Mengintip Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Gampong Deah Pangwa Kabupaten Pidie Jaya Aceh

Aceh233 Dilihat

Aceh, medianasional.id | Gampong Deah Pangwa Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya yang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh, memiliki tradisi yang unik dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, SAW.

ADVERTISEMENT

Perayaan Maulid Nabi Muhammad, SAW yang dilakukan oleh Masyarakat Gampong Deah Pangwa Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Aceh penuh dengan kemeriahan dan keakraban, Sabtu (09/11/19).

Tradisi Maulid Nabi Muhammad, SAW selalu diperingati oleh Masyarakat Gampong Deah Pangwa setiap tahunnya bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 2019 (Maulid Pertama) sesuai dengan kalender Islam.

Deah Pangwa sebagai Gampong yang penduduknya seratus persen beragama Islam, Perayaaan maulid Nabi Muhammad, SAW bagi masyarakat Gampong Deah Pangwa memiliki arti penting didalam kehidupan adat dan budaya. Makanya tidak mengherankan, apabila memasuki bulan Rabiul Awal (bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW), maka tradisi perayaan Maulid tampak meriah di Desa ini.

Peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Aceh dikenal dengan istilah “Maulod”. Didalam pelaksanaan peringatan maulid tersebut, dilakukan dengan cara berkenduri atau dikenal dengan istilah masyarakat Aceh disebut “Khenduri Maulod”. Bahkan perayaan maulid di Aceh, tidak hanya dilakukan pada hari yang ditentukan dalam kalender saja (hari “H” ). Akan tetapi dilakukan pada waktu-waktu apa saja selama masa waktu 3 bulan. Dapat dikatakan Maulid di Aceh merupakan perayaan dengan waktu terlama.

Sesuai dengan penanggalan bulan dalam Islam, maka pelaksanaan tradisi perayaan maulid dilakukan mulai dari bulan Rabiul Awal (disebut dengan Maulod Awai), Rabiul Akhir (disebut dengan Maulod Teungoh), dan Jumadil Awal (atau dikenal dengan Maulod Akhe).

Seperti diketahui, tradisi perayaan maulid di Gampong Deah Pangwa dilakukan dengan cara berkenduri. Bagi masyarakat yang mampu melakukan kenduri, maka akan berkenduri dan membagikan makanan kepada masyarakat lain yang berkumpul di Meunasah.

Bagi masyarakat Gampong Deah Pangwa, jika tidak melakukan kenduri maulid merasa ada sesuatu yang kurang. Sehingga tidak mengherankan apabila pada bulan Maulid Masyarakat berbondong-bondong membawa makanan yang telah dimasak ke Meunasah.

Saat membawa makanan ada tempat khusus yang disebut dengan “Idang”, di dalam idang tersebut diisi nasi dan juga lengkap dengan lauk pauk hingga berlapis-lapis didalamnya dan dikenal dengan “Idang Meulapeh”. Idang tersebut diantar ke Meunasah dan akan dibuka saat menikmati kenduri.

Menarik untuk mengintip menu makanan tradisi perayaan Maulid Nabi di Gampong Deah Pangwa. Sudah pasti menu yang disuguhkan berbeda dengan hari-hari biasanya, namun dimasak khusus dengan menu-menu yang special.

Menariknya lagi, Nasi dibungkus dengan daun pisang yang terlebih dahulu dilayu di atas bara api yang bentuknya seperti piramida atau biasa disebut dengan “Bu Kulah”, sehingga selain rasanya yang khas ditambah lagi dengan aroma daun pisang, semakin merangsang untuk disantap.

Sementara mengenai menu atau lauk pauknya juga sangat khas bila dalam kenduri maulid ini, menu yang jarang ditemui pada waktu-waktu lain seperti “Kuah Dalica”, yakni dimasak khusus untuk perayaan Maulid Nabi.

Sedangkan untuk menu lainnya adalah, berbagai masakan daging sapi dan juga daging ayam serta bebek. Serta aneka sayuran yang ditumis. Namun untuk daerah tertentu di Aceh ada masakan daging khusus, seperti di Aceh Besar ada kuah Beulangoeng (kuah belanga besar), sedangkan untuk wilayah pesisir pantai utara Aceh ada masakan Kari.

Pada saat pelaksanaannya, warga desa berbondong-bondong menuju ke meunasah dan para warga dari desa lain juga di undang untuk menikmati santapan hidangan Maulid. Namun, sebelum menikmati hidangan Maulid, terlebih dahulu dilakukan Zikir Maulid. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan acara santapan hidangan kenduri Maulid.

Panitia akan membagikan nasi dan juga lauk pauknya kepada warga yang telah duduk teratur untuk disantap saat itu. Setelah itu rombongan undangan tersebut juga di perbolehkan membawa pulang nasi dan lauk pauknya kerumah. Ada kebanggaan bagi warga yang berkenduri, apabila makanan yang dikendurikan olehnya habis dimakan dan dibawa pulang oleh warga lainnya.

Untuk pelaksanaan kenduri maulid ini, dilaksanakan pada siang hari, sedangkan pada malam harinya kegiatan dilanjutkan dengan ceramah agama (Dakwah Islamiah) dengan mengundang mubaligh. Biasanya para mubaligh yang terkenal akan diundang untuk mengisi tausiyah agama.

Pada malam harinya, warga baik tua maupun muda, pria maupun wanita berbondong-bondong menuju ke meunasah untuk menyaksikan dan mendengarkan ceramah agama. Bahkan warga juga ikut membawa alas duduk masing-masing dari rumah agar dapat lebih leluasa mendengarkan ceramah agama dilapangan terbuka.

Begitulah kemeriahan pelaksanaan tradisi Maulid di di Gampong Deah Pangwa Pidie Jaya Aceh, seluruh warga larut dalam berbagai proses pelaksanaannya.

Kenduri maulid bagi Masyarakat Deah Pangwa telah menjadi tradisi dan dilaksanakan secara turun temurun. Pelaksanaan peringatan Maulid Nabi merupakan salah satu contoh semangat kecintaan terhadap Nabi Muhammad, SAW, yang telah membawa perubahan dalam hidup manusia ke jalan yang benar.

Disebut-sebut, bahwa kemeriahan perayaan Maulid Nabi di Aceh memiliki dasar sejarah yang kuat, bahkan dalam sebuah surat wasiat Sultan Aceh yang diterbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah atau 23 Juli 1507, oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang ditemukan Tan Sri Sanusi Junid, setelah diterjemahkan salah satu poinnya adalah mengenai pelaksanaan Maulid Nabi yang dapat menyambung tali silaturahmi antar gampong di Kerajaan Aceh Darussalam.

Reporter : Teuku Syaefullah
Editor : Abu Bakar Sidik

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.