporter : nrt

Editor : Sunarto

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.