Alun-alun Banjaran Kini Kumuh dan Semrawut

Jawa189 Dilihat
Terlihat sampah yang sedang dibakar di alun-alun Banjaran.

Bandung – Menciptakan pemerataan pembangunan, serta mendorong (good governance) karena kesalahan-kesalahan lalu, harus semakin kita bijaksana dalam pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan adil dan merata. Dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan profesional bisa diwujudkan dengan kualitas yang baik, menata dan membangun serta mendorong percepatan pemerataan pembangunan dalam bidang infrastruktur dan tata kelola dalam bidang lingkungan.
Keindahan sebuah wilayah perlu adanya kepedulian dari masyarakat dan juga merupakan tugas pemerintah untuk melaksanakan kampanye publik dalam menumbuhkan kecintaan terhadap alam dan lingkungan, meningkatkan kesadaran dalam mengelola lingkungan agar selaras dengan pembangunan yang sedang dilakukan pemerintah menarik partispasi masyarakat dan menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan.

 

Bahkan beberapa waktu yang lalu melalui Pekan Hari Lingkungan Hidup yang di mulai pada 10 Juli hingga 3 Agustus 2017, Pemkab Bandung telah mengadakan acara dalam semangat sabilulungan ngaraksa lembur. Upaya pemerintah kabupaten Bandung dalam memperkuat komitmen sabilulungan jaga lingkungan yang telah dicanangkan pada tahun 2016, semua komitmen tersebut untuk mewujudkan Kabupaten Bandung Bersih Sampah Tahun 2020.

 

Tapi bagaimana dengan keadaan di lapangan, sepertinya tidak sesuai dengan program yang direncanakan Pemkab Bandung, buktinya alun-alun Banjaran yang seharusnya resik, bersih, asri dan nyaman dijadikan sebagai tempat untuk bermain, namun kenyataannya kumuh dan semrawut. Dikarenakan kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya memang masih kurang, terlihat tumpukan sampah di sudut timur alun-alun Banjaran, bahkan ada sebagian sampah yang dibakar di luar alun-alun tepatnya di depan Kantor Kecamatan Banjaran. Delman yang berjejer tidak beraturan membuat kotoran kuda berceceran tanpa memakai kantong penampung kotoran, selain itu angkutan umum yang parkir seenaknya membuat Kecamatan Banjaran terlihat kumuh dan semrawut. Maka Kecamatan Banjaran perlu adanya kepedulian semua pihak agar semangat sabilulungan ngaraksa lembur terwujud dan terlaksana.

Berbagai keluhan masyarakat bermunculan, seorang warga yang peduli terhadap lingkungan di kawasan tersebut, Sobir (32) mengatakan, “pemandangan bau tak sedap dari sampah dan kotoran kuda tentunya mengganggu kesehatan, terutama warga sekitar yang tak jauh dari tumpukan sampah dan kotoran yang berceceran, sudah sejak lama dibiarkan tidak ada tindakan dari aparatur pemerintahan kecamatan Banjaran dan juga tidak adanya kepedulian dari masyarakat”, ungkap Sobir.
Hal senada dikatakan Agus (47), sekarang ini membuang sampah sembarangan seolah menjadi kebiasaan seperti halnya di kawasan Alun-alun Banjaran, dikarenakan pihak pemerintah Kecamatan Banjaran tidak menyediakan tempat penampungan sampah yang tepat, manjadikan warga masyarakat membuang sampah seenaknya. Bahkan saat pagi hari sampah yang kering di bakar, membuat alun-alun berubah menjadi kumuh dan semrawut, seharusnya kawasan alun alun dijadikan kawasan bermain bagi warga masyarakat, bukan tempat penampungan sampah”, Kata Agus. (Asep/Ruhiyat)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.