Vigel Faubun Minta Maaf Kepada Majelis Latupati Maluku

Maluku272 Dilihat

Ambon, medianasional.id – Vigel Faubun, meminta maaf kepada Majelis Latupati Maluku, terutama kepada Om Pela Darah JOU Ibrahim Wokas, S.Sos, dan JOU-JOU di Maluku terkhusus Tanah Seram karena perhatian publik akibat kata-kata yang dinaikan di media telah menyinggung Majelis Latupati Maluku.

Vigel menyampaikan penyesalannya atas kata-kata yang telah dikeluarkannya kepada Majelis Latupati Maluku dan JOU-JOU di Maluku terkhusus Tanah Seram, dan disaksikan oleh Konsorsium Pemuda Seram Raya yakni Pela Darahnya, dan Ketua Kerukunan Keluarga Besar Maluku (KKBM), Dr. Djamaludin Koedoeboen, SH.MH, yang bertempat di Cafe Pelangi Ambon, Kamis (16/02/2023) malam.

“Beta melakukan permohonan maaf ini untuk JOU-JOU yang ada di Maluku terkhusus Seram Raya dan semua JOU yang ada di Seram Timur selaku Beta punya Pela. Beta minta maaf karena ini bagi Beta, kata-kata yang Beta naikkan di media itu sangat menyinggung, memang beberapa kata yang tidak pantas untuk Beta keluarkan kepada Pela darah sendiri itu yang harus Beta luruskan. Beta punya Om Pela yang jadi Ketua Umum Majelis Latupati Maluku, Beta minta maaf secara pribadi Beta punya tujuan bukan seperti yang di asumsikan oleh media, tapi ini adalah ungkapan isi hati Beta sebenarnya, salah satu kritikan Beta untuk bagaimana caranya Adat dan Budaya di Maluku ini, didudukan pada porsinya,” kata Vigel.

Menurutnya, pemberian Gelar ini, tidak bisa sembarangan, ada aturan-aturan etika Adatnya. Persoalan membangun Maluku ini, bukan saja dimulut, banyak perempuan-perempuan Maluku yang turun naik gunung, tapi tidak pernah dipublikasi, tidak pernah menunjukan diri. Banyak perempuan-perempuan Maluku yang pasang dada saat masalah-masalah adat ini terjadi, ini banyak tapi tidak pernah untuk mempublikasikan diri, sehingga kalau mau mengangkat seseorang, memang orang Maluku harus melihat secara umum dan menurutnya saat pengangkatan Inalatu Maluku itu pun, pasti ada perdebatan yang besar, tetapi tetap dijalankan. Sehingga dalam persoalan ini, jangan hanya melihat dari satu pandangan saja, tapi lihat dari pandangan sisi yang lain juga karena kebanyakan setiap pengangkatan Adat, itu selalu dalam satu pandangan, dalam satu konteks Politik,” ungkap Vigel.

“Kalau mau kasih angkat orang, memang betul harus lihat dari bibit, bebet, bobot. Jangan karena dia memang pintar, dia punya uang banyak, dia datang ke Maluku, dia punya kepentingan untuk jadi sesuatu, lalu kita kasih penghargaan. Percayalah saat kasih penghargaan pasti dapat kepeng, itu masalahnya. Ini yang menjadi momok dalam Beta punya pikiran selama ini, sehingga waktu acara kemarin itu memang mutlak Beta kasih keluar kata, Beta tanpa pikir, Beta harus move ini karena Katong anak Maluku pada dasarnya harus kembali, Katong tau aturan, tau etika di Maluku seperti apa, bagaimana generasi muda dia mempertahankan titipan leluhur ini,” pungkas Vigel.

Dikatakannya, Maluku punya masalah untuk tanah Adat ini sangat paling Krusial, dimana-mana masalah cuma Adat, masalah tanah Adat, dan ini harus diperjuangkan, karena menurut Vigel selama ini tidak ada respon dari organisasi Latupati Maluku untuk menanggapi hal tersebut, bahkan dari tahun 2018, Dirinya pernah mengetuk sekretariat Latupati Maluku, tapi Ia merasa diacuhkan, di hina.

“Sehingga dari persoalan- persoalan ini yang menyebabkan adanya kata-kata tersebut yang merupakan satu kritikan agar jangan terlalu yang enak-enak dan jangan terlalu yang muluk-muluk tapi sesekali harus dengan keras,” kata Vigel.

“Kedepan mungkin Katong akan saling berkoordinasi untuk bagaimana caranya mengkritisi dengan yang baik. Bagi Beta ini suatu langkah awal, yang tadi Beta bilang, Beta percaya segala sesuatu yang Beta buat leluhur buka jalan. Dan hari ini Beta percaya Beta duduk dengan teman-teman ini leluhur buka jalan par Katong bakudapa, Tuhan kasih ijin itu agar Katong bakudapa untuk sama-sama tahan adat dan budaya ini karena bagi Beta jati diri orang Maluku saat ini, anak-anak muda saat ini sudah mulai hilang integritas diri itu. Sehingga bagaimana caranya Katong generasi muda, tongkat estafet ini Katong melanjutkannya, Katong angkat ini kembali jangan biarkan ini hilang, 10-20 tahun kedepan tidak ada lagi, percaya dan tidak ini tidak ada lagi, mau dan tidak mau kalau Katong seng biking lalu sapa lai. Jadi kritikan ini tujuan sebenarnya kesitu, supaya dudukan masalah-masalah Adat ini pada porsinya,” ucap Vigel.

“Jangan siapapun dia datang lalu mau angkat seenaknya dia jadi orang Maluku, Latu atau Ina Maluku, dan sebagainya, tapi harus lihat bagaimana dia mau bangun Maluku dengan tulus hati atau tidak, bagaimana caranya menciptakan gerakan-gerakan baru, generasi-generasi Maluku ini, keluar dari kemiskinan,. Maluku ini tidak dalam keterpurukan dalam hal pendidikan, karena itu masalah yang paling konkrit, bagaimana caranya mau dapat kasih sesuatu yang baik, otomatis dia juga harus memberikan yang baik juga, karena bahasa terakhir yang selalu Beta bilang sapa lihat Maluku deng hati, Maluku liat dia. Sapa angkat Maluku deng hati, Maluku angka dia,” tutup Vigel.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.