Puluhan Siswa SMP Dikenalkan Warisan Prasejarah Purbalingga

Jawa230 Dilihat


Purbalingga – Sebanyak 80 siswa – siswi dari berbagai SMP di Purbalingga bagian selatan dikenalkan warisan budaya zaman prasejarah dalam kegiatan Safari Cagar Budaya bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purbalingga, Sabtu (29/7).

 

Destinasi safari ini diantaranya mengunjungi Situs Bandingan di Desa Karangjambu, Kecamatan Karangjambu, serta Menhir di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari. Kunjungan pertama yang disinggahi adalah Situs Bandingan, untuk memasuki kawasan situs ini para pengunjung diminta melepas alas kaki untuk mengikuti aturan masyarakat setempat. Lingkungan situs berupa hutan belantara. Setelah berjalan selama 15 menit dari pintu masuk, mereka akhirnya menjumpai sejumlah benda dalam Situs Bandingan ini.

Benda pertama yakni sepasang Menhir, atau batu panjang yang ditanamkan secara vertikal. Menhir dalam mata pelajaran IPS khususnya Sejarah dikenal sebagai batu yang digunakan sebagai sarana pemujaan roh nenek moyang dalam kepercayaan animisme di zaman prasejarah. Menhir pertama ini berjajar dengan menhir lain yang sama tingginya, kurang lebih 35 Cm. Keduanya berdiri di atas gundukan punden berundak.

“Dua menhir yang berjajar ini sekilas menyerupai batu nisan kuburan. Sehingga oleh masyarakat ini dikenal sebagai makam, bukan Menhir. Lebih khususnya masyarakat mengenalnya sebagai makam milik Syekh Jambu Karang sebagai tokoh penyebar agama Islam di Purbalingga sekaligus pendiri pemukiman wilayah Karangjambu ini,” papar Kepala Seksi Cagar Budaya, Museum dan Kesejarahan Dindikbud Purbalingga, Rien Anggraeni saat memandu.

Beranjak dari Menhir pertama, para siswa diajak melanjutkan perjalanan di kompleks Menhir kedua yang tidak jauh. Berbeda dari yang pertama, kompleks Menhir yang kedua ini terdapat 3 Menhir yang berdiri tegak yang saling berdekatan. Salah satu Menhir tersebut ada yang berbentuk Phallus, jenis Menhir ini juga ditemukan di Situs Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon.


“Kawasan yang kedua ini juga bisa kita jumpai batu yang diukir dan bergambar manusia. Terdapat juga dolmen atau batu datar yang digunakan untuk meletakan sesaji sarana pemujaan. Dolmen di sini tidak berkaki dan dalam temuan dolmen di beberapa tempat di Indonesia biasanya di bawahnya terdapat makam, namun disini belum diketahui,” ujar Rien.

Usai mengunjungi Situs Bandingan yang lembab, berlumut dan banyak kelelawar itu. Siswa melanjutkan perjalanan ke Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari. Sebagai perbandingan, Menhir yang ditemukan di Karangjambu memiliki perbedaan dengan Menhir yang ada di Desa Dagan. Dari segi ukuran tiga Menhir yang ada di Dusun Mujan, Desa Dagan ini memiliki ukuran yang jauh lebih besar yakni setinggi 135 Cm, 92 Cm dan 103 Cm.

Arkeolog Dindikbud Purbalingga, Juriyah, S.S menjelaskan, adapun Situs Bandingan yang oleh masyarakat dikenal sebagai makam Syekh Jambu Karang, namun secara arkeologis disitu tetaplah benda cagar budaya Menhir, yakni peninggalan zaman prasejarah. Berbeda dengan tokoh syekh Jambu Karang yang hidup zaman kerajaan Islam atau abad ke 15 sampai 16.

“Temuan Menhir, Dolmen atau sarana pemujaan animisme ini menunjukan bahwa sejak zaman prasejarah manusia purba di Purbalingga sudah religius. Mereka mempercayai adanya kekuatan lain yang berkuasa mempengaruhi hidup, alam dan nasib mereka,” jelasnya.(Al- W)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.