Pertama Kali di Indonesia Para Petani Dibiarkan Menderita dan Diacuhkan Pemerintah

Headline125 Dilihat
Para petani yang hendak tidur di jalan depan kantor Gubernur Maluku Utara.

Sofifi, medianasional.id – Pertama Kali di Indonesia ratusan massa aksi yang hendak melakukan unjuk rasa Hak atas tanah Para petani Galela yang dilaksanakan selama 4 hari, dengan tuntutan agar hak bicaranya dapat di dengar. Namun, pemerintah Provinsi Maluku Utara mengacuhkan hal tersebut dengan musik dan senam serta goyang tobelo di hadapan para petani bertempat di Kantor Gubernur Maluku Utara, Desa Gosale, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan.

Sementara salah Satu Petani Fitra Booko, mengatakan, sangat kecewa karena sampai saat ini pemerintah provinsi tidak menggubris tuntutan mereka dan lebih mementingkan kepentingan luar dibandingkan dengan para petani Galela yang tentunya adalah Masyarakat Maluku Utara.

Senam dengan musik dan goyangan Pemerintah Provinsi Maluku Utara di depan para petani

“Pemprov dan stakeholdersnya lebih sibuk mengutamakan kepentingan di luar, sekaligus sibuk melakukan senam pagi dengan musik yang keras serta goyang Tobela ketimbang menaruh perhatian dan menyikapi terhadap petani Galela yang sedang menuntut haknya di depan kantor gubernur, ” Ujar Fitra. Jumat (25/01/19) dengan nada kesal.

Lanjut Fitra menuturkan, bahwa kehadiran petani Galela sudah 4 hari, namun pihak terkait Pemprov sampai sekarang tak pernah menemui masa aksi dengan tuntutan tersebut.

Hujan bukan menjadi satu halangan untuk menuntuk haknya agar terpenuhi

“Kehadiran Petani Galela sudah kurang lebih 4 hari menduduki wilayah kantor Gubernur, Namun tidah ada satu pun pihak pemprov bahkan bapak Gubernur Maluku Utara, tak menemui para petani galela.” terangnya

Fitrah juga mengatakan bahkan Petani rela kepanasan, kehujanan dan tidur diatas aspal jalan, serta sekarang sudah ada 14 petani yang masuk jatuh sakit.

“Kami semua kehujanan sampai semua pakaian petani basah dan bahkan kering di badan. Tidur tanpa beralaskan karpet di atas aspal dan beberapa tenda kecil.
Selain itu, ada juga 14 orang petani yang jatuh sakit akibat hujan yang menderah. Sebagian keluarganya meninggal dunia di rumah bahkan ada istri dari petani yang masuk di RSUD Tobelo.” kata Fitra dengan suara sendu.

Tangisan seorang ibu dan ayah dari para petani yang mandi hujan karna hak selaku warga negara tidak terpenuhi

Namun, semua tak gentar bahkan lentur spirit perjuangan dan perlawanan Petani Galela. Para petani terus menggelorakan perjuangan dan perlawanan sebagai bentuk komitmen merebut kembali hak mereka. dan aksi ini akan terus disampaikan ke pihak pemprov, meminta sikap tegas terhadap para pelaku kejahatan atas tanah yang ada di negeri ini. Tutupnya Fitrah optimis.

Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh Moloku kie raha (Safrin)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.