Penerima Banprov Tidak Ubahnya Buah Simalakama, Jadi Ajang Mark Up Para Oknum Pemain Anggaran

Pekalongan,medianasional.id
Menjadi sebuah fakta nyata dilapangan, banyak temuan awak media dalam menggali keterkaitan penyaluran Banprov Tahun 2022, mirisnya acap kali justru penerima bantuan yang menjadi korban ketidaksesuan besaran anggaran yang digelondorkan dengan nilai barang yang diterimakan.

Dalam rangka menguak persoalan tersebut, Kamis, 1 Juni 2023, awak media melakukan konfirmasi kepada Suparnoto Ketua Kelompok Tani Subur 4 yang beralamatkan Dukuh Sasak, RT. 01.RW.04 Desa Lambanggelun Kec. Paninggaran sebagai penerima bantuan berupa 700 Kg bibit jahe gajah, saat diminta keterangan awak media, Parno menyampaikan,”Ia menerima bantuan berupa bibit jahe gajah sebanyak 700 kg, namun yang bisa ditanam hanya 400 Kg, sedangkan 200 Kg busuk mengering tidak bisa ditanam,”ucap Suparnoto penuh kesal.

Suparnoto menambahkan, “Banyak masyarakat anggota Kelompok Tani dan juga Pak Kades tak kasih juga menolak, karena kondisi bibitnya sudah tidak layak tanam, Sebastian untuk memenuhi lahan karena kurangnya bibit, Saya sendiri membeli bibit tambahan dengan menggunakan uang pribadi ke Pak Haji Warno yang biasa jual bibit jahe,”ungkap Parno saat memberikan keterangan kepada awak media.

Lebih lanjut Suparnoto menuturkan terheran – heran seketika mengetahui bantuan 700 Kg bibit jahe gajah, dalam list Banprov Tahun 2022 tertera besaran nilai bibit jahe dianggarkan hingga Rp.35.000.000 (Tiga Puluh Limah Juta Rupiah), ya ini kami masyarakat kecil, petani merasa dibodohi oknum oknum yang terlibat dalam realisasi Banprov, kalau tau penganggaranya sebegitu besar, mbok Saya dibantu uang saja Rp. 10 Juta jelas bisa untuk modal beli bibit dan bisa memilik bibit yang layak,”Ungkap Suparnoto dengan rasa kecewa.

“Seandainya kalau bibit yang saya terima dirupiahkan paling perkilonya 5000 x 700 kg ya paling Rp. 3,5 juta, itupun kalau harus saya hitung semua, padahal yang 200 kg busuk mengering, sehingga yang bisa ditanam hanya 500 kg itupun bibitnya menurut saya tidak layak, banyak yang tidak mau, memang kelihatannya penampilan bungkus luarnya saja, atau kemasannya yang menarik. Sedangkan isinya kita buka, bibitnya gak layak tanam, pikir saya dari pada mubazer ala kadarnya saya tanam,”Terang Suparnoto

Saya sebagai petani jadi korban ajang pembodohan penerima bantuan, kalau saya hitung anggaran tersebut sisanya kalau jahe anggaplah 700 kg perkilonya Rp. 5000 total Rp. 3,5 juta sisanya Rp. 30 jutaan lebih kemana,”Ungkap Suparnoto.

Melihat persoalan ini awak media sangat menyesatkan, dan bagian pembodohan bagi masyarakat peneriman Banprov, dikarenakan besaran anggaran yang dikeluarkan jauh timpang dengan nilai barang yang diterima. Tentu hal menjadi penting, dan urgent untuk digali lebih dalam oknum yang berperan sebagai mesin Banprov, atau tokoh intelektual dibalik persoalan ini.

Sehingga perlunya media menyoroti lebih dalam agar terkuak siapa yang memangkas anggaran tersebut, imbasnya masyarakat penerima bantuan tidak ubanya bagaikan boneka atau wayang yang dimainkan para oknum yang bermain anggaran Banprov.
(Bersambung……..Red) # KN.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.