Ternak Sapi Masih Dihantui Jembrana, Pengadaan 50 Ekor Sapi Ditunda “Ketersediaan Daging Surplus”

Heri Prastyono Kepala Distan Kabupaten Mukomuko

Mukomuko, medianasional.id Mewabahnya penyakit jembrana akhir-akhir ini, dialami sapi di Kabupaten Mukomuko, membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat batal mengadakan 50 ekor pengadaan sapi bali, melului Dinas Pertanian (Distan) setempat. Dan akhir  pengadaan tersebut mengalami tertunda untuk tahun anggaran 2019 ini, sampai dengan kasus jembara diharapkan tak lagi mewabah di Kabupaten Mukomuko.

Dikonfirmasi via ponsel, Senin (17/6) Kepala Distan Kabupaten Mukomuko, Heri Prastyono, SSTP,  mengakui bahwa rencana pengadaan 50 ekor sapi bali tersebut, batal diadakan. Lanjut pria yang akrab dengan sapaan Heri Bumen ini, pengadaan sapi itu bukan berarti gagal, akan tetapi hanya saja sifatnya ditunda. Kerena pihaknya, mengingat ada hal yang lebih spesifik akan diterapkan.

“Jadi kalau harga sapi 10 juta per ekor dan kita bisa mengadakan perguliran 100 ekor.. Dengan demikian kita bisa penghematan Rp 1 milyar, .jadi dari pada pengadaan dan masih beresiko kepada jembrana lebih baik kita fokus kepada perguliran dan kita juga penghematan anggaran,” kata Heri.

Pasalnya, kata Heri Bumen, Ia bersama rekannya yaitu Kepala Bagian (Kabid) Peternakan, saat ini masih dalam upaya melakukan pendataan terhadap sapi-sapi yang telah dipelihara oleh para kelompok-kelompok tani, sejak tahun 2010 silam. Kerena kesepakatan awal dengan pihak pemelihara sapi-sapi jatah tersebut, jika sudah berkembang biak, maka ada sistim penhguliran untuk pemeliharaannya, agar semua aggota kelompok dapat jatah mengangon.

“Rencana pengadaan sapi itu, bukan gagal tetapi ditunda karena kasus penyakit jembrana masih mewabah. Sementara itu, ada hal spesifik yang akan kami laksankan. Apun kasus jembrana yang telah mematikan ternak sapi di Mukomuko pada tahun ini, mencapai lebih kurang sekitar 100 ekor. Hal yang spesifik tadi kami katakan, akan mendata seluruh sapi yang ada serta sekaligus pengguliran. Nah kita masih dalam pendartaan berapa jumlah sapi yang masih hidup saya belum tahu secara pasti jumlahnya,”  ujar Heri kepada awak medianasionsl.id.

Lebih lanjut dikatakannya, kasus yang terjadi saat ini, terkait pembagian ternak sapi beberapa tahun yang lalu, banyak keberadaan sapi itu saat ini telah mati.

“Bagi sapi yang telah berkembang biak, harus dilakukan sistim pengguliran mengangonnya. Untuk sekarang kita fokuskan kepada sistim pengguliran dengan cara, dari satu kelompok ke kelompok yang lainnya agar anggota kelompok dapat memelihara juga.  menambah pemasukan daerah, dan untuk pengadaan sapi lagi. Jika ada sapi yang mengalami mati, ketua kelompok harus secepatnya melaporkn kejadian itu,  dan harus ada dokumentasi serta dilengkapi dengan bukti yang akurat,” pungkasnya.

Sebagai untuk diketahui, populasi hewan ternak jenis sapi maupun kerbau di Kabupaten Mukomuko, saat ini berjumlah sebanyak 30.593 ekor. Sedang jumlah jiwa pegonsumsi sebanyak 181.343 orang. Sementara untuk ketersedian hewan ternak yang dapat dipotong berjumlah 6.450 ekor, dan penyediaan daging sekabupaten (899.541 x 149,46 ) berjumlah 899.541 kg. Sedangkan untuk produksi daging per ekornya berkisar 139,36 kg, untuk produksi sekabupaten Mukomuko 253.538 kg. Total kosumsi daging per kapita 1,40 kg. Dengan penyediaan daging di Kabupaten Mukomuko mengalami surplus, yakni 646.002 kg, kemudian jumlah sapi atau kerbau yang dapat dipotong berjumlah 4.632 ekor. (Aris)

ADVERTISEMENT

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.