Ketua DPRD Hadiri Penyerahan Piagam MURI Mengenakan Batik Etnik Mukomuko Terbanyak

Advertorial, Mukomuko145 Dilihat

Mukomuko, medianasional.id– Ketua DPRD Mukomuko, M. Ali Saftaini, SE menghadiri acara penyerahan piagam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mengenakan batik etnik Mukomuko terbanyak yang diikuti sekitar 3.971 orang anak dari lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada momen hari jadi ke 19, Kabupaten Mukomuko tahun 2022, di ruang Media Center Dinas Kominfo Mukomuko, Rabu (23/2) pagi.

ADVERTISEMENT

Sebagai wakil rakyat Kabupaten Mukomuko, ia mengaku bangga ataa perolehan Rekor MURI tersebut. Piagam MURI yang diperoleh Kabupaten Mukomuko, menjadi catatan sejarah bagi daerah. Terlebih peraihan penghargaan tersebut kaitannya dengan batik etnik Mukomuko.

“Kini, batik etnik Mukomuko yang dikenakan oleh anak anak PAUD sebanyak 3.971 orang masuk dalam catatan dunia. Kita patut berbangga, karena untuk mendapatkan piagam itu tidaklah mudah,” katanya.

Untuk diketahui, Piagam MURI, sudah diserahkan langsung oleh Senior Manajer MURI, Triono kepada Bupati Mukomuko, Sapuan di Ruang Media Center Dinas Kominfo Mukomuko.

“Rekor hari ini kenapa diberikan rekor dunia, karena dalam kegiatan
ada hal diangkat budaya Indonesia yaitu batik,” ungkap Senior Manager
MURI, Triono.

Piagam penghargaan MURI mengenakan busana batik etnik oleh anak usia dini terbanyak, sudah diserahkan langsung ke Bupati Sapuan dan disaksikan Wabup Wasri,
Sekretaris Daerah (Sekda), Drs
Yandaryat, Ketua TP PKK, T Nurliana Habszah, Asisten I Pemerintahan, Dr. Abdiyanto, Plt Kadis Kominfo, Iskameri, S.Pd dan forum koordinasi pimpinan daerah. Triono menjelaskan, terhadap kegiatan Indonesia agar diangkat budaya dan diharapkan kepada seluruh masyarakat di seluruh Indonesia agar mereka bangga dengan budaya sendiri yang menjadi identitas. Sebab dengan menampilkan budaya sendiri seperti batik ini, Indonesia menjadi terkenal ditingkat dunia.

“Kami berharap atas kemunculan batik Mukomuko ini menambah
perbendaharaan dari khasanah Indonesia, terutama kekayaan kita dalam hal budaya, sehingga kami berikan rekor dunia,” ujarnya.

Terkait rekor ini bersifat “superatip” terbanyak karena melibatkan
jumlah anak PAUD, karena pandemi COVID-19 sehingga semua anak PAUD tidak bisa ikut dalam satu tempat sehingga dipisah ke beberapa tempat.

“Namun hasil verifikasi, kami mendapatkan data dari kecamatan – kecamatan,” pungkasnya. (Wanti/ Advetorial)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.