Terapang Lampung, Regalia Para Dapunta Pesagi Seminung

Lampung350 Dilihat
Terapang Lampung

Lampung, medianasional.id – Terapang dan Punduk adalah merupakan Keris Nusantara langgam Lampung warisan para Dapunta Pesagi Seminung. Peradaban logam sememangnya memiliki peruntukan dan kegunaannya secara fungsional namun juga memiliki nilai seni dan merupakan regalia didalam adat serta dalam kehidupan sosial sebagai lambang status dan kebangsawanan Rumpun Pesagi Seminung. Terapang sendiri eksistensi dan penggunaannya diketahui telah dimulai dan mengalami perkembangannya sejak era para Dapunta Srivijaya berkuasa dan memulai jejak sejarahnya pada dataran tinggi Sekala Bekhak sebagaimana tertatah dalam Prasasti Hujung Langit di kaki Gunung Pesagi dan tinggalan Candi Kebayan di Jepara Ranau.

Terapang kebanyakannya berbilah lurus dengan bilahnya yang bermotif kembang kacang dan memiliki warangka bertatah emas dan atau kuningan. Terapang memiliki bilah sedang yang seringkali disebut dengan Terapang Sepukal dan juga bilah panjang yang dikenal sebagai Terapang Tungkok Pedang. Sebagai Pusaka, Terapang adalah merupakan regalia dari para bangsawan yakni para Saibatin Penyimbang, sementara itu Punduk adalah merupakan pusaka pegangan adat yang lazim dari Jamma ni Saibatin atawa Masyarakat Adat Lampung kebanyakan.

ADVERTISEMENT

Terapang Lampung berhulu ragam ukir hulu kepala Burung Enggang, hulu kepala mitologi Ular Ludai, hulu kepala mitologi Sang Garuda dan juga hulu kepala Sang Buddha, hal ini karena pada masanya Kedatuan Srivijaya mengadopsi, menyebarkan dan adalah merupakan sentral dari Peradaban Buddhisme di Svarnadipa. Sementara hulu dengan ragam ukir kepala Burung Enggang yang dalam rumpun bahasa Lampungic dikenal sebagai Senggekhak adalah merupakan yang paling menonjol dan dikenal dari beragam hulu Terapang Lampung. Senggekhak atawa Burung Enggang sendiri dalam banyak rumpun kebudayaan di Nusantara digambarkan sebagai Burung Raja yang mencirikan lambang kebangsawanan seseorang.

Jenis Hulu Terapang Lampung lainnya adalah Hulu Ludai dan Hulu Garuda. Ludai sendiri dalam mitologi Rumpun Pesagi Seminung adalah merupakan hewan mitologi ular raksasa yang dalam banyak rumpun kebudayaan didunia dikenal sebagai ular Naga. Sementara Garuda dalam legenda mitologi Jelma Lampung adalah merupakan sosok hewan mitologi yang hinggap dan menempati puncak Kayu Akha yakni Pohon Hayat dalam terminologi Lampung. Sosok Garuda selain termanifestasi pada Sigokh sebagai mahkota adat Lampung juga diaplikasikan sebagai salah satu motif Hulu Terapang Lampung.

Terapang Lampung Hulu Garuda
Terapang Lampung Hulu Sepukal

Pada puncak eksistensi hegemoni para Dapunta Pesagi Seminung, langgam Hulu Terapang berkembang dan menyebar seiring meluasnya wilayah mandala dan hegemoni para Dapunta Srivijaya. Penulis menengarai alur yang koheren antara penyebaran langgam hulu Terapang Lampung dengan penyebaran Kebudayaan Dapunta Srivijaya keseantero Svarnadipa bahkan hingga kewilayah utara Semenanjung Malaya sebagai mandala dan daerah kekuasaan juga persebaran Kebudayaan Kedatuan Srivijaya.

Persebaran langgam hulu Terapang Dapunta Srivijaya akhirnya terus meluas hingga keutara Semenanjung sebagai daerah mandala Kedatuan Srivijaya. Daerah persebaran Kebudayaan Dapunta Srivijaya ini berbatasan dengan wilayah Kebudayaan Siam yakni berada diwilayah selatan Thailand. Wilayah mandala yang mengadopsi langgam Hulu Terapang ini adalah Kelantan, Patani, Jala dan Senggora yang pada wilayah utara Semenanjung dikenal sebagai Hulu Tajong, Hulu Coteng dan Hulu Bangsa Agung. Dalam perkembangannya setelah dianeksasi oleh Thailand daerah daerah ini akhirnya disiamisasi dan diubah menjadi Provinsi Patani, Yala, Songkla dan Phuket diselatan Thailand.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.