PB HIPPMAMORO : Konsep Wisata Morotai dan Festival Land of Stories Terkesan Kacau

Maluku Utara194 Dilihat
Ketua Bidang Seni Olahraga dan Pariwisata PB HIPPMAMORO Zunajar Sibua

Morotai, medianasional.id – Festival Land of Stories kembali menjadi wacana publik di kalangan Mahasiswa dan Masyrakat Kabupaten Pulau Morotai. Hal tersebut berdasarkan banyaknya anggaran yang tidak membawa hasil yang baik di masyarakat.

“Pariwisata Pulau Morotai saat ini hangat diperbincangkan, bukan hanya karena keindahan dan kekayaan potensi wisatanya, tapi juga karena manajemen pengelolaannya yang timpang tindih pada event besar di Bulan Agustus kemarin,” Kata Ketua Bidang Seni Olahraga dan Pariwisata PB-HIPPMAMORO Zunajar Sibua kepada media ini, Rabu (9/10/2019) siang.

ADVERTISEMENT

Dikatakan, Land of Stories Morotai merupakan Festival yang menghabiskan anggaran begitu besar yakni kurang lebih 10-M. Dari anggaran tersebut sangatlah tidak memberikan keuntungan kepada Masyarakat lokal. Bahkan PAD Morotai sejak januari hingga agustus 2019 ini, baru mencapai 21,1 Milyar atau 35 persen dan jauh dari target yang ditentukan yaitu 59,5 Milyar.

“Mirisnya lagi di sektor pariwisata sendiri hanya mencapai 43,4 juta.“Tak bisa kita pungkiri kalau pariwisata morotai masih kalah bersaing bukan hanya di tingkat Nasional, tapi juga di level lokal pun Morotai masih kalah bersaing dengan kabupaten/kota lainnya di Prov. Maluku Utara,”Tegasnya

Padahal Morotai sendiri telah ditetapkan sebagai satu di antara sepuluh destinasi pariwisata prioritas Nasional atau yang akrab di kenal sepuluh bali baru, namun pengelolaan dan pengembangannya terkesan kocar kacir dan tanpa arah.

“Bukankah Land of Stories Morotai Festival telah menghabiskan anggaran yang cukup besar hingga 10 Milyar, tapi toh kenapa pengeluaran justru lebih besar ketimbang pendapatannya,” Ucapnya.

Dijelaskn,  Hal ini sudah harus menjadi evalusi Pemkab Morotai dengan regulasi kepariwisataan sehingga tidak hanya mencari Rekor MURI semata, tapi substansi kebijakan pariwisata adalah untuk kemaslahatan rakyat kecil.

Sebegaimana dijelaskan dalam pasal 4 UU No. 10/2009 tentang kepariwisataan, yang mana pariwisata bertujuan untuk : (a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (b) Meningkatkan kesejahteraan rakyat, (c) Menghapus kemiskinan, (d) Mengatasi pangangguran, hal demikian justru masih jauh dari cita-cita bersama.

Lanjut dia, andaikan anggaran yang begitu besar terpakai untuk event-event festival dialokasikan untuk membuat pelatihan-pelatihan sumber daya manusia di bidang pariwisata di sejumlah desa yang memiliki potesi wisata, serta membangun sarana dan prasarana di objek wisata yang masih baru. Misalkan Goa Popogu di Desa Sangowo Barat, Air Terjun Raja, dan beberapa objek wisata lainnya yang butuh perhatian dan pengembangan dari pengambil kebijakan.

“Bagi saya itu justru lebih baik, masyarakat harus di didik untuk mampu mengelola dan mengembangkan potensi wisata, sehinga dampak pembangunan pariwisata tidak terkesan pada masyarakat hanya sebatas tukang sapu rumput semata,”Pintanya.

Dari hal tersebut ia juga menuturkan dengan pelatihan-pelatihan SDM Pariwisata itu, harus diutamakan karena akan menjadikan cikal bakal sustainable tourism yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat, bahkan akan mendongkrat PAD Morotai yang lebih baik lagi. (SS)

Safrin

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.