Kakek Tua Renta Asal Margodadi Ini Luput dari Perhatian Pemerintah

Lampung, Sumatera100 Dilihat
Mbah Parman beserta anak dan cucunya.

 

Tulang Bawang Barat – Beginilah potret kehidupan Mbah Parman (63) yang merupakan warga Tiyuh Margo dadi Rt-11 Rw-12 kecamatan Tumijajar kabupaten Tulang Bawangbarat (Tubaba) di usianya yang sudah tua renta dan sakit-sakitan terpaksa harus banting tulang untuk meraih kocekan uang untuk menafkahi keluarganya dan anak cucunya yang menderita sakit lumpuh sejak lahir dan hidup dalam kondisi serba kekurangan.

ADVERTISEMENT

 

Mbah Parman tetap tegar dan bersyukur meski pekerjaan sehari-harinya selama ini hanya mengandalkan jual tenaga sebagai buruh tani serabutan di ladang orang. Akan tetapi Mbah Parman tetap optimis mengais rezeki sebagai tukang cabut singkong.

 

Meski hasil kucuran keringat Mbah Parman sehari hanya mendapatkan upah berkisar Rp 60 ribu perhari, hanya pas-pasan untuk biaya hidup keluarganya serta cucu, anak kandung dan menantunya.

 

Perjalanan pahit di masa tua Mbah Parman harus menanggung beban Keluarganya. Dua Kepala Keluarga (KK) beserta cucu, mereka terpaksa harus tinggal di sebuah rumah yang berukuran panjang 8 meter dan lebar 6 meter yang berdindingkan geribik bambu berlantaikan tanah. Di saat turun hujan deras air masuk ke dalam rumah, akibat kondisi rumah yang sangat memperihatinkan dan sudah tidak layak dihuni karena lapuk termakan usia.

 

Ceritanya mbah Parman, seperti dilansir dari harian Medinas Lampung, “semenjak pada tahun 2016 lalu hingga tahun 2017 kondisi fisik badan saya sudah mulai lemah, untuk bekerja keras tubuh saya tidak mampu lagi disebabkan saya mulai sakit-sakitan, mau berobat tak mampu karena keterbatasan kondisi ekonomi tidak memadai. Saat ini saya hanya mampu terbaring di tempat tidur, mau buang air besar dan makan saja saya harus dituntun,” jelas Parman kepada awak media saat dijumpai di kediamanya, Senin (2/10).

 

Parman juga mengatakan, mereka tinggal dalam satu rumah dengan di huni tiga Kepala Keluarga. “Saya dan istri saya  Muiroh (52) serta dua menantu, sementara mantu yang pertama saat ini tinggal bersama saya, menantu ke dua pergi akibat cekcok keluarga berujung cerai dengan anak perempuan ke dua saya. Mereka pergi menitipkan tiga anak ke saya, salah satunya cucu saya menderita cacat kaki bawaan sejak lahir. Untuk kebutuhan biaya hidup sehari-hari di rumah ini saya dibantu anak menantu saya yang tinggal bersama saya saat ini”, ungkapnya.

 

Dikatakannya, “kalau untuk makan dan kebutuhan sehari-hari nya saya dibantu anak menantu saya mengurus tiga cucu saya, cucu yang nomor tiga masih kecil, masih jadi asuhan dan cucu yang nomor dua saat ini masih duduk di bangku kelas 4 SD dan cucu ke tiga saya putus di bangku kelas dua SMP tahun lalu. Mereka yang ditinggal kedua orang tuanya pergi jauh entah kemana setelah bercerai,” tukasnya.

 

Sementara berdasarkan keterangan dari sejumlah tetangga mbah Parman, menyayangkan meski pemerintah pusat dan daerah yang telah gecar-gencarnya memprioritaskan berbagai program untuk mengentaskan angka kemiskinan di tengah masyarakat, namun masih terselip, ada warga Tiyuh Margo Dadi yakni mbah Muiroh dan Parman serta anak cucu-cucu nya yang hidup serba kekurangan, selama ini tidak ada perhatian sama sekali.

 

Terparahnya, mereka selama ini tidak pernah mendapat sentuhan perhatian dari pemerintah Tiyuh setempat. Bahkan pemerintah daerah, baik itu jaminan kesehatan masyarakat, untuk orang miskin (Jamkesmas) maupun Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) pada umum nya.

 

“Kami warga mengaku prihatin atas kondisi keluarga Muiroh, kami warga dan tetangga di sini kadang membantu alakadarnya supaya dapat meringankan beban derita keluarga Mbah Parman selama ini. Namun entah kenapa mereka tidak mendapat bantuan warga miskin dari pemerintah. Kami juga prihatin, tapi juga tidak tahu kenapa ia tidak dapat bantuan”, ujar sejumlah warga setempat.

 

Sementara Komariah anak kandung dari Parman, “kami merupakan keluarga yang tidak mampu dan selama ini tidak pernah mendapatkan sentuhan bantuan, kami sangat mengharapkan uluran tangan dari pemerintah serta para dermawan agar dapat mengulurkan tangan untuk meringankan beban yang dideritanya selama ini”, pintannya. (Deri/tim medinas)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.