Pantau Vaksinasi Anak di Kendal, KSP Temukan 50 Persen Anak Belum Bisa Baca Tulis

Kendal166 Dilihat

Plt Dinkes Kendal Parno, mendampingi Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo dalam memantau vaksinasi anak

KENDAL- medianasional.id- Dalam upayanya mendukung langkah Pemerintah untuk percepatan pembelajaran tatap muka di sekolah, Kantor Staf Presiden (KSP) memantau secara langsung pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi anak usia 6—11 di SD Islam Sarifudin dan SDN 01 Ngilir Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Rabu (5/01/2021).

Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo dalam pemantauan langsung pelaksanaan vaksinasi di sekolah tersebut, ia menyebutkan ada temuan yang menarik di SDN 01 Ngilir, yakni 50 persen anak kelas 1 dan 2 belum bisa baca dan menulis.

“Tadi bu kepala sekolah bilang, dikarenakan kelamaan belajar daring murid kelas 1 dan 2, separuhnya belum bisa baca dan menulis,” ujar Abraham Wirotomo, menirukan Kepala Sekolah SDN 1 Ngilir.

Wirotomo menjelaskan, pemantauan vaksinasi anak di Kendal, sekaligus untuk memastikan bahwasanya anak anak bisa sekolah dan belajar tatap muka lagi.

Dikarenakan, kata Wirotomo, sejak pandemi COVID-19, sebagian besar siswa harus bersekolah secara daring. Dampaknya banyak siswa kurang memahami dari pelajaran yang disampaikan gurunya.

Abraham menambahkan, pemerintah menargetkan 26.5 juta anak usia 6-11 tahun di suntik vaksinasi.

“Makanya kita percepat vaksinasi anak. Sekaligus biar masyarakat mengerti kita juga mempertimbangkan generasi penerus. Seperti apa nanti kedepanya kalau anak anak tidak bisa baca tulis,” beber dia.

Berdasarkan penuturan Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kendal, Parno, pihaknya tidak sendiri dalam melaksanakan vaksinasi bagi para murid. Dinkes bekerja sama dengan TNI, Polri, puskesmas, Sekolah Dasar, madrasah dan pondok pesantren.

“Target selesai 15 januari, dari 95 ribu vaksin, per hari ini sudah mencapai 38%,” jelas Gus Parno, akrab dipanggil.

Sementara Kepala Sekolah SDN O1 Ngilir, Surahmawati mengaku, separuh anak didiknya kelas 1-2 belum bisa membaca dan menulis dikarenakan belajar dirumah melalui daring.

Dia juga mengatakan, bahwasanya
anak anak lebih suka belajar di sekolah dari pada dirumah.

“belajar daring kurang efektif, guru menerangkan lewat HP tentunya berbeda dengan tatap muka bisa lebih jelas,” tukas Surahmawati.(AERO)

ADVERTISEMENT

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.