Melalui Literasi, Pemkab Wonosobo Bertekad Menjadikan Pesantren Lembaga Pendidikan Keagamaan yang Lebih Hebat

Wonosobo202 Dilihat

Wonosobo, medianasional.id – Di Kabupaten Wonosobo banyak berdiri pondok pesantren baik di kota maupun di desa, maka tak ayal daerah ini juga dijuluki sebagai kota santri. Melihat hal ini, Pemkab bertekad untuk menjadikan pesantren menjadi lembaga pendidikan keagamaan yang lebih hebat dan berdaya saing salah satunya melalui peningkatan kemampuan literasi bagi santri dan pengasuhnya.

ADVERTISEMENT

“Dalam membangkitkan budaya literasi melalui gerakan santri menulis 2022 ini, saya berharap kemampuan literasi di kalangan santri meningkat lebih baik lagi sebagaimana yang terkandung dalam Al Qur’an, kita mengetahui bersama Wonosobo termasuk kota santri yang ditandai dengan banyak Pondok Pesantren, untuk itu mari kita berikhtiar mewujudkan pesantren yang hebat dan berdaya saing di masa mendatang,” ungkap Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar saat memberikan sambutan acara Sarasehan Jurnalistik Ramadhan 1443 H Suara Merdeka di Pondok Pesantren Ma’had Mambaul Qur’an Munggang, Kecamatan Mojotengah Kamis, (14/4/2022).

Lebih lanjut Albar menyampaikan, Pondok Pesantren dan dunia literasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Ciri khas santri dapat dilihat dari literasi membaca dan menulis sebagai produksi buah pemikiran, sebagaimana yang termuat dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Sayangnya, akhir-akhir ini konsumsi masyarakat terhadap produk literasi santri mengalami kemunduran.

Menurut Albar, santri memiliki peran penting dalam menyalurkan ide kreatif berbasis literasi data yang kuat, sehingga mampu membangkitkan semangat beradaptasi dalam menghadapi arus modernisasi secara terbuka. Untuk itu, melalui pelatihan ini diharapkan mampu menumbuhkan kembali kecintaan dan spirit santri dalam memproduksi karya ilmiah, yang pada akhirnya bisa menjadi rujukan valid bagi masyarakat pada umumnya.

Selain itu, gerakan santri menulis 2022 ini dapat membekali dan membentengi santri terhadap maraknya berita bohong atau hoax yang kerap terjadi di sosial media. Juga mampu mentransfer pemberdayaan masyarakat dan mencetak santri sebagai aktor agen of change, serta peka terhadap isu kekinian.

“Saya berharap melalui pelatihan ini santri akan lebih siap dan dewasa menyikapi maraknya berita bohong, mampu mentransfer pemberdayaan masyarakat, menjadi agen of change dan peka terhadap isu kekinian, tuangkan segala ide gagasan yang ada dalam pikiran kalian semua, suatu saat nanti semoga dapat menjadi penulis hebat,” tandasnya.

Selaras dengan Albar, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wonosobo KH Muchotob Hamzah menerangkan, saat ini memperkaya literasi menulis sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus dilakukan, seperti halnya orang Jepang dengan daya literasi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, penduduk Indonesia menempati rangking ke-62 dari 70 negara dengan budaya literasi yang rendah, artinya masih jauh tertinggal dari negara lain.

Turut memberikan arahan, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo H Ahmad Farid mengatakan, melalui lembaga pesantren, santri didorong untuk terus mengaktualisasikan dirinya dengan aktif menerbitkan berbagai karya tulisan di sosial media. Menurutnya, santri harus berimajinasi lebih dalam mengambil inspirasi dari dunia pesantren, baik nilai keagamaan yang kental, moralitas dan kejujuran. “Di lingkungan pesantren, santri harus didorong aktif untuk mengaktualisasikan dirinya, dengan menerbitkan karya tulisan di platform media yang sudah tersedia, carilah sumber inspirasi dengan mengangkat sisi dunia pesantren mulai dari nilai keagamaan, kejujuran, dan moralitas,” imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Pimpinan Redaksi (Wapemred) Suara Merdeka, Trianto Triwikromo, mengajak kepada semua santri untuk lebih aktif menulis, sebab menulis dapat menjadi standar dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana bunyi hukum jurnalistik yang utama, yaitu bersandar pada kebenaran. (Andika)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.