“Berbahaya” !!! Jika Premium Masih Langka, Ooh…Ternyata Msalahnya Dipenampungan

Akibat BBM Yang Masih Saja Langka Tak Pelak Membuat Masyarakat Kalangan Bawah Merasa Resah

Penulis     : Rismaidi

Editor, by : Aris

ADVERTISEMENT

Mukomukon, medianasional.id – Sesuatu yang gawat serta berbahaya yang bisa saja  terjadi di salah satu Stasiun Pengisian Bahianbakar Umum (SPBU) di Kelurahan Bandarratu penyebabnya adalah terkait kafasitas penampungan bawah tanah yang ada. Sebab kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium yang diperuntukan bagi masyarakat kalangan bawah itu msih saja sulit didapatkan.

Jadi membuat masyarakat kalangan bawah terpaksa dan harus membeli BBM non subsidi, di SPBU yang berada dikawasan padat penduduk itu. Petugas pengisian pun mau tak mau menjualnya. Dikarenakan BBM bersubsusidi tersebut terkuras tak lagi terseisakan di SPBU di Kecamatan Kota Mukomuko dewasa ini. Sementara dalam sehari cuma dan hanya  16 tons saja yang bisa didatangkan dari Sumbar. Perihal itu sesuai apa yang diungkapkan Kepala Seksi (Kasi) Pengwasan SPBU Bandarratu itu bernama, Imam Wiradinata (28).  Kemarin dia mengatakan Kamis (7/2) ketika dikujungi awak medianasional.id untuk diklarifikasikan, penyebab kelangkaan tersebut.

Dikatakan Imam, terjadinya kelangkaan itu pada akhir-akhir ini, kemarin dari hari Rabu itu barangkali.  Karena disebabkan adanya gangguan pengiriman dari pangkalan yang berada dipelabuhan Teluk Kabung, Padang Sumaera Barat (Sumbar). Pasalnya selain kita salah melakukan pembayaran transfer pada Bank terkait, persoalan itu juga dikarenakan kapal Tanker yang membawa BBM jatah kebutuhan di Kabupaten Mukomuko itu tidak bisa merapat kepinggir, yang disebabkan tingginya gelombang ombak dilaut Sumbar itu.

“Sementara BBM jatah kita untuk SPBU Bandarratu ini, sekali 2 hari datang yaitu 16.000 Liter, itu yang jenisnya premium bersubsidi. Kalau BBM yang lainnya, tetap lancar jaya pembelinya.  Mengalami habatan pengiriman dikarenakan juga kita melakukan kesalahan dalam pembayaran kepada pihak Bank yang telah disepakti bersama. Pemium itupun jika 16 tons harus bertahap sistim penurunannya, karena tak bisa sekaligus diturunkan dari armada yang mengakutnya.  Masalahnya Tanki penampungan bawah tanah yang kita punya,  kafasitasnya terbatas bisa-bisa meluber,” ungkapnya Imam.

Ketika ditanyakan apakah sebaikanya tak dibangun tanki tambahan, karena mengingat semakin berkurangnya BBM bersubdidi yang dibutuhkan masyarakat kalangan bawah. Sementara pembeli semakin bertambah dari hari ke hari sekarang ini. Dijawabnya kalau membangun tanki baru hal yang tak mungkin dilakukan pihaknya. Disamping membutuhkan dana lebih, juga terdapat masalah tempat serta lokasi yang agak sempit.

“Pembangunan tanki baru saya rasa sult dilakukan, karena disamping  lokasi dan keberadaannya sangat sempit, juga membutuhkan dana yang tak sedikit,” beber Imam Wiradinata.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.