UPBU Kelas III Sugapa, Tetap Eksis Dalam Pelayanan Penerbangan, Meski Masih Ada Kendala

Papua105 Dilihat

Intan Jaya – Meski Kondisi Prasarana Penerbangan di Papua pada umumnya masih sangat minim kecuali beberapa bandara besar yang cukup memadai, namun perlu pengembangan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan dan mengantisipasi lonjakan angkutan udara yang dari waktu ke waktu terus bertambah.

Provinsi Papua dan Papua Barat dengan luas sekitar 421.981 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 2,8 juta jiwa, keadaan topografi bervariasi mulai dari daratan rendah yang sebagian merupakan rawa sampai pada dataran tinggi yang ditumbuhi oleh hutan tropis, padang rumput dan lembah. Pada bagian tengah terdapat rangkaian pegunungan tinggi.

Mengingat keadaan topografi Papua yang telah disebutkan di atas, maka transportasi udara memegang peranan penting dalam mobilisasi orang dan barang, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya.

Salah satunya lokasi Bandar Udara terletak di pegunungan adalah, bandar udara kelas III Bilorai Sugapa kabupaten Intan Jaya provinsi Papua, yang terkenal karena mempunyai medan yang cukup ekstrim sebab memiliki tebing curam dan gunung menjulang dengan ketinggian 6966 dari permukaan laut dengan memiliki panjang landasan pacu (run-way) 600 m.

Kepala Unit penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas III Sugapa, Martoyo Purwanto S.Sos menuturkan  kepada kepada awak media. “Bandar udara Bilorai Sugapa tetap intens dalam menjalankan aktifitas  kegiatan dalam hal penerbangan disetiap rute menuju daerah pegunungan maupun daerah perkotaan seperti rute Sugapa-Nabire dan lainya,” tuturnya.

Martoyo menambahkan, panjang landasan pacu (run-way) bandar udara Sugapa sebelumnya 600 m, di tahun 2015 Bandara Bilorai dulu tergolong bandara perintis, Namun sekarang Bandara Bilorai Sugapa sudah di tangani oleh Departemen Perhubungan Udara.

“Kami sudah mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk diperpanjang kembali menjadi 750, dan itu sudah maksimal, mengingat kondisi dan letak lokasi bandara sudah tidak bisa dikembangkan lagi. Setelah koordinasi dengan tim pusat dari direktorat teknik, katanya untuk pengembangan sudah tidak bisa lagi, kalau untuk peningkatan penunjang pelayanan bisa ditingkatkan atau ada lokasi baru untuk pembangunan bandara baru lagi”, terangnya.

Begitu juga pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah Daerah, dalam hal ini bupati Intan Jaya untuk menyediakan lokasi baru yang terbuka untuk bisa digunakan pembangunan bandara baru.

“Bupati menjelaskan bahwa untuk daerah pegunungan seperti kabupaten Intan Jaya, sulit mencari lokasi yang baru untuk pembangunan bandara, mengingat kondisi alam daerah Intan Jaya adalah pegunungan,” terangya.

Keterbatasan prasarana dan sarana penerbangan yang memadai dan tingginya permintaan jasa angkutan udara untuk melayani daerah terpencil khusus yang berada di daerah pegunungan mengakibatkan biaya untuk jasa ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, karena tingginya resiko yang harus ditanggung oleh Perusahaan Penerbangan.

“Memang kami masih memiliki kendala dalam hal prasarana, namun kami tetap semangat dalam menjalankan pelayanan penerbangan khususnya di daerah pegunungan, dan kami lebih mengutamakan keselamatan yang lebih memadai untuk menjamin kenyamanan dan keamanan penerbangan,” imbuhnya. (Reoten)

Posting Terkait

ADVERTISEMENT
Konten berikut adalah iklan platform MGID, medianasional.id tidak terkait dengan isi konten.

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.