SPDB Brigjen Pol. Drs Edward Syah Pernong, SH MH Pemersatu Masyarakat Lampung

Artikel, Lampung197 Dilihat

Lampung, redaksimedinas.com – Foto diatas adalah kenangan indah SPDB Brigjen Pol. Drs Edward Syah Pernong, SH.MH dengan almarhum Pak Batin-nya Merah Bangsawan adok Suntan Purba Negara, foto bersejarah yang tak bisa diulang kembali.

ADVERTISEMENT

Saat itu Pangeran Edward sedang menjabat sebagai Kapolda Lampung, di tengah kesibukan Pangeran Edward menyempatkan untuk Silaturahmi “Anjau Silau” di Lamban Adat Marga Ngaras, masyarakat Ngaras antusias menyambut menggunakan adat Sai Batin mengingat yang mereka sambut adalah Sai Batin Kepaksian dari Sekala Brak, mulai dari silek, payung agung, lelamak, dan juga tandu telah dipersiapkan.

Rangkaian prosesi adat pun telah dilaksanakan, dan di Lamban Adat Marga Ngaras terlihat Alm. Merah Bangsawan telah menanti diatas tangga bersama para Sai Batin Marga se Kabupaten Pesisir Barat. Sungguh suatu kehangguman para pemuka adat bersama-sama duduk sesuai dihejongannya masing-masing. Dalam kesempatan itu Pangeran Edward Syah Pernong selaku kapolda didampingi Waka Polda Lampung, Ketua DPRD Provinsi Lampung, Penjabat (Pj) Bupati Pesisir Barat dan Kapolres Lampung Barat untuk bertemu langsung dengan para pemuka dan masyarakat. Rabu, 22 Juli 2015.

Dimata Pangeran Edward, sosok almarhum Pak Batinnya itu adalah seorang yang bersahaja dan sangat santun, oleh karena itulah ia disayang dan dicintai oleh masyarakat adatnya dan juga kerabatnya, “saya mekahut lawon Pak Batin Merah” (saya menyayangi beliau) terang Pangeran Edward.

Saat Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong mengadakan Angkon Muakhi dengan Marga Tiong Hoa di Bandar Lampung, bulan oktober tahun 2015, almarhum Merah Bangsawan tampak hadir selaku pimpinan masyarakat adat Marga Ngaras, Pangeran Edward Syah Pernong selaku tuan rumah acara itu terlihat bahagia atas kedatangan almarhum, ada nilai luhur yang tersirat lewat kedatangannya itu, ia mengajarkan untuk menerima perbedaan baik itu Suku, Ras maupun Agama, sebagaimana yang dilaksanakan oleh Kepaksian Pernong lewat prosesi Angkon Muakhi.

Sebagai pengahut ( bukti tanda kasih sayang ), Almarhum pernah memberikan “Minyak Duyung Pelekokh Marga Ngaras” kepada Pangeran Edward Syah Pernong, itu mungkin hal sederhana, akan tetapi sebagai sebuah kenang-kenangan dan pembelajaran berharga bahwa didalam pertalian adat ada kasih sayang, guna membina ikatan silaturahmi yang merupakan hal yang penting diteruskan oleh setiap generasi, dengan ikatan silaturahmi itulah persatuan dan kesatuan tetap kokoh didalam keluarga besar Adat Sai Batin, adat Lampung dan yang lebih besar lagi NKRI tercinta.

Almarhum Merah Bangsawan menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung, pada tanggal 31 Desember 2016 pukul 13:20 waktu setempat, duka menyelimuti Marga Ngaras atas Kepergian Sai Batinnya, yang telah memberikan amal dan tauladan semasa hidupnya.

Sekilas Marga Ngaras

Pada mulanya masyarakat yang hijrah dari tanoh unggak Sekala Brak dan juga dari Liba Haji mendiami suatu wilayah disekitar Way Ngaras diwilayah pesisir, lambat laun masyarakat diwilayah tersebut terbentuk dan berdirilah sebuah Marga. Secara historikal Marga Ngaras sangat memiliki keterkaitan dengan Kepaksian Pernong, hal itu berdasarkan Tambo Kulit Kayu Beraksara dan Berbahasa Lampung yang berisi Umanat Ratu Buay Pernong, SURAT WASIAT tersebut DISALIN DAN DITERJEMAHKAN OLEH PANGERAN SOEHAIMI PADA TAHUN 1975 dan hingga kini masih tersimpan rapih oleh SPDB Pangeran Edward Syah Pernong selaku keturunan lurus tak terputus tertua dari garis ratu Umpu Pernong.

Isi surat wasiat itu diantaranya mengenai pembagian tanah bumi Paksi Pernong yang berada di pesisir, bahwa telah dikuasakan sebagian dari tanah bumi di Bengkunat kepada Pemuka Ngaras dan masyarakatnya, atas permohonan pemuka dan masyarakat Ngaras yang disampaikan kepada perwakilan dari Paksi Buay Pernong di wilayah pesisir yaitu Pemuka di Tenumbang kala itu. Surat amanat dipersaksikan oleh para pemuka yaitu 1. Depati Waja Senaring, 2. Kimas Sidong Ngariwan, 3. Ali Pati Suralaga, 4. Minak Gagawin Tanda Nunggal, 5. Kirullah Singajaya, 6. Kimas Jaya, dan 7. Kiang Kawasa. (Novan Saliwa)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.