Dinilai Tidak Transparan, Program Ketahanan Pangan di Desa Sirau Karangmoncol Diduga Digelapkan

Purbalingga502 Dilihat

Purbalingga, medianasional.id – Mengacu pada Peraturan Presiden No 104 tahun 2021 tentang rincian APBN Th 2022 dalam rangka menekan angka kemiskinan dan penurunan angka stunting, Dana Desa ditentukan penggunaanya dalam program ketahanan pangan dan hewani sebesar 20 persen.

Namun sangat disayangkan, dalam pengaplikasianya dana ketahanan pangan kerap disalah gunakan, hanya demi menguntungkan kepentingan pribadi atau kelompok.

Seperti yang terjadi di Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol, anggaran Dana Desa dibelikan sapi 12 ekor dengan sistem penggemukan yang agendanya setahun sekali dijual, dan dipelihara oleh lima orang, dengan sistem gaji. Karena tidak sesuai harapan dan ada indikasi penyelewengan anggaran, hal ini pun mencuat menjadi masalah.

Awak media menggali informasi melalui Kepala Desa Sirau, Dirun menyatakan, “memang betul ketahanan pangan dari alokasi anggaran Dana Desa untuk dibelikan sapi 12 ekor dan sekaligus dibuatkan kandanganya, akan tetapi dalam perjalanannya musim kemarau datang, sehingga susah mencari pakan dan akhirnya sapi kami jual digantikan dengan lele,” ucapnya.

Dirun juga menambahkan, “dulu kami juga membelikan 16 ekor kambing kebetulan ada yang mati lima ekor sisa sebelas kita jual ke blantik, tapi sampai saat ini uangnya masih di blantik”, pungkasnya.

Hal senada dikatakan oleh Erna dan Iqbal selaku pendamping desa, ” betul memang sapinya dijual digantikan lele dan kambing, dan kambingnya memang mati lima sisanya dijual ke blantik dan uangnya masih dipegang oleh blantik,” ucapnya.

Berdasarkan informasi dari narasumber berinisial AR menyampaikan, “Dari mulai belanja sapi, dan penjualan sapi banyak sekali kejanggalan, apa lagi hasil penjualanya, diganti lele dan lele dijual ngga tahu duitnya kemana,” ungkapnya.

Ketika awak media konfirmasi via telepon ke salah satu anggota BPD berinisial TN menyampaikan, “selama ini memang kurang transparan, baik dalam pembelian dan penjualan dan sampai sekarang kita juga ga tau uang hasil penjualan lele kemana dan uang penjualan kambing juga tidak jelas,” tuturnya.

Berdasarkan informasi dari kelompok pengelola sapi berinisial MS menyampaikan, “saya memang beli satu ekor sapi dengan harga sepuluh juta rupiah, tapi membayar dengan upah kerja saya selama setahun dengan merawat tiga ekor sapi, yang satu ekornya saya mendapatkan upah Dua Juta Limaratus Rupiah, berarti saya tingal nambah dua juta limaratus rupiah untuk beli satu ekor sapi,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.