Bupati dan Kepala Puslit Arkenas Tandatangani MoU Pengembangan Kebudayaan Kota Santri

Jawa Tengah93 Dilihat

Kajen, redaksimedinas.com – Sebagai tindak lanjut dari penelitian situs budaya Lemah abang Kecamatan Doro yang dilakukan oleh tim arkeolog sejak tahun 2016 atas prakarsa dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Jakarta, pada hari ini, Selasa (21/11/2017) di ruang rapat Bupati, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Bupati Pekalongan KH. Asip Kholbihi, SH., M.Si mewakili Pemerintah Kabupaten Pekalongan dengan Kepala Puslit Arkenas Drs. I Made Geria, M.Si.

Penandatanganan MoU tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Pekalongan Ir. Hj. Arini Harimurti, Asisten Pemerintahan Drs. Ali Riza, M.Si, Kepala Bappeda dan Litbang, tim arkeolog, para perwakilan OPD terkait, para Camat terkait, dan tamu undangan lainnya.

Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Pekalongan, Ir. Bambang Irianto, M.Si dalam laporannya menyampaikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh tim arkeolog sejak 2016 sifatnya masih umum. Kemudian pada tahun 2017 kita detailkan lagi khususnya untuk menjawab dari masyarakat yang sudah tersebar luas kaitannya dengan Menhir.

“Dan hari ini akan dipaparkan hasil penelitian situs budaya Lemahabang, dimana akan secara detail disampaikan kajian baik dari segi geologi, antropologi maupun arkeologi. Sehingga nanti diharapkan dengan penelitian ini akan diperoleh informasi terutama untuk masyarakat berkaitan dengan peninggalan purbakala yang ada di wilayah Lemahabang,” kata Bambang.

Dijelaskan Bambang, penandatanganan MoU antara Kepala Puslit Arkenas dengan Pemerintah Kabupaten Pekalongan sebagai payung hukum kita dalam rangka kerjasama khususnya di bidang ke-arkeologi-an. Dan tahun 2018 kegiatan ini akan kita tindaklanjuti dengan menjadikan wilayah Lemahabang sebagai Pusat Peradaban.

“Akan dilakukan kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan Arkeolog untuk mengembangkan wilayah Lemahabang menjadi apa yang seharusnya dikembangkan. Karena tentunya didalamnya ada pariwisata, ada budaya, ada alam yang harus dilestarikan. Dan nanti ini akan ditindaklanjuti dalam Pusat Peradaban di Lemahabang,” imbuh Bambang.

Sementara itu, Bupati Pekalongan KH. Asip Kholbihi, SH., M.Si dalam sambutan menyampaikan menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Kepala Puslit Arkenas beserta tim atas penandatanganan MoU. Karena, menurutnya, apa yang diimpi-impikan selama ini telah terjawab. Sejak awal kami dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati memang concern untuk membuka peradaban yang ada di Lemahabang Kecamatan Doro yang secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Alhamdulillah, hari ini Arkenas sudah melakukan hal yang sudah kami dan seluruh masyarakat Kabupaten Pekalongan menunggunya.

“Kerjasama yang sudah kita tandatangani akan kita tingkatkan lagi dalam bentuk yang konkrit. Di tingkat Pemerintah Kabupaten telah menyiapkan beberapa item kegiatan pada tahun 2018, yang arahnya untuk mengungkap lagi tentang Watubahan atau Columnar joint,” ujar Bupati.

“Columnar joint Watubahan ini, kata Bupati, akan melengkapi Columnar joint yang sudah ada di Indonesia seperti di Wangon Baturaden, Gunung Padang Cianjur, Karangsambong Kebumen, dan lain-lain. “Saya kira nanti Watubahan akan lebih eksotik karena belum banyak tersentuh. Mungkin memiliki keunggulan komparatif. Untuk itu, tentu harus kita tangani secara hati-hati guna memperoleh nilai edukasinya,” katanya.

Guna mendukung hal itu, Bupati tegaskan bahwa pihaknya akan memperbaiki infrastruktur jalannya agar Watubahan menjadi tujuan destinasi wisata nasional bahkan internasional.

Sedangkan Kepala Puslit Arkenas, I Made Geria, M.Si dalam sambutannya mengungkapkan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk bersinergi dengan Puslit Arkenas. Menurutnya, sinergitas kita mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana mengungkap identitas lokal, identitas nasional yang merupakan suatu pengayaan terhadap nilai-nilai kebersamaan, nilai-nilai kebhinekaan yang telah dijaga sejak dulu di Kabupaten Pekalongan.

“Jadi ini sebenarnya merupakan tujuan kami juga untuk program dalam Rumah Peradaban terkait dengan korp pembelajaran untuk anak-anak sekolah yang semakin untuk mencintai peradaban-peradaban mereka,” ungkapnya.

“Di Lemahabang ada suatu keunikan yakni peninggalannya dari masa pra sejarah, berlanjut ke masa klasik jaman Hindu Budha dan berlanjut ke petilasan masa Islam yang berlangsung secara harmonis, toleransi ada disitu, pemahaman keberagaman mereka sudah cukup tinggi. Makanya saya tertarik dan nilai-nilai ini perlu kita ungkapkan,” kata I Made Geria.

Dijelaskan I Made Geria, disamping sebagai pembelajaran, Watubahan juga sebagai penguat daerah destinasi wisata yang ada di Kabupaten Pekalongan. (son/dinkominfo )

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.