KAMPALA-FP Universitas Bengkulu, Ajak Masyarakat Selamatkan Gajah

(SELAMATKAN) Beginilah Gebrakan Penyelamatan Dilakukan Tim KAMPALA-FP UNIB   (foto doc, KAMPALA)

Dirilis Oleh  : Rismaidi

Selasa 5 Maret 2019

Bengkulu, medianasional.id – Sukses mengkampanyekan keselamatan terumbu karang Pulau Tikus dengan metode bioreeftek, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Aktivitas Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (KAMPALA FP UNIB) kembali melakukan gebrakan dibidang pelestarian lingkungan, yang telah dan akan mengimbau serta melakukan penyelamatan terhadap hewan langka, yakni Gajah.

KAMPALA FP UNIB merupakan organisasi mahasiswa yang aktif melakukan gerakan konservasi lingkungan. Sebagai mana moto organisasi tersebut, “Tumbuh Bukan Untuk Dirusak Biarkan Mekar Harum Semerbak”.

Pada 2019 ini, organisasi yang berdiri sejak tahun 1983 itu mengagendakan kampanye konservasi Gajah Sumatra. Metode yang dilakukan cukup unik, bukan dengan cara mengangkat toa dan berteriak “selamatkan gajah”. Yang dilakukan adalah mengajak siswa-siswi SMA sederajat Mahasiswa dan penggiat lingkungan lain untuk mengenal lebih dekat kehidupan Gajah.

Dijelaskan Sekretaris Umum Kampala, Agus Setiawan, dalam rangka merayakan 36 Tahun Anniversary KAMPALA FP UNIB, pihaknya menggelar edukasi konservasi Gajah Sumatra. Kegiatan ini dilaksanakan berlangsung di Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Sebelat Bengkulu Utara.

Kegiatan  dilaksanakan pada tanggal 1-3 Maret baru-baru ini, diikuti oleh 42 peserta yang terdiri dari siswa-siswi SMA, Mahasiswa dan Penggiat Lingkungan dan langsung dipandu oleh Mahot atau pawang Gajah.

“Disitu kita diajarkan dan melihat langsung seperti apa kehidupan gajah, merawat gajah. Pelajaran yang kami dapat, Gajah merupakan binatang yang beradab dan beradat, Gajah sangat bisa dekat dengan manusia kalau manusianya mau mendekatkan diri dengan tidak mengusik mereka,” bebernya dihubungi Selasa (5/3).

Selain melihat langsung aktifitas Gajah di lapangan, Senin (4/3) Kapala juga menggelar kuliah umum terkait konservasi Gajah Sumatra yang jumlahnya semakin berkurang.

Menurutnya banyak faktor yang menyebabkan jumlah Gajah Sumatra ini terus berkurang, salah satunya adalah menyempitnya wilayah yang seharusnya menjadi hak dari Gajah akibat aktifitas perkebunan dan penambangan yang dilakukan oleh manusia.

Oleh sebab itu, lanjut Agus, titik berat materi pada kuliah umum tersebut adalah pentingnya ditetapkan koridor Gajah Sumatra dalam upaya penyelamatan dari kepunahan.

“Dan mengisi kuliah Bapak Dr. Drs. Rp, MS. Dosen Fakultas MIPA Jurusan Biologi. Beliau cukup berkompeten, beliaulah yang mengusulkan harus ada koridor Gajah ini,” ungkap mahasiswa Jurusan Kelautan tersebut.

Mengapa dua kegiatan ini dilakukan? Dijelaskan Agus, pihaknya menginginkan lebih banyak lagi masyarakat yang sadar kalau ancaman kepunahan Gajah, timbul dari aktifitas manusia yang serakah. Dengan demikian mayoritas masyarakat akan menganggap koridor Gajah, adalah sangat penting keberdaannya di muka bumi ini.

“Jika sebagai masyarakat harus ada peremintaan koridor Gajah, pemerintah harus mengaminkan. Kalau yang meminta segelintir orang, pemerintah bisa saja berdalih,” ujar Agus.

Menurutnya, koridor gajah ini nanti kepentingannya bukan saja untuk pelestarian gajah semata-mata. Melainkan untuk lebih dan berkelanjutan dari pada itu, ini juga misi penyelamatan manusia dari “kemurkaan alam”.

“Karena begini, adanya koridor gajah itu nantinya, alamnya harus disesuaikan dengan habitat Gajah itu sendiri. Artinya lahan yang sekarang mungkin sudah menjadi perkebunan kelapa sawit atau mungkin daerah pertambangan, akan dijadikan hutan kembali. Nah dengan bertambahnya hutan di hulu sungai bisa menyelamatkan manusia, misalnya dari bencana banjir,” tukas Agus.

Diharapkannya, kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan tersebut, bisa menjadi pupuk untuk menumbuhkan rasa cinta masyarakat khususnya generasi muda terhadap Gajah Sumatra, yang merupakan salah satu kekayaan makhluk hutan di Provinsi Bengkulu.

Dia menambahkan, empat tahun terakhir KAMPALA FP UNIB fokus pada kegiatan bioreeftek atau pembuatan terumbu karang dari batok kelapa di sekitar perairan Pulau Tikus.

“Tahun lalu, kita bisa mendatangkan langsung penemu dari bioreeftek ini, Eghbert Elven Ampau Peneliti
Balai Riset Observasi Laut (BROL). Beliau langsung memberikan kuliah umum mengenai bioreeftek kepada mahasiswa di Bengkulu,” tutup Agus.(editor : Aris)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.