Tugu Perbatasan Mukomuko – Sumbar, Diduga Terabaikan

Bengkulu120 Dilihat

Mukomuko, redaksimedinas.com – Atas nama Sekretaris Forum Pemuda Peduli Mukomuko (FPPM) Azmi Sukri, SH menyayangkan kondisi tugu perbatasan kabupaten Mukomuko dengan Sumatera Barat (Sumbar), yang terkesan diabaikan.

Azmi Sukri menyayangkan, kondisi tugu di kawasan Sungai Serik kecamatan Lubuk Pinang tersebut, diduga belum mendapatkan sentuhan dan perawatan serta pemugaran, dari pihak yang berkompeten.

Kronologinya, tugu perbatasan itu dibangun oleh Pemkab Bengkulu Utara (BU), pada tahun 1993 silam. Akan tetapi permasalahannya, semenjak Mukomuko menjadi kabupaten, yang dimekarkan dari kabupaten BU pada tahun 2003 lalu, terdapat pemasalahan kecil, yang belum dibenahi.

Azmi Sukri menandaskan, sebetar lagi kabupaten yang diberi julukan Kampung Sakti Ratau Batuah (KSRB) ini, sebentar lagi akan mengadakan perayaan ulang tahunnya yang ke 15. Yakni, pada 23 Februari mendatang. “Namun masalah sekecil itu, terkesan tidak mendapatkan perhatian,” ujar Sukri.

 

“Kabupaten ini kan, sebentar lagi akan merayakan hari jadinya. Walaupun hal kecil, saya pikir perlu diperhatikan juga. Apalagi keberadaan tugu batas wilayah itu, yang menurut saya adalah simbol kedaerahan. Seyogyanya pintu gerbang masuk dari Sumbar menuju ke Mukomuko itu, semestinya dipercantik keberadaannya. Ironisnya lagi, kami mendapatkan informasi dari warga setempat, jangankan dilakukan perombakan serta pemugaran, sekedar pengecatan saja belum pernah dilakukan oleh pihak yang berkompeten di kabupaten ini,” tukas Azmi Sukri, diamini Weri Tri Kusumaria, SH serta tiga anggota lainnya.

Menurut pemuda yang akrab disapa Sukri ini, pihaknya sebagai pemuda asli Mukomuko, mengkritisi hal tesebut, bukan lantas mengecam pihak-pihak tertentu. Melainkan, demi terciptanya pembangun yang baik di segala bidang.

Pintu perbatasan Mukomuko – Sumatera Barat.

“Kami bukan bermaksud menyalahkan Dinas Instansi terkait. Akan tetapi sekedar mengingatkan, barangkali masalah sekecil itu terlupakan. Terus terang kami sebagai pemuda, sangat miris melihat kondisi tugu perbatasan itu. Masa iya, pintu gerbang masuk ke ibukota kabupaten, kondisinya semak belukar, alias berlumutan serta tidak mendapatkan perawatan sama sekali. Sebagai pemuda kami saja malu melihat kondisi tersebut. Apakah pihak-pihak yang berkompeten di daerah ini tidak merasa malu?” pungkas Sukri, usai mengadakan aksi foto bersama, di tugu perbatasan. (Aris)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.