Harga Getah Karet di Kabupaten OKU Kembali Naik

Sumatera167 Dilihat

Baturaja, redaksimedinas.com – Sehabis Hari Raya Idul Fitri 1438 H, harga getah karet di Kabupaten  Ogan Komering Ulu (OKU) bergerak naik, belum terlalu penting  kenaikan ini membuat petani gembira.

Seperti gambar Anton, (23) Rabu (19/7), harga getah karet yang  ditimbang dua minggu sekarang hemat Rp 7.000 / kg sampai Rp 8000 / kg.

“Alhamdulillah, meski naik dikit ini merupakan pertanda baik,” ungkap A nton ini seraya menambah bagi petani karet sekecil apapun kenaikan  harga bahan bakar bergembira. Saatnya saat ini butuh  banyak ditambah lagi musim tahun ajaran baru. Kebutuhan anak sekolah  seperti buku, seragam sekolah, tas dan sepatu semua harus memenuhi.

Harga ini memang belum seberapa jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang saat itu harga karet sempat menyentuh angka Rp 15ribu/kg. Namun setidaknya harapan petani sudah mulai tumbuh.

Petani berharap kedepan harga komoditas andalan di Bumi Sebimbing Sekundang ini akan terus bergerak naik. Bagi petani, satau-satunya harapan adalah naiknnya harga karet, petani menilai wajar apabila pemerintah ikut memperhatikan harga getah karet agar petani juga ikut sejahtera.Karena kehidupan petani tidak akan berubah apabila tidak ada perhatian dan kepedulian pemerintah untuk ikut membantu beban petani.

Sementara itu berdasarkan pantaun di lapangan, tanaman karet memang menjadi tanaman primadona selain kopi di Kabupaten OKU, luas areal perkebunan karet alam milik rakyat yang terdata saja mencapai 71.807,5 Ha dengan total produksi yang terdata 52.447,47 ton per tahun. Jumlah ini baru yang terdata saja, sedangkan yang tidak terdata jumlahnya diperkirakan masih banyak. Disisi lain, informasi di lapangan menyebutkan perekonomian rakyat Kabupaten yang berjuluk Sebimbing Sekundang ini memang ditopang dari dua komuditas yakni karet, kopi dan sawit. Namun karet memang lebih besar dibandingkan sawit, karena petani bisa membuka kebun sendiri dan bisa langsung menjual sendiri karena banyak tauke karet yang langsung datang ke desa-desa. Sebaliknya untuk komoditas sawit memang masih bergantung keperusahan perkebunan.(zul) 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.