Nenek Tua Renta Berusia 170 Tahun Butuh Uluran Tangan Pemkab dan Para Dermawan 

Lampung Utara Lampung Utara, redaksimedinas.com- Tubuh renta wanita berusia sekitar 170 tahun, tergolek lemah dipembaringan sederhana yang hanya beralaskan sprei kusam. Dikamar kecil yang hanya berukuran 2×2 meter itu, mbah Saminah hanya mampu untuk menggerakan kelopak matanya. Hanya sesekali lengan yang terjuntai lemah dapat digerakan.

.

Sementara bagian kaki, sudah tidak lagi dapat digerakan lantaran mengalami kelumpuhan total. Kondisi memprihatinkan ini sudah terjadi sejak 5 tahun terakhir, bukan hanya lantaran usia yang menggerogoti, tetapi penyakit yang dideritanya yang tak kunjung sembuh, membuat tubuh yang telah melahirkan 5 generasi itu. Sebab mbah saminah sepanjang usianya itu telah memiliki anak, cucu, cicit, canggah dan wareng, Sebuah usia panjang yang langka dizaman milinium ini.

.

Sayangnya, keberadaan mbah Saminah itu luput dari perhatian, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Mbah Saminah yang tergolek lemah hanya sesekali dijenguk oleh keluarganya. Sementara hari-hari, lebih banyak mbah Saminah sendiri meratapi kehidupannya. Ia hanya dapat berharap ada keluarga dan tetangga yang datang menjenguk. Sementara untuk kesembuhan, mbah Saminah tidak lagi berharap banyak.

.

Perekonimian yang sulit, membuat dirinya hanya pasrah. Jangankan untuk berobat, untuk dapat bertahan hidup saja ia bergantung dari bantuan tetangga. Sebab meski merupakan keluarga besar, namun anak,cucu, cicit, canggah dan warengnya sudah pisah rumah. Mereka hanya sesekali mengunjungi perempuan renta itu.

.

Ratih yang merupakan salah seorang cicit mbah Saminah menuturkan, dirinya tidak mengetahui secara pasti berapa umur mbah Saminah. Namun mbah saminah telah memiliki wareng atau telah menghasilkan 5 generasi. Itulah sebabnya keluarga menyakini jika mbah Saminah berusia 170 tahun. “mbah sudah punya wareng, jika dihitung-hitung ya usianya sekitar 170 tahun,” ujar Ratih saat ditemui media belum lama ini.

.

Dijeaskan Ratih, pihak keluarga sangat prihatin dengan kondisi mbah Saminah utamanya setelah menderita lumpuh total. Namun kondisi ekonomi yang sulit membuat keluarga hanya dapat pasrah. Setiap hari mereka datang membawa makanan dan minuman untuk mbah Saminah, secara bergiliran. Itulah yang mampu mereka lakukan, sebab meskipun keluarga besar, namun rata-rata mereka hidup dibawah garis kemiskinan.

.

Ungkapan Ratih dibenarkan oleh Sarwoko alias koko yang bertetangga dengan mbah Saminah. Disebutkan jika para tetangga kerap membantu mbah saminah. Tidak hanya soal makan dan minumnya saja, tetapi juga kebutuhan lain seperti membersihkan tempat tidur dan menunggui mbah saat kondisinya melemah. “kita tetangga sering kali membantu keperluan mbah saminah, terutama jika keluarganya belum datang. Maklum mbah saminah hanya sendiri,” ujarnya.

.

Apa yang disampaikan Sarwoko dipertegas oleh Ika Pratiwi istrinya. Disebutkan para tetangga secara intens memperhatikan kondisi mbah Saminah disamping pihak keluarga. Dalam kondisi yang sulit, kehadiran pemerintah tentu sangat diharapkan. Apalagi mbah Saminah jika melihat dari usianya, merupakan sesautu yang langka terjadi. Namun sejauh ini tidak ada perhatian yang ditunjukan pemerintah terhadap mbah Saminah. Baik oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten Lampura. “Kita berharap ada perhatian khusus yang diberikan kepada mbah Saminah,” harap Ika (Der) 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.